"Adalah menyia-nyiakan waktu berdebat tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang Muslim yang baik. Bersatulah!"

Imam Malik satu hari masuk ke Masjid setelah Ashar. Saat memasuki Masjid An-Nabawi beliau mendekat dan duduk. Rasulullah telah memerintahkan bahwa siapa pun yang memasuki Masjid sebaiknya tidak langsung duduk sampai ia pertama kali shalat 2 rakaat sebagai salam untuk Masjid. Imam Malik berpendapat bahwa Allah melarang Rasul shalat setelah shalat Ashar dan dia akan mengajarkan murid-muridnya untuk tidak shalat tahiyyatul Masjid jika mereka masuk pada waktu antara Ashar dan Maghrib. Pada saat Imam Malik duduk, seorang anak muda melihatnya duduk tanpa terlebih dahulu shalat 2 rakaat Tahiyyatul Masjid. Anak muda mencemooh dia, "Bangunlah dan shalat 2 rakaat!"

Imam Malik patuh berdiri dan mulai shalat 2 rakaat. Para siswa duduk tertegun: Apa yang terjadi? Apakah pendapat Imam Malik berubah?

Setelah ia telah menyelesaikan shalat, para siswa mengerumuninya dan mempertanyakan tindakannya. Imam Malik berkata, "Pendapatku tidak berubah, juga aku tidak menarik kembali pada apa yang aku ajarkan sebelumnya. Aku hanya takut bahwa seandainya aku tidak shalat 2 rakaat sebagaimana diperintahkan anak muda, Allah mungkin memasukkan saya di Ayat...

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Rukuklah (dalam shalat)', mereka tidak rukuk." - Al Mursalat 77/48.

Imam Ahmad berpegang pada pendapat bahwa makan daging unta membatalkan Wudhu, berbeda berpendapat dengan mayoritas ulama. Beberapa siswa bertanya kepadanya, "Jika Anda menemukan seseorang makan daging unta dan menjadi Imam di depan Anda - tanpa terlebih dahulu Wudhu - kemudian memimpin Shalat, akankah anda shalat di belakangnya?" Imam Ahmad menjawab, "Apakah kamu pikir aku tidak akan shalat di belakang Imam Malik dan Sa'id ibn Al-Musayyab?"

Allah menciptakan manusia dengan perbedaan. Ini adalah hukum penciptaan. Bahasa yang berbeda, warna kulit berbeda, budaya yang berbeda... Itu semua yang di luar. Di dalam, manusia diciptakan dengan banyak derajat pengetahuan, kecerdasan, dan pemahaman konsep. Ini semua tanda dari Allah yang menunjukkan kekuasaan-Nya untuk melakukan apapun yang Dia kehendaki:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah penciptaan langit dan bumi, dan berbeda dalam bahasa Anda dan warna kulit Anda: Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi mereka yang tahu." [30:22]

Manusia pasti berbeda, ini tidak masalah. Masalahnya adalah: Bagaimana sebagai seorang muslim harus satu dalam menghadapi perbedaan-perbedaan pendapat dan bagaimana seharusnya hubungan kita dengan seseorang yang pendapatnya berbeda.

Allah ta'ala memerintahkan kita untuk memanggil dan menasihati orang dalam Din Al-Islam ini. Banyak Muslim yang menjalankan misi ini tertutup matanya, tidak menyadari bahwa petunjuk tersebut ada juga di dalam Al Qur'an. Bahkan, dalam ayat yang sama dimana Allah memerintahkan kita untuk memanggil dan menasihati orang-orang di Din ini, Allah mengajarkan kita bagaimana untuk melakukannya. Bacalah ayat berikut ini dengan seksama:

"Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang terbaik!" - Surah An-Nahl 16/125.

Tidak perlu berfilsafat. Tidak perlu bicara di taman bunga. Langsung ke pokok, polos dan sederhana untuk siapa saja yang mau mengambil pelajaran.

Di Ayat tersebut ada tiga resep untuk bersikap ketika kita tidak setuju dengan seseorang. Allah mengajarkan kita bila berdebat tentang kebenaran, mengajarkan kita bagaimana untuk melakukannya:

1. Dengan Hikmah (kebijaksanaan)
2. Dengan instruksi yang baik, dan
3. Untuk berdebat dengan cara yang paling baik.

Apa artinya memiliki Hikmah saat berbeda dengan seseorang? Cucu dari Rasulullah SAW pernah menunjukkan salah satu contoh yang paling indah dari Hikmah dalam menasihati orang lain. Al-Hasan dan Al-Husain - dalam usia muda mereka - pernah melihat seorang laki-laki tua mengerjakan Wudhu secara tidak benar. Bersama-sama mereka mengatur rencana untuk mengajarkan manusia tanpa menghinanya, menasihatinya sesuai dengan usianya.

Bersama-sama mereka pergi ke orang tua itu dan mengumumkan, "kakakku dan aku berbeda pendapat tentang siapa di antara kami yang melakukan Wudhu paling baik.. Apakah Anda mau menjadi hakim untuk menentukan siapa salah satu dari kami yang melakukan Wudhu lebih benar?"

Pria itu memperhatikan dua cucu Rasulullah SAW melakukan Wudhu secara eksplisit. Setelah mereka selesai, ia mengucapkan terima kasih kepada mereka dan berkata, "Demi Allah, aku tidak tahu bagaimana melakukan Wudhu sebelum ini. Kalian berdua mengajariku bagaimana melakukannya dengan benar."

Kita harus memahami bahwa ada dua dimensi Hikmah. Pertama, adalah Hikmah pengetahuan - Hikmah Ilmiyyah. Dan kedua, adalah Hikmah Aksi - Hikmah Amaliyyah.

Beberapa orang mungkin memiliki Hikmah pengetahuan. Tetapi kita melihat bahwa ketika mereka mencoba mengoreksi orang lain, menasehati mereka, mereka tidak memiliki Hikmah Aksi. Hal ini menyebabkan banyak orang umum menolak Hikmah pengetahuan.

Untuk menggambarkan Hikmah pengetahuan tanpa Hikmah tindakan ini, saudara sesekali menyelesaikan Shalat di Masjid setempat dan kemudian mulai berjabat tangan dengan orang-orang di kanan dan kiri. Saudara mendapatkan uluran tangan dari sebelah kanan dan langsung menampar tangannya dan membentak, "Itu bukan bagian dari Sunnah!" Orang itu menjawab paling benar, "Oh, sedang kan menghina dan tidak menghormati orang lain adalah bagian dari Sunnah?"

Untuk menunjukkan Hikmah ketika kita berbeda pendapat memerlukan sebagai berikut:

Satu: Ketulusan. Jika kita berbeda, niat kita seharusnya bahwa kita berbeda dengan harapan tulus untuk datang dan pergi dengan kebenaran. Niat kita harus tulus kepada Allah.

Kita tidak seharusnya berbeda hanya untuk melepaskan benci atau iri dalam hati kita. Kita tidak seharusnya berbeda untuk mempermalukan orang seperti kita mungkin telah dipermalukan.

Rasulullah berkata, "Barangsiapa yang mempelajari pengetahuan - pengetahuan dari apa yang harus dicari demi Allah - hanya untuk mendapatkan komiditas dunia materi, ia tidak akan mencium bau wangi surga pada hari kebangkitan." - Sebuah hadits otentik diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Kitab Al-Ilm.

Dua: Kebaikan dan Kelembutan. Untuk memiliki Hikmah ketika berbeda berarti kita harus tidak meninggalkan suasana kebaikan dan kelembutan, kita harus jangan membiarkan diri kita menjadi marah dan meninggikan suara kita.

Firaun adalah salah satu orang yang paling jahat yang pernah hidup. Musa adalah salah satu yang paling mulia. Lihatlah bagaimana Allah mengatakan kepada Musa untuk menasihati Fir'aun...

"Pergilah, kalian berdua, kepada Fir'aun. Sesungguhnya dia telah melanggar. Dan berbicara kepadanya dengan suara lembut, mungkin ia akan ingat atau takut (kepada Allah)."

Seorang pria satu kali masuk pada Khalifah dan menghukum dia untuk beberapa kebijakan yang telah diambil. Khalifah menjawab, "Demi Allah, Fir'aun adalah lebih jahat daripada aku. Dan demi Allah, Musa lebih saleh daripada engkau, Namun Allah memerintahkan dia... 'berbicaralah dengannya dengan perkataan yang lembut, mungkin ia dapat mengingat atau takut (kepada Allah)."

Tiga: Luangkan Waktu Anda dan Klarifikasi. Untuk memiliki Hikmah ketika berhadapan dengan orang lain adalah untuk bersabar dan mendapatkan kejelasan sebelum sampai kepada kesimpulan.

Imam Ahmad meriwayatkan dengan rantai perawinya yang mengarah ke Ibnu Abbas yang berkata, "Seorang pria dari Bani Salim melewati sekelompok sahabat Nabi (pada saat perang). Orang itu berkata 'as salamu alaikum' kepada mereka. Para sahabat menyimpulkan bahwa dia hanya mengatakan 'as salamu alaikum' kepada mereka sebagai penipuan untuk menyelamatkan dirinya agar tidak ditangkap. Mereka mengelilingi dia dan Malham bin Juthaamah membunuhnya. Dari peristiwa itu Allah menurunkan ayat ini...

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Surah Annisa, 4:94.

Keempat: Berbicara baik. Jangan pernah menukar kata-kata baik dengan kekerasan, terutama ketika berhadapan dengan umat Islam lainnya.

Lihatlah kekuatan kata tulus dan sopan: Mus'ab bin Umair adalah duta besar Rasulullah yang pertama di Madinah. Sebelum Rasulullah tiba di Madinah, Mus'ab mengajarkan penduduk Madinah tentang Islam dan mereka mulai memasuki Din Islam.

Sa'd ibn 'Ubaadah, salah satu pemimpin Madinah marah. Ia menyarungkan pedangnya dan berangkat untuk mencari kepala Mus'ab ibn 'Umayr. Ketika ia berhadapan dengan Mus'ab ia mengancam, "Hentikan bicara omong kosongmu atau kau akan menemukan dirimu mati!"

Mus'ab menjawab dengan cara yang seharusnya menjadi pelajaran bagi kita semua. Lelaki di depannya ini tidak berhenti pada kekasaran dan kebodohan, ia ingin menggorok tenggorokannya.

Mus'ab berkata, "Apakah tidak sebaiknya Engkau duduk dan mendengarkan selama beberapa saat.. Jika Engkau setuju dengan apa yang saya katakan ambillah, dan jika tidak, kita akan berhenti dari membicarakan ini" Sa'd duduk.

Mus'ab berbicara tentang Allah dan Rasul-Nya sampai wajah Sa'd bin Ubaadah bersinar seperti bulan purnama dan dia berkata, "Apa yang harus dilakukan seseorang yang ingin masuk ke dalam Din ini?" Setelah Mus'ab mengatakan kepadanya ia berkata, "Ada seorang pria, jika ia menerima Din ini, tidak akan ada rumah di Madinah yang tidak akan menjadi muslim. Dialah Sa'd bin Mu'aadh."

Ketika Sa'ad bin Mu'aadh mendengar apa yang terjadi, ia marah. Dia meninggalkan rumahnya untuk pergi dan membunuh orang yang disebut Mus'ab bin Umair untuk menghentikan yang ia lakukan. Ia datang pada Mus'ab dan mengumumkan, "Engkau harus berhenti dari agama yang engkau bicarakan atau engkau akan menemukan dirimu mati!"

Mus'ab menjawab, "Apakah tidak sebaiknya Engkau duduk dan mendengarkan selama beberapa saat. Jika Engkau setuju dengan apa yang saya katakan ambillah, dan jika tidak, aku akan berhenti dari pembicaraan ini." Sa'd duduk.

Mus'ab berbicara tentang Allah dan Rasul-Nya sampai wajah Sa'ad bin Mu'aadh bersinar seperti bulan purnama dan dia berkata, "Apa yang harus dilakukan seseorang yang ingin masuk ke dalam Din ini?"

Lihatlah apa yang dilakukan oleh kata-kata yang baik itu. Sa'd ibn Mu'aadh pulang ke suku Madinah malam itu dan mengumumkan kepada mereka semua, "Segalanya yang ada padamu adalah Haram bagiku sampai engkau semua masuk ke dalam Islam."

Malam itu, setiap rumah di Madinah pergi tidur dengan Laa ilaaha illa Allah... semua karena kata-kata yang baik.


Siapa yang menang?

Mu'awiyah ibn al-Hakam al-Salami. Ketika ia datang ke Madinah dari gurun, dia tidak tahu bahwa dilarang untuk berbicara selama mengerjakan shalat. Dia menceritakan: "Sementara aku sedang shalat di belakang Rasulullah SAW, seorang pria bersin, jadi aku berkata 'Yarhamuk Allah' (semoga Allah merahmati Anda)." Orang-orang melotot ke arahku, sehingga aku berkata, 'Apakah ibuku kehilanganku?! Apa yang salah dengan mu sehingga engkau melotot kepadaku?' Mereka mulai menampar paha mereka dengan tangan mereka, dan ketika aku melihat bahwa mereka menunjukkan bahwa aku harus diam, aku berhenti berbicara (aku hampir ingin menjawab mereka kembali, tapi aku mengendalikan diri dan diam).

Ketika Rasulullah SAW telah selesai shalat - Aku belum pernah melihat guru yang lebih baik daripada dia sebelum atau setelahnya - dia tidak memarahiku atau memukulku atau membuatku malu. Dia hanya mengatakan, 'Shalat ini harus tidak berisi apa-apa tentang pembicaraan manusia, melainkan hanya tasbiih dan takbir dan bacaan dari Al-Qur'an.' "(Shahih Muslim, 'Abd al-Baaqi edn.., 537).

Islam menunjukkan kepada kita bagaimana untuk berbeda dengan satu sama lain. Beberapa orang berpikir bahwa kita tidak boleh berbeda sama sekali dan semua perbedaan pendapat harus dihindari. Sebenarnya, ini adalah asumsi yang salah, Al-Qur'an dan Sunnah menunjukkan dengan jelas bahwa ketika terjadi kesalahan itu harus diperbaiki. Justru membantu orang lain melakukan apa yang benar adalah yang disyaratkan dalam Din, Nasihat yang tulus.

Kita melihat ketika Rasulullah berpaling dari Abdullah ibn Ummu Maktoom, orang buta, Allah mengoreksinya dalam Al-Qur'an ...

"(Nabi) bermuka masam dan berpaling, Karena telah datang kepadanya orang buta. Tapi apa yang bisa memberi tahu engkau bahwa barangkali ia akan menjadi murni (dari dosa) nya? Atau bahwa ia dapat menerima peringatan, dan peringatan yang mungkin keuntungan baginya?" - Surah Abasa, 1-4

Ketika Haatib bin Abi Balta'ah RA membuat kesalahan dengan menulis kepada orang-orang kafir Quraisy dan menginformasikan kepada mereka tentang arah ke mana Nabi Saw berjalan pada kampanye militer melawan mereka, Allah mengungkapkan kata-kata:

"Hai kalian yang beriman! Jangan ambil musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman ..." - Surah Mumtahanah:1

Dan seterusnya. Jadi kita belajar bahwa ketika terjadi kesalahan, itu harus diperbaiki. Namun, metode koreksi yang bagaimana yang perlu menjadi perhatian kita.

Setiap kali Muslim berpendapat, seolah-olah masing-masing pihak membawa spanduk: 'Saya harus menang dan anda harus kalah!' Mencermati Hadits, Sunnah menunjukkan kepada kita bahwa hal ini tidak pernah terjadi dengan cara Rasulullah bertindak. Perhatikan contoh berikut:

"Aku kalah dan anda menang!"

Seorang Badui datang kepada Rasulullah SAW dan berkata kepadanya, "Berikan aku dari apa yang Allah berikan kepadamu, bukan dari kekayaan ibumu atau dari kekayaan ayahmu." Para sahabat sangat marah kepada pria tersebut dan melangkah maju untuk mendisiplinkan dia untuk apa yang dia katakan. Rasulullah memerintahkan semua orang untuk menjauhinya.

Kemudian dengan tangan, Rasul Allah membawanya pulang, membuka pintu dan berkata, "Ambillah apa yang engkau inginkan dan tinggalkan apa yang tidak Engkau inginkan." Pria itu melakukannya dan setelah dia selesai, Rasulullah bertanya kepadanya, "Apakah aku menyanjungmu?" "Ya, demi Allah," kata Badui. "Ash hadu alla ilaaha illa laa Allah, wa ashhadu anna Muhammadar Rasul Allah." (Artinya dia memeluk Islam)

Ketika para sahabat mendengar tentang bagaimana orang itu berubah, Rasulullah SAW mengajari mereka. "Sesungguhnya contoh diriku, kalian dan Badui ini adalah seperti seorang pria yang mendapatkan untanya melarikan diri. Warga kota menangkap unta untuknya dengan berlari dan berteriak kepada unta, hanya untuk mengusir unta itu lebih jauh. Pria itu akan berteriak, 'Tinggalkan aku dan untaku, aku mengetahui untaku lebih baik." Lalu ia mengambil beberapa rumput di tangannya, mengacung-acungkan di depan unta, sampai ia datang dengan rela.

'Demi Allah, seandainya aku meninggalkan kepada kalian Badui ini, kalian akan memukulnya, menyakitinya, ia akan meninggalkan Islam dan akhirnya masuk neraka. "

"Aku menang dan kau kalah!"

Seorang muslim tidak boleh memiliki sikap pembelaan untuk segala yang dihadapkan kepadanya. Ada kalanya kebenaran harus dikatakan, ketika tidak ada ruang untuk pujian.

Ketika para wanita Makhzoomi - perempuan dari keluarga kaya - mencuri, Rasulullah didekati orang agar hukumannya dibatalkan. Rasulullah menjadi sangat marah dan berdiri di atas mimbar dan mengumumkan, "Demi Allah, bila Fatima putri Muhammad mencuri saya akan memotong tangannya."

Tidak ada ruang untuk pujian, kebenaran harus ditegakkan. Di sinilah etiket dalam perselisihan yang kita bicarakan sebelumnya.

"Aku menang dan anda menang!"

Tidak selalu harus menjadi pecundang. Kita melihat dalam banyak kasus bahwa Rasulullah memberi jalan keluar bagi orang-orang yang berbeda dengannya.

Ketika ia mengirimkan surat kepada Kaisar, kata-kata di dalamnya, "Menjadi Muslim dan engkau akan aman, Allah akan memberikan balasanmu ganda!"

Dia tidak mengatakan menyerah atau mati! Tidak seperti itu. Menjadi Muslim dan Anda akan menang, dan kemenangan Anda ganda.

Saya akan akhiri dengan contoh bersinar tentang bagaimana bertindak terhadap Muslim lain dari peran model kita, Abu Bakar:

Abu Bakar suatu kali bertentangan dengan rekan yang lain tentang pohon. Selama sengketa Abu Bakar mengatakan sesuatu yang lebih baik tidak ia katakan. Dia tidak mengutuk, dia tidak menyerang kehormatan seseorang, ia tidak menunjuk kesalahan siapa pun, semua yang ia katakan adalah sesuatu yang mungkin telah melukai perasaan rekan lain tersebut.

Segera, Abu Bakar - memahami kesalahannya - memerintahkannya, "Katakanlah kembali padaku!" pendamping itu berkata, "Saya tidak akan mengatakan kembali." "Katakanlah kembali kepadaku," kata Abu Bakar, "Atau aku akan mengadukan kepada Rasulullah SAW." sahabatnya menolak untuk mengatakan kembali dan melanjutkan perjalanan.

Abu Bakar pergi ke Rasulullah SAW dan menceritakan terkait apa yang telah terjadi dan apa yang dia katakan. Rasulullah SAW memanggil rekan tersebut dan bertanya kepadanya, "Apakah Abu Bakar berkata begitu dan begitu kepadamu?" Dia berkata, "Ya." Dia berkata, "Apa yang kau jawab." Dia berkata, "Aku tidak membalas kembali padanya." Rasul Allah berkata, "Bagus, jangan membalas kembali padanya (tidak menyakiti Abu Bakar) '. Sebaliknya katakanlah,' Semoga Allah mengampuni kamu wahai Abu Bakar!"

Sahabat itu berbalik kepada Abu Bakar dan berkata, "Semoga Allah mengampuni engkau wahai Abu Bakar! Semoga Allah mengampuni engkau wahai Abu Bakar!" Abu Bakar berbalik dan menangis saat ia berjalan pergi.

Mari kita berjalan hari ini dengan tekad untuk menghidupkan kembali udara di mana Rasulullah dan para sahabatnya bernapas, udara kehormatan dan kasih dan persaudaraan.


"Menghormati Perbedaan-perbedaan Kita", oleh Muhammad Alshareef 
http://lintas-islam.blogspot.com

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.