Pembahasan tentang hakekat kekufuran dan macam-macamnya adalah pembahasan yang panjang, akan tetapi pembahasan tersebut akan kami ringkas dalam beberapa point sebagai berikut:

1.
Urgensi mengetahui kekufuran dan macam-macamnya


Berbagai dalil dari al-Quran dan hadits menunjukkan bahwa iman itu tidak sah dan tidak diterima kecuali diiringi dengan dua hal: keduanya adalah; pasrah kepada Allah dengan bertauhid, dan berlepas diri dari berbagai bentuk kekufuran dan kesyirikan.


Keduanya adalah makna syahadat [لا إله إلا الله]. Tidak ada seorang pun yang bisa waspada dan menghindar dari sesuatu yang buruk kecuali sesudah mengetahui. Berdasarkan hal tersebut, maka kita bisa mengetahui pentingnya mempelajari tauhid untuk diamalkan serta pentingnya mengetahui kekufuran dan kesyirikan agar bisa mewaspadai dan menjauhinya.

2.
Definisi kufur


Secara bahasa, kata [الكُفْر] berarti menghalangi sesuatu dan menutupinya. Sedangkan secara syar’i maknanya adalah tidak adanya iman kepada Allah dan para rasul-Nya, baik diiringi dengan mendustakan atau tidak. Bahkan keraguan dan kebimbangan, serta berpaling dari iman karena hasud (iri), atau sombong, atau karena mengikuti hawa nafsu yang memalingkannya dari mengikuti risalah para Rasul pun disebut sebagai kekufuran.


Dengan demikian, maka kufur adalah sebuah sifat bagi setiap orang yang menentang sesuatu dari perkara yang Allah telah mewajibkan untuk beriman dengannya setelah sesuatu tersebut sampai kepadanya. Penentangan ini boleh jadi dengan hati tanpa lisan, atau dengan lisan tanpa hati atau dengan hati dan lisan secara bersamaan atau juga mengamalkan sebuah amalan yang telah datang sebuah nash yang menyatakan bahwa amalan tersebut mengeluarkan pelakunya dari keimanan.[1]


Didalam al-Fashl, Ibnu Hazm mengatakan, “Bahkan mengingkari sesuatu dari perkara-perkara yang telah shahih dalilnya bahwa tidak ada iman kecuali dengan membenarkannya adalah sebuah kekufuran. Demikian pula mengucapkan sesuatu yang telah ditetapkan oleh dalil bahwa mengucapkannya adalah sebuah kekufuran berarti juga kufur. Dan melakukan sesuatu dari perkara-perkara yang dalil telah menetapkan bahwa itu adalah sebuah kekufuran berarti juga kufur.

3.
Macam-macam kufur besar yang menyebabkan keluar dari Islam


Para ulama telah membagi kekufuran ke dalam beberapa kelompok yang mencakup berbagai bentuk kesyirikan dan macam-macamnya.
Kufur juhud (menentang) dan takdzib (mendustakan).

Kekufuran jenis ini terkadang berupa pendustaan yang dilakukan oleh hati, namun model kekufuran seperti ini sedikit dimiliki oleh orang-orang kafir sebagaimana dikatakan Ibnul Qayyim. Terkadang pula kekufuran jenis ini berupa pendustaan dengan lisan atau anggota tubuh yang diwujudkan dengan menyembunyikan kebenaran serta tidak mau tunduk terhadap kebenaran secara lahir, padahal sudah mengetahui dan mengenal kebenaran dengan hatinya. Sebagaimana kekufuran orang-orang Yahudi kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.


Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman tentang mereka:


“Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya.”
(QS. al-Baqarah: 89) 

Dan Dia berfirman:

“Sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 146)


Yang disebut pendustaan itu tidak terjadi kecuali dilakukan oleh orang yang telah mengetahui kebenaran kemudian menolaknya. Oleh karena itu, Allah telah menafikan anggapan bahwa pendustaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, adalah pendustaan yang sejati dan berasal dari hati sanubari, yang benar mereka mendustakan dengan lisan semata.


Dia berfirman:

فَإِنَّهُمْ لا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (٣٣)


“Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang dzalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.”
(QS al-An’am: 33)


Dan Allah berfirman tentang Fir’aun dan para pengikutnya:


وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا


“Dan mereka mengingkarinya Karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.”
(QS. Al-Naml: 14)


Termasuk kekufuran jenis ini adalah kufur istihlal (menghalalkan hal-hal yang Allah haramkan). Barangsiapa menghalalkan sesuatu yang telah dia ketahui keharamannya dalam syariat, maka berarti dia telah mendustakan  ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Demikian pula orang yang mengharamkan segala sesuatu yang telah dia ketahui kehalalannya oleh syariat.

Kafir I’rad (cuek, berpaling) dan istikbar (sombong)

Contohnya adalah kekufuran Iblis ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang kekufurannya:


“Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan sombong dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
(QS. Al-Baqarah: 34)

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala pula:


وَيَقُولُونَ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَمَا أُولَئِكَ بِالْمُؤْمِنِينَ (٤٧)


“Dan mereka berkata: “Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati (keduanya).” Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.”
(QS. An-Nur: 47)


Pada ayat itu, Allah menetapkan hilangnya iman dari orang yang enggan beramal, meskipun dia mengucapkan keimanan.


Berdasarkan ayat tersebut, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan kufur i’radh (berpaling) adalah meninggalkan kebenaran, tidak mau mempelajarinya dan mengamalkannya, baik berupa ucapan, perbuatan atau keyakinan.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,


وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ (٣)


“Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.”
(QS. Al-Ahqaf: 3)


Berdasarkan ayat di atas, maka barangsiapa yang berpaling dari ajaran rasul dengan ucapan seperti orang yang mengatakan mengatakan, “aku tidak mau mengikutinya” atau dengan perbuatan seperti orang yang berpaling dan lari dari mendengar kebenaran yang dibawa oleh Rasul atau meletakkan dua jarinya di dua telinganya sehingga tidak mendengar kebenaran, atau mendengar kebenaran akan tetapi hatinya berpaling dengan tidak mengimaninya atau anggota tubuhnya berpaling tidak mau mengamalkannya maka orang tersebut telah kafir dengan jenis kufur ‘irad.


Kufur Nifaq


Adalah kekufuran yang disebabkan tidak adanya pembenaran hati dan amal perbuatannya yang disertai dengan ketundukan secara dhahir karena riya’ terhadap manusia. Sebagaimana kekufuran Abdullah bin Ubay bin Salul dan orang-orang munafik yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman tentang mereka:


“Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar…”
(QS. al-Baqarah 8–20)

Kufur syak dan raibah (ragu-ragu dan bimbang)


Yaitu kekufuran yang disebabkan oleh kebimbangan dalam mengikuti kebenaran atau meragukan kebenarannya. Iman yang dituntut dari kita adalah keyakinan bahwa ajaran yang dibawa oleh Rasul itu adalah sebuah kebenaran yang tiada kesangsian sedikitpun didalamnya. Maka barang siapa beranggapan bahwa ajaran Rasul itu boleh jadi tidak benar maka dia telah kafir, yaitu kafir syak (ragu) atau dzan (persangkaan). Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا (٣٥)وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَى رَبِّي لأجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا (٣٦)قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلا (٣٧)لَكِنَّا هُوَ اللَّهُ رَبِّي وَلا أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحَدًا (٣٨)


“Dan dia memasuki kebunnya sedang dia dzalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya. Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu.” Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya -sedang dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, Kemudian dari setetes air mani, lalu dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?” Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan Aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.”
(QS al-Kahfi: 35-38)



Kesimpulan :

Maka kita simpulkan dari ini semua bahwa kekufuran -yang merupakan lawan daripada iman- kadang bisa berupa pendustaan dengan hati yang merupakan kebalikan dari ucapan hati (baca keyakinan). Terkadang kekufuran itu berupa perbuatan hati seperti membenci Allah Subhanahu wa Ta’ala, ayat-ayat-Nya atau membenci Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rasa benci ini jelas bertolak belakang dengan rasa cinta yang merupakan amal hati yang paling penting.


Demikian pula kekufuran bisa berupa ucapan lisan yang terang-terangan seperti mencaci maki Allah Subhanahu wa Ta’ala, kadang pula bisa berupa perbuatan anggota tubuh seperti bersujud kepada berhala dan menyembelih (baca membuat sesaji) untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi sebagaimana iman itu berkaitan dengan hati, lisan dan anggota tubuh, maka kekufuran juga berkaitan dengan hati lisan dan anggota tubuh. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita dari kekufuran dan berbagai cabangnya dan menghiasi kita dengan perhiasan iman, serta memberikan kita petunjuk dan menjadikan kita sebagai orang-orang yang mendapatkan petunjuk  Amin

Wallahu a’lam.

(Majalah Qiblati Ed. 7 Tahun I)



[1] Lihat Al-Ihkamu Fi Usuli al-Ahkami, karya Ibn Hazm, 1/45

http://qiblati.com/macam-macam-kekufuran.html

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.