Iman menjadikan apa saja yang datang dari Allah adalah baik walaupun buruk pada pandangan diri mereka sendiri. “Wahai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhaan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridhai pahalamu selain syurga.” (HR Ibnu Majah (no: 1597)
Ujian Allah datang dalam berbagai bentuk dan ujian kepada setiap manusia adalah berbeda. Macam ujian penyakit dan kesakitan yang sering dikurniakan dalam hidup. Pelik dan sulit untuk difikirkan, tetapi tidak ada yang mustahil bagi Allah. Ujian hidup adalah satu didikan langsung dari Allah, insya-Allah, diri akan dapat kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi hidup ini. Talian hayat diri akan senantiasa “tersambung” dengan Allah. Allah mendidik melalui kesusahan, kesenangan, pujian maupun cercaan.
Bila bertemu kesusahan, Allah mendidik tentang sabar. Bila bertemu kesenangan, Allah mengajar arti kesyukuran. Bila si miskin datang, itu peluang untuk mengamalkan sifat pemurah. Tetapi bila si kaya berpamer, jangan pula tergoncang sifat qanaah. Allah mendidik pada setiap masa, peristiwa dan manusia.
Menghadapi ujian hidup dengan mencari maksud dibalik takdir-takdir Allah itu. Mendengarkan suara pendidikan dan dakwah yang berbisik setiap kali diri diuji. Kebaikan dan keburukan hanya ada pada penilaian insan, tetapi di sisi Allah apa yang ditakdirkan-
Nya pasti satu kebaikan. Kebaikan itu yang diri lihat dan cari. Usah mengeluh, kenapa diri tidak berjaya seperti insan-insan lain. Jika diri terus mengeluh, kaki akan melekat selamanya di anak tangga ujian itu. Diri tidak akan meningkat lebih tinggi. Menerimalah dengan pasrah, tetapi bukan kalah. Hati tunduk akur berteman sabar namun akal gesit berputar mencari jalan keluar!
Usah memberontak, asyik mempersoalkan mengapa dan kenapa? Justru diri tidak akan dapat mengubah realitas. Jalan sebaik-baiknya adalah menerimalah seadanya, ya itu telah berlaku, ya itulah keadaannya ... tak kira bagaimana keadaannya sekalipun diri tetap hamba Allah. Usah coba jadi “Tuhan” walaupun pada kehidupan diri sendiri. Tunduk dan akur pada takdir dengan mengatur sebaik-baik rancangan. Akidah sebagai akar jati diri, syariat sebagai kompas hidup dan akhlak sebagai senjata diri.
0 komentar:
Posting Komentar