Kehidupan pasti tidak akan pernah lepas dari cobaan dan godaan. Setiap hari merupakan ajang kejuaraan untuk menentukan siapa yang kalah dan yang menang. Ya, itulah pertarungan kita melawan setan dan hawa nafsu. Dan pastinya, ketika semua itu berujung pada sebuah akhir. Siapapun pemenangnya nanti, maka kebahagiaan pasti akan dituainya.
Salah satu "penyakit" pemberat kehidupan langkah dan jiwa manusia adalah kebohongan.Sedangkan pengobat dari semua itu tidak lain adalah kejujuran. Dan menjadi jujur bukanlah sebuah pilihan, tapi memanglah menjadi hal yang harus dipilih. Ketika seseorang berada dalam posisi jujur, maka jiwanya akan terasa merdeka, walaupun raganya berada dalam jeruji besi. kebebasannya akan sangat melegakannya dan meluaskan dunia dan pikirannya.
...Menjadi jujur bukanlah sebuah pilihan, tapi memanglah menjadi hal yang harus dipilih. Ketika seseorang berada dalam kejujuran, maka jiwanya akan terasa merdeka, walaupun raganya berada dalam jeruji besi. kebebasan jiwanya itu akan sangat melegakannya dan meluaskan dunia dan pikirannya...
Sebaliknya, seorang pembohong dan atau orang yang memenuhi kehidupannya dengan kebohongan, maka akan merasa terpenjara dalam sempitnya dunia yang dibuatnya sendiri. Bahkan untuk menghirup nafaspun merupakan sesuatu yang sangat menyesakkannya. Memang tidaklah berlebihan untuk menggambarkan bahwa memang seperti itulah hidup orang orang yang menanggung "beban" kebohongan dalam hidupnya. Betapa tidak, setiap detik hanya difokuskannya untuk mencari sejuta alasan untuk menutupi dan membuat kebohongan selanjutnya. Benar- benar lingkaran setan yang tiada akhir.
Memenuhi hidup dengan sebuah kebohongan, juga berarti memperbodoh orang lain dan menjadikan diri kita seseorang yang tidak pintar. Mengapa begitu?. Bukankah Allah Subhana Wata'ala maha melihat dan mendengar apapun yang kita lakukan, bahkan tentang hal yang hanya tersirat dalam hati saja. Lalu mengapa kita masih bersandiwara dengan seribu satu alasan untuk menjadikan diri kita menjadi pribadi yang benar. Apa ridho dan kesenangan manusia yang kita harapkan? lalu bagaimana dengan Keridhoan Allah? apakah lebih utama dari semua itu?
...Bukankah Allah Subhana Wata'ala maha melihat dan mendengar apapun yang kita lakukan, bahkan tentang hal yang hanya tersirat dalam hati saja. Lalu mengapa kita masih bersandiwara dengan seribu satu alasan untuk menjadikan diri kita menjadi pribadi yang benar dihadapan manusia...
Menjadikan dunia ini luas dalam hati dan pikiran dengan perantara sebuah kejujuran memang tidaklah mudah, namun memang begitulah adanya, hanya kebenaran dan kejujuran yang begitu sangat mendamaikan, sesuatu yang tidak akan terukur dan terbeli dengan materi apapun.
Bagi siapapun yang sekarang masih hidup dalam kebohongan yang menyesakkan, maka merdekakan jiwa anda dengan sebuah kejujuran betapapun pahitnya untuk memulai semua itu. Namun percayalah, InsyaAllah waktu akan mengobati rasa sakitnya. Tahukah anda, bahwa dengan kejujuran itu, anda akan memuliakan diri anda sendiri, walaupun diawalnya terlihat sangat bersalah. Namun dengan keteguhan mengakui sebagai "tersangka" utama, anda kini telah muncul sebagai seseorang yang luar biasa karena berani mengakui kesalahan, sesuatu yang jarang dilakukan kebanyakan orang biasa.
...Kejujuran menjadikan anda sebagai seseorang yang luar biasa karena berani mengakui kesalahan, sesuatu yang jarang dilakukan kebanyakan orang biasa...
Ya, pertarungan kita melawan setan dan hawa nafsu pasti berujung pada sebuah akhir, dan siapapun pemenangnya nanti, maka kebahagiaan pasti akan dituainya. Tapi kemudian satu pertanyaan yang muncul, apa iya kita mau menjadikan diri kita sebagai obyek pembahagia setan? Sedangkan dengan jelas Allah Subhanahu Wata'ala telah menjelaskan bahwa mereka adalah musuh yang nyata bagi kita...
(syahidah)vOICE OF aL isLAM
Minggu, 03 April 2011
Label:Renungan
0 komentar:
Posting Komentar