REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG - Sejatinya, Ramzi tidaklah asing dengan Islam. Sebab dalam lingkungannya, Ramzi acap kali bersingunggan dengan umat Islam. Hanya saja, persinggungan itu hanya sekelebat saja.
Namun, ceritanya mulai berbeda ketika, dia bersama teman-teman sewaktu duduk di sekolah dasar, senang sekali menyaksikan tayangan film laga yang menampilkan adegan kiai mengeluarkan jurus-jurus sakti melalui tasbih yang dipegangnya. “Lucu ya, cerita awal saya tertarik pada Islam?" katanya kepada Agung Sasongko dari republika.co.id, baru-baru ini.
Ramzi kecil ingin menjadi murid si Kiai. Tema kiai sakti bahkan menjadi pembicaraan hingga ke sekolah minggu di gereja. "Kadang para pastor, melarang kami untuk menghindari ketertarikan kepada kiai,” ungkap pemilik nama Inacio Amaral de Saouza ini.
Singkat cerita, tahun 2005 lalu, ada semacam takblig akbar yang berlangsung di Timor Leste. Hadir dalam tablig akbar tersebut kiai yang berasal dari Pakistan, Indonesia dan Australia. Saat itu, rombongan tablig akbar disambut ketua RW setempat yang merupakan Muslim. Ramzi yang kebetulan mengenal dekat Ketua RW bertugas untuk mengantarkan rombongan tablig akbar itu.
Menurut Ramzi, kedatangan tablig akbar itu sangat pas dengan kondisi umat Islam negaranya yang tengah diterpa isu besar. Isu tersebut mengatakan bahwa Timor Leste hanya akan mengakui agama Katholik sebagai agama resmi negara. Karena itu, bagi masyarakat Timor Leste yang memeluk Islam harus berpindah agama menjadi Katholik.
Nah, ketika melihat rombongan itu datang, imajinasi Ramzi tentang kesaktian si kiai muncul kembali. Saat itu, teman-temannya, meminta Ramzi untuk mencoba kesaktian kiai tersebut, apakah kesaktiannya memang benar seperti yang digambarkan di televisi atau tidak.
Namun, ia justru menemukan hal lain. Hatinya tenteram berada di antara para kiai itu. Ia juga melihat keseharian mereka, berdzikir dan seterusnya. Bahkan, ketika berada di sebuah desa yang warganya fanatik beragama Katholik, mereka juga tetap tenang dan melewayti tanpa gangguan.
Berada dalam rombongan itu pula, ia berkesempatan membaca tarjamah Alquran.
***
Menginjak dewasa, Ramzi berpindah ke Bandung, mengikuti sang kakak melanjutkan pendidikan. Di Kota Kembang, kakaknya telah menyatakan diri sebagai Muslim dengan bersyahadat. Di kota inilah, ia kembali berkesempatan membaca terjemah Alquran. Petikan surat Maryam, menggetarkan hatinya.
Ramzi mulai berpikir, untuk mencari tahu secara mendalam tentang Islam. “Yang tadinya, ingin jadi muridnya Kiai, jadi ingin mencari tahu tentang Islam," katanya. Ia persandingkan Alquran dengan kitab sucinya.
Selain membaca Alquran, Ramzi coba menggali khasanah tentang Islam dengan membaca buku yang dituliskan oleh mantan biarawati, Irene Handono dan mantan pendeta, Insan Mokoginta. Dari dua buku yang ia baca, dapat ia simpulkan bahwa Islam adalah agama yang sempurna. “Dari situ saya mengetahui ternyata selama ini saya memeluk agama yang sesat,” kata Ramzi.
Hal lain yang menjadi pertanyaan Ramzi, saat agamanya terdahulu menyatakan tidak menyembah berhala. Namun, pada praktiknya, "berhala" ada di rumah-rumah ibadah. "Ketika mereka beribadah, mereka malahan menyembah patung, belum lagi setiap foto dari orang suci mereka juga sembah,” kata dia.
Teman-teman yang membaca gelagat dia bakal masuk Islam, melakukan berbagai cara. Ada yang mengingatkan Islam agama teroris, ada yang membanjirinya dengan buku-buku karya kiai yang murtad.
Namun, tekadnya yang bulat tak bisa lagi dibelokkan. Tepat 27 Desember Tahun 2007, Ramzi memutuskan masuk Islam. Setelah memeluk Islam, Ramzi mengaku masih belum bisa membaca Alquran dan shalat juga masih bolong-bolong. Itu dikarenakan ia tidak dibimbing.”Saya belajar shalat dari buku panduan. Tapi saya sudah hafal surah al-Fatihan, al-Ikhlas dan ann-Nas. Hafal saja, tapi belum bisa membaca Alquran,” ungkap dia.
Seorang teman menyarankannya masuk pesantren Pembinaan Muallaf Annaba’ Center. Dari pesantren ini Ramzi mengaku banyak belajar .”Waktu belajar, saya sampai menangis. Saya paksakan untuk bisa. Walau merasa sulit, ya akhirnya saya pun bisa. Kini saya sudah hafal dua juz,” kata dia.
Ramzi mengakui mendapatkan ejekan di sana sini. Namun, di awal ia sudah memperkenalkan diri sebagai Muslim dengan mengenakan peci. Baginya, dukungan keluarga, yang masing menganut agama lama, cukup baginya.
Redaktur: Siwi Tri Puji B
Reporter: Agung Sasongko
0 komentar:
Posting Komentar