Kisah yang diriwayatkan Umar R.A: ia sedang berjalan di Madinah, lalu melihat anak memegang burung kecil yang dipermainkan. Umar kasihan terhadap burung itu lalu dibelinya burung itu kemudian dilepaskannya.
Tatkala Umar R.A meninggal dunia, banyak orang melihatnya dalam mimpi dan menanyakan keadaannya dalam mimpi itu, “apa yang dilakukan Allah terhadapmu?” Umar R.A menjawab, “Allah mengampuni dan memaafkanku”
Orang-orang itu bertanya, “dengan apa engkau mendapatkan ampunan itu, apakah dengan keadilan atau dengan kezuhudanmu?”, Umar menjawab, “tatkala kalian memasukkan aku ke dalam kubur dan menutupiku dengan tanah, kalian tinggalkan aku sendirian. Kemudian datang dua orang malaikat yang menakutkan, sehingga hilang akal dan gemetar persendianku lantaran kewibawaan mereka. Keduanya memegang, mendudukkan dan ingin menanyaiku, kudengar seruan dari suara gaib, “tinggalkanlah hamba-Ku dan jangan menakutkannya, Aku telah mengasihani dan memaafkannya sebab ia mengasihani burung ketika di dunia sehingga Aku mengasihaninya di akhirat.”
Subhanallah, dari amal mengasihani seekor burung saja dapat selamat di akhirat, masihkah kita berbuat semena-mena terhadap makhluk lain? Tentunya mengasihani manusia adalah jauh lebih besar pahalanya dibanding seekor burung.
Kisah kedua : adalah seorang ahli ibadah dari bani Israel melewati di suatu gundukan tanah. Saat itu bani Israel ditimpa kelaparan. Ia bercita-cita dalam hati, seandainya tanah itu berubah menjadi tepung niscaya akan mengenyangkan perut bani Israel. Kemudian Allah mewahyukan kepada salah seorang nabi mereka, “katakanlah kepada si Fulan(si ahli ibadah), bahwa Allah telah memberikan pahala bagimu seperti andaikata tanah itu berubah menjadi tepung lalu engkau bersedekah dengannya”.
Barang siapa mengasihani hamba-hamba Allah niscaya Allah mengasihinya, karena hamba itu tatkala mengasihani hamba-hamba Allah dengan perkataannya: “andai tanah itu berubah menjadi tepung niscaya bisa mengenyangkan orang-orang, maka iapun akan mendapatkan pahala sebagaimana apabila dilakukannya”.
Mari kita saling mengasihi kepada sesama, janganlah ada lagi pertengkaran dan keributan. (‘mu) dari Mawa’idul Usfuriyah yang diterjemahkan oleh Zaed Husein Alhamid.
0 komentar:
Posting Komentar