Diperjuangkan grup nasyid Lampion ini. Berupaya mempopulerkan nasyid kepada generasi muda sampai akhir hayat. Seperti apa? SEJAK terbentuk sebagai grup nasyid, para anggotanya telah sadar dengan pelbagai tantangan. Mulai dari persoalan ekonomi, cemooh sampai persoalan lainnya. Tapi itu dianggap tak berarti. ”Semua yang kita lakukan ini adalah ibadah. Bukan mencari popularitas atau ingin sekadar menjadi entertainer,” tegas Kelvin Ikhwan Tanudjaja, pentolan Lampion.
Bahkan, lanjut dia, sejak dulu pun grup Lampion ini tak pernah memberikan bandrol tarif manggung. Biaya yang diberikan dari para pengundang lebih dilihat sebagai rezeki. Tanpa perlu melihat besarannya. Kelvin mengaku sering mendengarkan keluhan banyak warga. Terkait keinginan mendapatkan hiburan religi dari grup nasyid selalu terbatas biaya. Sehingga sangat merugikan bagi umat Islam. ”Kalau mendengarkan lagu nasyid itu terasa berbeda dengan lagu lain. Karena dalam lagu nasyid ada pesan religinya. Berbeda dengan lagu lain,” tuturnya.
Dengan lagu nasyid, dia merasa punya peluang banyak untuk memberikan dan turut memperbaiki moral bangsa. Setidaknya mengingatkan manusia tentang kewajibannya sebagai makhluk Tuhan. Menurutnya, banyak sekali catatan negatif yang terjadi dalam dunia hiburan. Artis yang seharusnya memberikan kebahagian, justru dalam banyak persoalan. ”Kenyataan itu kan berbeda sekali. Kalau mau menghibur orang, hati yang menghibur harus senang. Bukan sebaliknya,” ucap alumnus Trisakti ini. Dia memastikan nasyid bukanlah alternatif hiburan. Tapi tak lebih dari upaya memberikan peringatan dan pesan moral. Tujuannya mengembalikan fitrah manusia. Terkait persoalan manajemen, Kelvin menyebutkan grup Lampion sangat paham kondisi tersebut. Makanya, perlu membuat terobosan kegiatan. Di antaranya membuka pelbagai lembaga usaha. ”Di sini ada pengobatan herbal, percetakan, lembaga kursus, dan lainnya. Semua itu menjadi pondasi ekonomi Lampion,” terangnya.
0 komentar:
Posting Komentar