Oleh: Samin Barkah, Lc

Kirim Print
dakwatuna.com – Dari Tsauban bin Bajdad, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Hampir saja bangsa-bangsa berkumpul menyerang kalian sebagaimana mereka berkumpul untuk menyantap makanan di nampan. Salah seorang sahabat bertanya, “Apakah karena sedikitnya jumlah kami pada saat itu?” Beliau menjawab, “Bahkan pada saat itu jumlah kalian banyak, tetapi kalian seperti buih, buih aliran sungai. Sungguh Allah benar-benar akan mencabut rasa takut pada hati musuh kalian dan sungguh Allah benar-benar akan menghujamkan pada hati kalian rasa wahn.” Kemudian seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta kepada dunia dan takut mati.” (H.R. Abu Daud dan Ahmad)

Tentang Hadits

Hadits di atas berbunyi:

عَنْ ثَوْبَانَ بن بَجْدَد قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ اْلأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى اْلأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ahmad bin Hanbal. Hadits ini adalah hadits shahih, marfu dari Rasulullah saw.

Hadits ini menggambarkan ramalan Rasulullah saw bahwa nanti pada suatu saat umat Islam akan menjadi bulan-bulanan bangsa-bangsa di dunia. Dari hadits di atas tergambar bahwa tidak ada seorang pun sahabat yang menyangkal apa yang dikatakan Rasulullah. Mereka justru menanyakan lebih lanjut perihal kondisi umat Islam yang pada suatu masa, mereka tidak lagi dipandang, tetapi menjadi obyek pelecehan dan tindak kebrutalan. Bukan karena jumlah umat Islam yang sedikit, tetapi karena pada hati mereka telah bersarang suatu penyakit, yaitu penyakit wahn. Jika dilihat dari jumlah, maka justru umat Islam adalah umat yang paling besar jumlahnya dibandingkan dengan umat-umat lain. Tetapi seperti peribaratan Rasulullah saw bahwa pada saat itu jumlah umat Islam yang banyak tidak mempunyai arti apa-apa jika mereka tidak punya bobot. Mereka seperti buih air yang tidak mempunyai arus, bahkan justru buih itu ikut ke mana arus bergerak.

Penjelasan Hadits

Ramalan Rasulullah saw itu telah menjadi kenyataan, terutama setelah umat Islam tidak lagi memiliki induk. Ketika umat Islam tidak memiliki kekhilafahan, karena dihancurkan oleh musuh-musuhnya melalui putra negeri Islam sendiri, Mustafa Kemal Attaturk. Kondisi umat Islam sebagai umat yang pernah memiliki peradaban dunia yang bertahan sekian abad telah hancur berkeping-keping. Kepingan peradaban dan kekuatan umat Islam itu kini tidak lagi menjadi perhitungan musuh-musuhnya, bahkan mereka kadang bisa diadu domba antara satu negeri Islam dengan negeri Islam lainnya.Runtuhnya kekhilafahan Islam bukanlah awal dari kemunduran umat Islam. Jauh sebelum itu umat Islam sudah menunjukkan kemundurannya dan puncak kemunduran umat Islam itu ditandai dengan ketidakmampuan umat ini mempertahankan eksistensi khilafah islamiyah. Penyakit itu seperti yang diisyaratkan oleh Rasulullah saw adalah penyakit wahn. Wahn adalah penyakit hati. Penyakit mental yang munculnya tidak tiba-tiba, sebagaimana juga bahwa untuk mengobati penyakit ini tidak bisa sim salabim, instan, langsung sembuh dan mentalnya berubah.

Penyakit ini berawal dari perilaku para pejabat negara Islam atau dikenal dengan pejabat kalangan istana. Dalam sejarah kita bisa dapati bahwa awal tindak kezhaliman itu berawal dari pejabat istana atau pejabat negeri Islam yang kemudian menular ke bawahan. Lambat laun menjadi penyakit umat dan bangsa. Diawali dari penyakit afrad yang hanya menghinggapi beberapa oknum pejabat, kemudian ketika penyakit itu menjadi wabah, maka akhirnya mereka tidak lagi menganggap itu adalah penyakit. Orang akan bingung ketika melihat kenyataan ini, dari mana kita harus mulai mengobatinya. Penyakit yang menjadi kompleks karena sudah menjadi tradisi dan adat, bahkan mungkin sudah menjadi norma yang harus diakui dan diterima.

إِنَّ اللهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Ar-Ra’d: 11)

Benar bahwa Allah menjanjikan bahwa umat Islam akan dimenangkan Allah atas musuh-musuhnya.

Jika Allah menolong kalian, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kalian; jika Allah membiarkan kalian (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal. (Ali Imran: 160)

Tetapi pertolongan Allah itu hanya Allah berikan kepada umat yang benar-benar membela agamanya. Ketika umat ini tidak lagi Allah menangkan atas musuh-musuhnya, itu karena mereka tidak sungguh-sungguh membela agama Allah sehingga musuh-musuh umat ini dicabut rasa takutnya sebagaimana kondisi saat ini.

Negeri-negeri Islam sekarang menjadi santapan negara besar untuk dikuras semua isinya dan diracuni penduduknya dengan peradaban mereka. Tujuan dari serangan mereka adalah mencetak putra negeri menjadi kader yang menyebarkan peradaban mereka hingga Islam dan umatnya menjadi semakin jauh.

Kemunduran umat ini adalah karena mereka cinta kepada dunia, cinta jabatan, cinta harta, cinta kedudukan dan cinta kesenangan. Mereka tidak mau merasakan pedih dan menderitanya di dunia, mempertahankan prinsip dan akhlaq Islam. Semakin cinta umat ini kepada dunia, maka semakin takut mereka menyambut kematiannya. Kematian telah mereka hilangkan dalam kamus kehidupan mereka. Bukan hanya takut kepada kematian, mereka tidak mau membicarakan masalah kematian, padahal Rasulullah saw bersabda, “Cukuplah kematian itu menjadi pelajaran.”

Modal Untuk Bangkit

Kemunduran umat Islam lebih besar disebabkan oleh faktor internal sebelum faktor eksternal dari musuh-musuhnya yang memang ingin mengalahkannya. Mereka menunggu saat-saat kelemahan mental umat ini.

Sebagaimana dalam surat Ar-Ra’d Allah menyebutkan bahwa Allah tidak akan merubah kondisi umat Islam sebelum mental dan iman umat ini berubah. Jarak masa antara kejayaan umat Islam dengan keruntuhan dan kehancurannya adalah sekian abad, maka untuk menyembuhkan penyakit mental ini, kita memerlukan stamina yang kuat untuk mengobati mental ini agar menjadi kuat.

Dalam risalah “Ila Ayyi Syaiin Nad’un Naas”, Imam Syahid Hasan Al-Banna menyebutkan suatu formula jeli yang mengingatkan kita akan kondisi dan keinginan untuk membangkitkan umat yang telah lama terlelap.

Sesungguhnya dalam pembentukan suatu umat, pembinaan rakyat, perealisasian suatu angan-angan dan memenangkan suatu prinsip diperlukan dari umat yang mau berusaha merealisirnya atau dari kelompok yang senantiasa menyerukan ini paling tidak “kekuatan jiwa yang besar” yang tercermin dari beberapa hal:

Pertama: Iradah qawiyah, keinginan yang kuat yang tidak disusupi satu kelemahan pun.
Kedua: Wafa tsabit, kesetiaan yang teguh yang tidak dihinggapi muka dua atau khianat.
Ketiga: Tadh-hiyah ‘azizah, pengorbanan yang besar yang tidak dikotori oleh pamrih atau kekikiran serta
Keempat: Ma’rifah bil mabda’ wa iman bihi wa taqdir lahu, mengenal dan meyakini prinsip (prinsip perubahan melalui gerakan pembinaan bangsa) serta dapat menakarnya yang dapat menyelamatkan kita dari kesalahan atau penyimpangan atau tertipu.

Bahwa kekuatan jiwa atau kekuatan mental dalam proses kembali kepada kebaikan umat ini adalah menjadi faktor yang utama mengingat upaya perbaikan dan perubahan mental tidak bisa hanya dilakukan sekian tahun atau satu generasi. Upaya ini harus terus dilakukan dan tidak boleh putus asa sampai penyakit wahn yang menimpa umat ini hilang.

Upaya ini menjadi lebih berat lagi karena segala kemajuan peradaban manusia bisa menjadi faktor percepatan keburukan yang sebenarnya juga dalam waktu yang bersamaan menjadi faktor percepatan proses perubahan. Faktor perkembangan peradaban manusia ini lebih didominasi pengefektifannya oleh propaganda barat dalam menyebarkan ideologinya dibanding umat Islam.

Di sinilah peran golongan yang sadar kondisi umat untuk mengajak seluruh komponen umat untuk sama-sama memberikan andil dalam proyek besar perbaikan mental umat.

Peran segelintir orang dari umat ini untuk menggerakkan dan mengadakan perubahan serta penyembuhan penyakit mental ini sangat besar. Allah telah mensinyalir dalam surat Ali Imran ayat 104 yang artinya:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran: 104)

Seperti disebutkan dalam kitab “Hal Nahnu Muslimun”, karya Muhammad Quthub, beliau menyebutkan bahwa proses kemunduran umat Islam itu telah berlangsung sekian abad, sejak masa Bani Abbasiyah sampai tahun 1924 ketika khilafah Islamiyah runtuh. Sekian lama penyakit wahn menggerogoti sampai akhirnya umat ini tumbang, maka proses perbaikan dan pembentukannya pun tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Kecuali semua faktor yang telah disebutkan Hasan Al-Banna bisa diwujudkan dalam diri umat Islam, maka bisa jadi hanya sekian puluh tahun atau satu abad saja kita bisa bangkit kembali.

Penutup

Semua berpulang kepada kita. Berpulang kepada umat Islam dunia. Semua faktor eksternal menjadi ringan jika unsur kekuatan dakhili, internal telah tumbuh dalam diri umat ini. Jika tiap muslim memberikan bobot pada dirinya dengan meningkatkan keimanan dan pemahamannya akan ajaran Islam, niscaya umat ini akan mempunyai arus yang bisa mempengaruhi umat dan bangsa lain. Semakin besar dan berat bobot tiap muslim, maka kualitas umat Islam akan semakin baik dan siap menghadapi tantangan zaman dan siap mengendalikan peradaban dunia untuk yang kedua kalinya.

Mari kita buktikan kepada dunia bahwa Islam masih menjadi mampu bangkit dari keterpurukkannya. Kita buktikan bahwa Islam adalah agama rahmat bagi semesta alam. Kita buktikan bahwa Islam adalah peradaban maju yang siap mengadopsi semua sarana kemajuan teknologi zaman digit ini. Kita buktikan kepada Iblis dan tentaranya bahwa mereka hanya bisa menggoda sebagian orang yang dalam Islam memang menjadi sampah dan kendala kemajuan diberikan rahmat oleh Allah. Islam adalah rahmat Allah. Hanya orang yang tidak mengaku Islam yang masih menjadi teman setan. Orang Islam sepatutnya tidak lagi mengidap penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati. Wallahu a’lam

Sumber : http://www.dakwatuna.com/2006/membulatkan-tekad/



Share

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.