Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan-Nya kepada junjungan kita, baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam beserta ahlul bait-nya, para shahabat Salaffus Shalih, para tabi'in, tabi'ut tabi'in serta seluruh umat Islam yang setia dan menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Berikut ini beberapa renungan seputar kejujuran, kami memandang penting untuk disampaikan agar ia menjadi jalan hidup orang-orang yang jujur dan perilaku orang-orang beriman. Betapa butuhnya kita untuk merenungkan aib diri kita, serta kekurangan kita dalam hal kejujuran ini. Sisi kejujuran yang begitu penting telah menjadi fenomena kelemahan manusia di masa ini, sehingga telah tersebar di kalangan mereka lawan dari sikap jujur (dusta). Maka saya (penulis) dengan rasa senang hati menyusun tulisan ini -atas izin Allah - agar menjadi bahan renungan untuk kita semua.

Alangkah bagusnya ungkapan yang menggambarkan tentang kejujuran, sebagaimana bait berikut:

Kejujuran adalah satu keharusan atasmu
Walaupun dirimu terbakar oleh panasnya janji
Carilah olehmu keridhaan al-Maula
Celakalah orang yang membuat murka Allah
dan mencari ridho manusia


Renungan Pertama
(Tentang Definisi)
Kejujuran adalah lawan dari dusta dan ia memiliki arti kecocokan sesuatu sebagaimana dengan fakta. Di antaranya yaitu kata "rajulun shaduq (sangat jujur)", yang lebih mendalam maknanya daripada shadiq (jujur).
Al-mushaddiq yakni orang yang membenarkan setiap ucapanmu, sedang ash-shiddiq ialah orang yang terus menerus membenar-kan ucapan orang, dan bisa juga orang yang selalu membuktikan ucapannya dengan perbuatan.
Di dalam al-Qur'an disebutkan (tentang ibu Nabi Isa), "Dan ibunya adalah seorang”shiddiqah." (Al-Maidah: 75). Maksudnya ialah orang yang selalu berbuat jujur. (Lisanul Arab 10/193-194)
Kejujuran merupakan simbol Islam dan neraca keimanan, pondasi agama, dan menjadi tanda kesempurnaan orang yang memiliki sifat ini. Ia menempati kedudukan yang tinggi di dalam agama dan dalam urusan dunia. Dengan kejujuran akan terpilah orang yang beriman dan orang munafik, terpilih penghuni surga dari penduduk neraka. Dengannya seorang hamba akan dapat meraih kedudukan al-Abrar (orang baik), dan dengannya akan men-dapatkan keselamatan dari api neraka.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam disifati dengan "ash-shadiqul amin" (jujur dan terpercaya) , dan sifat ini telah diketahui oleh orang Quraisy sebelum beliau diutus menjadi rasul.
Demikian pula Nabi Yusuf ’alaihis salam juga disifati dengannya, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,

يُوسُفُ أَيُّهَا الصِّدِّيقُ
(Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru),"Yusuf, hai orang yang amat dipercaya." (QS.Yusuf:46)
Khalifah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu juga mendapatkan julukan ini (ash-shiddiq).
Ini semua menunjukkan hawa kejujuran merupakan salah satu perilaku kehidupan terpenting para rasul dan pengikut mereka.
Dan kedudukan tertinggi sifat jujur adalah "ash-shiddiqiyah" Yakni tunduk terhadap rasul secara utuh (lahir batin) dan diiringi keikhlasan secara sempurna kepada Pengutus-Nya (Allah subhanahu wata’ala).
Imam Ibnu Katsir berkata, "Jujur merupakan karakter yang sangat terpuji, oleh karena itu sebagian besar shahabat tidak pernah coba-coba melakukan kedustaan baik pada masa jahiliyah maupun setelah masuk Islam".
Kejujuran merupakan ciri keimanan, sebagaimana pula dusta adalah ciri kemunafikan, maka barang siapa jujur dia akan beruntung. (Tafsir Ibnu Katsir 3/643)
Renungan ke Dua
(Al-Qur'an dan Kejujuran)

Al-Qur'an menyebutkan sifat jujur dalam banyak ayat serta menganjurkan kepada kejujuran, dan bahwa ia merupakan buah dari ikhlas dan takwa.

Di antara ayat-ayat tersebut adalah:

1. Firman Allah subhanahu wata’ala artinya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah:119)
Maksudnya ialah; "Jadilah kalian semua bersama dengan orang-orang yang jujur dalam ucapan mereka, dalam perbuatan dan segala keadaan mereka. Mereka adalah orang-orang yang yang ucapannya jujur, perbuatannya dan keadaannya tiada lain kecuali kejujuran semata, bebas dari kemalasan, kebosanan, selamat dari tujuan-tujuan yang buruk, dan selalu memuat keikhlasan dan niat yang baik. (Tafsir Ibnu Sa’di hal 355)

2. Firman Allah subhanahu wata’ala artinya,

يَجْزِيَ اللَّهُ الصَّادِقِينَ بِصِدْقِهِمْ
"Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya." (QS. al-Ahzab:24)
Yakni mereka memperoleh semua itu dengan sebab kejujuran mereka dalam ucapan, keadaan dan interaksi mereka dengan Allah subhanahu wata’ala, serta kesesuaian mereka antara lahir dengan batinnya.( Tafsir Ibnu Sa’di hal 661)
3. Firman Allah subhanahu wata’ala artinya,

قَالَ اللّهُ هَذَا يَوْمُ يَنفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ
"Allah berfirman, "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka." (QS. al-Maidah [5]:119)
Kejujuran mereka ketika di dunia akan memberikan manfaat kepada mereka di hari Kiamat. Dan tidak ada sesuatu yang bermanfaat bagi seorang hamba pada hari Kiamat serta tidak ada yang menyelamatkannya dari adzab Allah kecuali kejujuran.
4. Firman Allah subhanahu wata’ala artinya,

الَّذِينَ آمَنُواْ أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِندَ رَبِّهِمْ
"Dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi (qadama shidqin) di sisi Rabb mereka." (QS.Yunus [10]:2)
Maksudnya yaitu keimanan yang benar (jujur), bahwasannya mereka kelak akan mendapatkan "qadama shidqin" yakni balasan yang tak terhingga, pahala yang amat banyak di sisi Rabb mereka dengan sebab apa yang dulu pernah mereka lakukan berupa amal shalih dan kebenaran (jujur). (Tafsir Ibnu Sa’di hal 661)
Ibnu Abbas z berkata, "Qadama shiqin" maknanya adalah rumah kejujuran (di surga, red)," dan diriwayatkan darinya juga, "Pahala yang baik karena perbuatan mereka dahulu (di dunia) yang baik." (Al-Jami’ Liahkamil Qur’an 8/306)

5. Firman Allah subhanahu wata’ala artinya,

وَالَّذِي جَاء بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
"Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Az-Zumar [39]:33)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Kejujuran saja belum cukup bagimu, bahkan merupakan keharusan untuk membenarkan (mempercayai) orang-orang yang jujur. Amat banyak manusia yang jujur namun dia menolak untuk membenarkan (mempercayai) orang lain yang jujur, entah karena sombong atau karena hasad atau selain keduanya." (Madarij as-Salikin 1/306)

6. Allah subhanahu wata’ala menyifati Diri-Nya dengan kejujuran dan kebenaran, sebagaimana firman-Nya;

قُلْ صَدَقَ اللّهُ فَاتَّبِعُواْ
"Katakanlah, "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah".
(QS. Ali Imran[3]:95).

Dan juga firman-Nya,

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللّهِ حَدِيثاً
"Dan siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah."
(QS. An-Nisa' [4]:87)

7. Allah subhanahu wata’ala menyebutkan tentang:


"qadama shidqin", "lisana shidiqin", "maq'ada shidqin" dan juga "mudkhala/mukhraja shidqin".

Penjelasannya adalah sebagai berikut;

1. Firman Allah subhanahu wata’ala artinya,

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُواْ أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِندَ رَبِّهِمْ
"Dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi (qadama shidqin) di sisi Rabb mereka".
(QS.Yunus [10]:2)

Ibnu Abbas berkata radhiyallahu ‘anhu (sebagai-mana tersebut di atas), "Makna qadama shidqin ialah rumah kejujuran, disebabkan oleh perbuatan mereka yang telah lalu (di dunia)."

2. Firman Allah subhanahu wata’ala artinya,

وَوَهَبْنَا لَهُم مِّن رَّحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيّاً
"Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi (lisana shidqin)."
(QS. Maryam [19]:50)

Diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas i]radhiyallahu ‘anhu, bahwa makna firman Allah "lisana shidqin" adalah pujian-pujian yang baik.

3. Firman Allah subhanahu wata’ala artinya,

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍفِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِندَ مَلِيكٍ مُّقْتَدِرٍ
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi (maq'adi shidqin) di sisi (Rabb) Yang Maha Berkuasa.”
(QS. Al-Qamar [54]:54-55)

Makna "maq'adi shidqin" yaitu majlis (tempat duduk) yang haq yang tidak ada kesia-siaan dan ucapan kotor di dalamnya yakni surga. (Al-Jami’liahkam Al-Qur’an 17/150)

4. Firman Allah subhanahu wata’ala artinya,

وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ
Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar"
(QS. Al-Israa' [17]: 80)
Artinya adalah "Jadikan permulaan (mulai) dan pengakhiran (selesai) dari segala sesuatu adalah dalam rangka ketaatan kepada-Mu, dan dalam keridhaan-Mu." Ini disebabkan karena memuat keikhlasan dan kesesuaian dengan apa yang diperintahkan. (Tafsir Ibnu Sa’di hal 465)
Imam Ibnul Qayyim berkata, "Kelima macam ini (yang tersebut di atas, red) merupakan hakikat kejujuran, yaitu kebenaran yang berkesinambungan, terhubung dengan Allah subhanahu wata’ala dan sampai kepada-Nya, yaitu segala sesuatu yang sesuai dengan perintah Allah dan dilakukan karena-Nya berupa ucapan dan perbuatan.”
Maka balasan dari semua itu di dunia dan di akhirat adalah (taufik untuk) masuk (mulai) perbuatan dengan benar dan keluar (selesai) darinya dengan benar, yaitu dari awal hingga akhirnya adalah haq, eksist, dan dengan petunjuk Allah serta dalam rangka mencari keridhaan-Nya. (Madarij as-Salikin 2/270). Wallahu a'lam.

Sumber: Majalah “Al Jundi Al Muslim” No.121 Ramadhan 1420, oleh Syaikh Sulthan Fuad Al-Thubaisyi. bagian ke 1 dari 4 edisi.

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.