image

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA - Tidak seperti mahluk cipta-Nya yang lain, manusia dibekali akal dan budi untuk berpikir. Sebagaimana yang dicontohkan Nabi Ibrahim AS,  dengan segenap akal dan budinya, beliau mencari tahu siapa dirinya, dan pencipta-Nya. Dari proses berpikir itu, sang pencipta menuntun Nabi Ibrahim AS kepada satu jawaban, yakni Allah SWT, Dzat Maha Besar yang mengatur segalanya.

Layaknya Ibrahim mencari Tuhannya, begitu pula yang dialami Ahmad Sugiarto alias A Sen sebelum memutuskan memeluk Islam. sesuatunya. Dari rentetan proses yang dialami, A Sen menemukan jalan pada Allah SWT dan Islam. ”Hanya ada satu Dzat  yang mengatur alam semesta ini. Yakni Allah SWT,” papar A Sen kepada Republika.co.id, saat menghadiri syukuran 20 tahun Yayasan Haji Karim Oei, Ahad, (10/4).

Saat masih menganut agama lamanya, A Sen melihat Islam bukanlah sebuah agama. Karena waktu itu, menurut logika sederhana A Sen, kebanyakan agama yang dia tahu selalu menggunakan medium saat beribadah. Sementara ketika melihat umat Islam baik dalam keseharian ataupun melalui media massa, ia tidak melihat Islam menggunakan medium berupa patung atau simbol lain saat beribadah. “Semua yang di depan itu (medium patung dan simbol lainnya) disembah.  Tapi Islam, saya pikir, "Apa yang disembah, tak ada. Maka ini bukan agama", demikian pandangan saya waktu  belum mengenal Islam,” ungkap A Sen mengisahkan.

Pemikiran A Sen tentang Islam secara perlahan terbentuk melalui buku-buku Islam dan ilmu pengetahuan. A Sen yang kritis, bertanya-tanya soal bagaimana alam semesta ini terbangun.

Menurut pemahamannya, segala sesuatu tidak tercipta dengan sendirinya. Sebagai contoh saja, kata A Sen, bumi ini ada kehidupan lantaran keberadaan atmosfer. Dari atmosfer, air laut yang diserap matahari berubah menjadi awan lalu jadilah hujan membasahi bumi. Tanpa atmosfer, air laut bakalan kering, tidak akan ada kehidupan seperti yang terjadi di planet-planet lain. “Yang jadi pertanyaan, air itu tak pernah kering. Rupaya ada yang menahan yaitu atmosfer, lalu kenapa bisa begitu, jadi semua itu perputar, berarti ini ada yang mengatur. Saya saat itu cuma berpikir siapa yang mengatur? Waktu itu saya belum mengenal Allah, “ papar A Sen.

Alam, menjadi media A Sen merenung. Pertanyaan-pertanyaan kritis A Sen segera mengemuka. Misalnya saja, mengapa pohon cabai menghasilkan buah cabai yang pedas. Lalu mengapa tebu menghasilkan rasa manis. “Kok bisa begitu? Padahal sama-sama diberikan pupuk dan air yang sama. Tidak mungkin diberi gula atau bahan pecampur lain. Lalu rasa manis dan pedas itu dari mana?"

Lalu, Asen merujuk pada dirinya sendiri. Pertanyaan kritis kembali menyeruak. “Rambut bisa terus tumbuh panjang, sementara bulu mata tumbuh hingga pada batas tertentu. Lalu, kalau bulu mata tumbuh terus seperti rambut bisa repot manusia. Berarti
ini sudah ada yang mengatur lagi,” kata dia.

Menurut A Sen, pertanyaan-pertanyaan kritis yang lahir dari pikirannya tanpa disadari merupakan ilham atau hidayah. Saat itu, A Sen memang belum mengetahui jawban-jawaban itu sebelum akhirnya membaca kitab suci  Alquran.  Berjumpalah A Sen dengan Alquran.

Dari Alquran, A Sen menemukan jawaban berupa dzat maha besar yang mengatur alam semesta ini yaitu Allah SWT.  Dari Alquran pula, A Sen mengetahui bahwa apa-apa yang diciptakan manusia seperti asbak termasuk medium-medium seperti patung tidak bisa melihat penciptanya.

“Kita buat gelas, gelas itu tidak bisa melihat saya,  begitu pula dengan saya yang diciptakan Yang Maha Kuasa, saya tidak bisa melihat pencipta saya. Tapi ada dzat maha kuasa yang menciptakan, suatu saat nanti akan memberikan kesempatan pada manusia untuk melihat dia,” kata A Sen.

Usai mendapatkan jawaban hakiki tersebut, pemikiran kritis A Sen segera mengerucut pada sebuah kesimpulan bahwa agama yang hanya diterima Allah SWT hanyalah Islam. A Sen pun bingung. Sebab ia masih memeluk agama diluar Islam. “Ya, bagi saya, waktu itu, repot nih. Saya  masih memeluk agama lain bukan Islam,” ungkap A Sen.

Berangkat dari kesimpulan itu, A Sen mulai belajar Islam secara sembunyi di kamarnya. Suatu ketika, saat A Sen membaca Alquran, dia mendapat ayat yang menyebutkan perintah kepada setiap Muslim untuk memeluk Islam secara kaffah. “Masuk Islamlah saya secara keseleuruhan. Orang tua saya ngamuk bukan main,” kata  dia.

A Sen yang memutuskan mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa dibimbing seorang ustadz, tanpa dihadiri Muslim lainnya. Di depan tembok kamarnya, ia berikrar menjadi Muslim.

Iapun menjelaskan pada keluarganya tentang keputusannya memeluk Islam. Ia mengatakan kepada kedua orang tua, kakak dan adiknya, bahwa agama yang selama ini ia dan keluarganya peluk bukanlah agama. Yang harusnya disembah, adalah pencipta matahari, bulan, dan bintang. Bukan hasil ciptaannya yang disembah. Langkahnya memeluk Islam diikuti sang adik.

Namun, ia masih menyembunyikan keislamannya. Baru pada tahun 1996,  dibimbing Ketua Umum PITI DKI Jakarta, Syarif Tanudjaja, ia mengucapkan dua kalimat syahadat kembali di masjid Lautze. Fondasi keimanan yang dibangun sedari awal kian sempurna ketika ia memperdalamnya di Masjid Lautze.

Di saat itulah, konsekuensi memutuskan menjadi Muslim mulai bermunculan. Sindiran, ejekan dan sentimen terhadap dirinya berdatangan silih berganti baik dalam lingkup lingkungan sekitar rumahnya dan pekerjaan. Meski begitu, keyakinannya terhadap Islam tidak tergoyahkan. Bahkan kian memantapkan hati dan pikirannya atas jalan yang ia pilih. “Setelah masuk Islam, masya Allah, luar biasa. Allah memberikan hadiah kepada saya yang tidak kepalang tanggung," katanya.

Menurut A Sen, Islam memang diakui sulit untuk dipelajari tapi menjamin kebenaran hakiki. Sementara agama lain, kata dia, mudah dipelajari tapi hanyalah membawa pada kerugian.  “Mau yang berat tapi benar atau mau yang mudah tapi salah. Kalau saya tentu memilih yang berat tapi benar.

Disini, kehidupan manusia tidak berhenti di dunia, tapi ada kehidupan akhirat. Maka saya memilih Islam. Mendingan yang berat tapi menjamin saya kebenaran. Susah-susah dahulu tidak apa-apa,
yang penting bahagia kemudian,” katanya.

Redaktur: Siwi Tri Puji B

Reporter: Agung Sasongko

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.