Pernah Umar bin Khattab ra. ketika berziarah ke rumah Rasulullah saw, merasa terharu menyaksikan seorang kekasih Allah SWT sedang berbaring di atas tikar yang merupakan susunan pelepah-pelepah kurma. Nampak jelas bekas alur tikar ditubuhnya. Di dalam rumah baginda saw yang penuh barokah itu tidak terlihat peralatan lambang kemewahan, hanya ada lemari yang berisi segantang gandum kasar.
Kemudian Umar ra. menangis di hadapan Rasulullah. Rasulullah saw pun bertanya, "Apa yang menyebabkan Engkau menangis, wahai Umar?”. Umarpun menjawab.“Aku melihat para kaisar dan kisra serta raja-raja lain tidur di atas kasur mewah beralaskan sutera, tetapi aku di sini melihat engkau tidur beralaskan tikar seperti ini,”
“Wahai Umar, tidakkah engkau sependapat denganku. Kita lebih suka memilih kebahagiaan di akherat sedang mereka memilih dunia.”
***
Bukan hanya dalam keadaan susah tetapi dalam keadaan lapang dan kedudukannya yang tinggi sekalipun Rasulullah saw tetap merasakan kehambaannya. Perlambang keseriusan hati dengan Allah. Begitu serius menghambakan diri kepada-Nya. Serius mencari cinta dan ridha.
Sikap orang yang serius dengan Allah, dalam keadaan apapun, hati senantiasa cemas dan bimbang terhadap Allah. Kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan dirasakan belum berbuat. Kalaupun sukses dalam suatu usaha, dirasakan bukan hasil kerjanya, tapi milik Allah.“
Di dalam diri tertanam rasa kurang, rasa lemah, rasa tidak mampu; sehingga darinya lahirlah benih-benih cinta terhadap Allah. Dan sangat kedekatannya.“ Betapa kita... dalam kondisi terpuruk masih muncul ke'aku'annya.
0 komentar:
Posting Komentar