TAKWIL MIMPI TENTANG GAJAH, BINATANG BIAS YANG MEMBAHAYAKAN, DAN ANAK-ANAKNYA. Kesemuanya itu mengandung ta'bir tentang orang lelaki yang banyak ucapannya, besar, keras dan berwibawa, sedangkan dia bukan dari bangsa Arab. Bermimpi sesungguhnya dia menaikinya (mengendarainya), atau memilikinya atau yang mendapatkannya atau yang mengaturnya pada selain urusan pertanian, maka ta'birnya ialah : dia akan menjawab penguasa dengan kekerasan dan kemenangan, atau boleh juga dia memerintah pada kawasan dari negara selain Arab.
Barang siapa yang bermimpi sesungguhnya dia memakan daging gajah, maka sebagai ta'birnya dia akan mendapat uang dari penguasa menurut kadar daging yang dimakannya. Sedemikian itu pulalah ta'birnya apabila dia mengambil sesuatu dari rambutnya, atau kulitnya atau tulangnya, atau bahagian tubuh lainnya.
Bermimpi berkendaraan gajah di dalam peperangan, maka mengandung ta'bir bahwasanya kekalahan ada pada pihak yang berkendaraan gajah.
CERITERA
Diceriterakan sesungguhnya segolongan manusia dari jazirah Shaqliyyah mengatakan, bahwa raja mereka bermaksud akan memerangi orang-orang Islam. Raja itu telah mempersiapkan angkatan laut yang berjumlah besar.
Pada suatu ketika Raja bermimpi, bahwa dia mengendarai gajah sedangkan genderang dipukul dan .terompet ditiup di depannya. Ketika Raja bangun dari tidurnya, maka dia mendatangkan sebahagian dari para uskupnya (pembesar agama nasrani), dan mengkisahkan mimpinya pada mereka. Lalu mereka memberikan ta'bir suatu kemenangan dan kesuksesan dengan apa yang dicita-citakan raja mereka.
Kemudian dengan ta 'bir. mereka itu, rajanya minta bukti-buktinya. Dengan dasar yang mereka anggap sudah kuat, lalu mereka memberikan alasan, bahwa gajah adalah binatang darat yang paling besar dan paling kuat. Dan orang yang mengendarainya boleh bertindak keras dan mendapat kemenangan.
Adapun genderang dan terompet sebagai isyarat tentang sukaria dan kegembiraan, serta kemasyhuran kerajaan. Tidaklah genderang dipukul dan terompet ditiup melainkan dihadapan para raja pada saat-saat bersukaria.
Setelah mendengar ta'bir para uskup itu, raja merasa kagum dan memerintahkan mereka bubar serta memerintahkan pula untuk menghadirkan pendeta-pendeta orang Yahudi. Lalu mereka itu pun menta'birkan pula dengan kesuksesan dan kemenangan.
Selanjutnya tidak ketinggalan pula, bahwa raja juga memerintahkan agar ulama' muslim dipanggil. Dan setelah mereka datang menghadapnya, maka raja mengkisahkan lagi mimpinya kepada mereka, lalu dia menunjuk salah seorang diantara mereka yang paling alim untuk memberikan ta'bir dari mimpinya.
Kemudian Ulama' yang ditunjuk raja itu berkata : "Jikalau sekiranya paduka baginda raja menjamin keamanan terhadap diriku, niscaya saya beritahukan kepada baginda tentang ta'birnya."
Ternyata raja menjamin keamanan dan bersumpah kepadanya. Dengan jalan demikian, Ulama' muslim itu berkata : "Wahai paduka Raja tidak kulihat tentang maksud baginda dan tujuan untuk keluar dari negeri baginda ini sesuatu kemenangan dan kebaikan apapun. Janganlah baginda kirimkan angkatan perang baginda itu. Karena sesungguhnya mereka itu tidak akan kembali pulang dan pasti dikalahkan dan disapu bersih. Dan janganlah baginda mempunyai salah dugaan dengan ta'bir ini.
Kemudian raja itu bertanya : "Apakah bukti-buktimu ten-ang ta'bir ini?" Dia menjawab : Alloh. Karena Alloh swt telah berfirman :
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ
Yang artinya :
"Apakah kamu tidak memperhatikan, bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?"
Dan dia membaca surat Al Fil sampai tamat.
Raja berkata : "Ini adalah dalilmu tentang gajah. Lalu apakah dalilmu tentang terompet?" Dia menjawab : "Dalilku adalah Firman Allah swt, dalam surat Al Muddasir, ayat : 8-9-10."
فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُورِ
فَذَلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ
عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ
Artinya :
"Apabila ditiup sangkakala, maka waktu adalah waktu (datangnya hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah." (Surat Al Muddafsir : 8-9-10).
"Apabila ditiup sangkakala, maka waktu adalah waktu (datangnya hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah." (Surat Al Muddafsir : 8-9-10).
Ketika raja mendengar jawaban Ulama' itu, maka terperanjatlah dia dan di dalam hatinya terasa khawatir serta dia tak sanggup mengelaknya lagi. Kemudian raja berkata : "Wahai Syeikh, andaikata kamu bukan dari golongan ummat Islam, niscaya aku mempercayai ucapanmu itu. Akan tetapi sebenarnya kamu merasa benci, andaikata kami memerangi orang-orang Islam."
Lalu Syeikh menjawab : "Tunggulah saja yang akan terjadi wahai raja." Sesudah itu bubarlah para Ulama' yang dipanggil raja itu. Kemudian raja pun berfikir tentang ucapan Syeikh, sehingga menjadi lemahlah niatnya untuk mengirim angkatan perangnya untuk memerangi orang-orang Islam.
Setelah berita ini terdengar oleh para pendeta, para kepala segala uskup dan para penguasa kerajaan, maka mereka itu hadir menghadap raja mereka, seraya berkata : "Wahai paduka raja, kekallah kejayaan baginda dan sempurnalah kemenangan baginda. Baginda percaya kepada seorang muslim yang membenci kami dan benci andaikata kami memerangi mereka. Jika baginda mengizinkan kepada kami, niscaya kami pancung mereka itu dengan mata tombak."
Akan tetapi raja melarangnya dan tidak memberikan izin kepada mereka. Kemudian mereka itu berdiri di sebelah kanan rajanya, dan menggalakkan lagi cita-citanya, sehingga raja itu kembali mengikut kepada ucapan mereka.
Selanjutnya raja itu memerintahkan kepada putera mahkota untuk memimpin peperangan. Kemudian mereka itu berangkat dengan kapal-kapal dan angkutan laut lainnya.
Ternyata mereka itu dihadapi oleh angkatan perang Islam dan mereka melintas ke laut dengan melakukan penyerangan, dan membunuh setiap musuh. Setelah pertempuran berlangsung tiga hari, habis dan binasalah pasukan musuh semuanya, dan tidak seorang juapun yang kembali ke kampung halaman mereka lagi.
Segera sesudah raja mendengar kekalahan mereka, maka berangkatlah dia menuju Syeikh yang memberikan ulasan ta'bir mimpinya, dan dia minta maaf kepadanya, seraya dia berkata : "Janganlah kamu mengambil tindakan apapun kepadaku." Ternyata raja itu masuk Islam dengan baik secara bersembunyi di hadapan Syeikh, dan dia diperintahkannya melakukan keislamannya dengan baik sepanjang siang dan malam serta diajarkan Al-Qur'an seluruhnya kepadanya, sehingga tersiarlah khabar keislaman raja itu pada segenap penduduk jazirah Shaqliyyah.
Imam Karmani mengatakan, bahwa barang siapa yang bermimpi sesungguhnya dia mengendarai gajah ketika tidur siangnya, maka sebagai ta'birnya ialah : dia akan mencerai dengan isteri.
0 komentar:
Posting Komentar