Menjernihkan Hati
Syekh Abdul Qadir Jaelani
Pengajian Jum’at pagi, 12 Dzi al Hijjah 545 H, Madinah
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Al Baqarah : 201]
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya hati ini benar-benar berkarat dan sesungguhnya [cara] menjernihkannya adalah [dengan] membaca Al Quran, mengingat mati dan menghadiri majelis-majelis zikir.”
Hati itu berkarat, jika memang si pemiliknya menyadari apa yang telah digambarkan oleh Nabi SAW di atas. Jika tidak, maka ia akan berubah hitam kelam. Ia menghitam karena jauh dari [pancaran] cahaya. Ia menghitam karena kecintaannya pada dunia dan kepemilikannya tanpa sikap wara’. Memang, barang siapa yang di dalam hatinya sudah bercokol kuat kecintaan pada dunia, maka hilanglah rasa wara’ nya. Ia menjadi sembarangan mengumpulkan duniawi dari yang halal dan haram. Kesadaran untuk memilah dalam mengumpulkan harta telah hilang, dan rasa malunya pada Tuhan-nya dan pengawasanNya telah lenyap.
Wahai manusia ! terimalah resep Nabi kalian dan segeralah menjernihkan hati kalian dengan obat yang telah beliau deskripsikan pada kalian. Jikalau salah seorang di antara kalian terserang sakit, lalu dokter memberinya resep obat padanya, tentu saja hidupnya akan berubah dan akan langsung menggunakannya.
Awasilah selalu Allah dalam kesendirian dan keramaianmu. Jadikanlah Ia pusat pandangmu hingga kalian seolah-olah melihatNya, dan jika kalian tidak bisa melihatNya, maka [ingatlah selalu] bahwasanya Dia Melihatmu. Barang siapa yang berzikir menyebut Allah ‘Azza wa Jalla dengan hatinya, maka ia benar-benar seorang pezikir, dan tidaklah disebut pezikir orang yang tidak berzikir menyebutNya dengan hatinya. Lisan [bibir] adalah pemuda hati dan subordinatnya. Senantiasalah menyimak petuah, sebab jika hati absen dari petuah, maka ia menjadi buta.
Hakikat taubat adalah mengagungkan perintah Al Haqq ‘Azza wa Jalla dalam segala kondisi. Sebagian kaum [shaleh] menuturkan “segala kebaikan [terangkum] dalam dua kata : pengagungan perintah Allah ‘Azza wa Jalla dan cinta kasih pada makhlukNya. Setiap orang yang tidak mengagungkan perintah Allah ‘Azza wa Jalla dan tidak menyayangi makhluk Allah, maka ia jauh dari Allah.” Allah mewahyukan pada Musa AS, “sayangilah [makhluk-Ku] hingga Aku menyayangimu, maka ia pun akan Ku sayangi dan akan Ku masukkan ke dalam surga Ku.” Sungguh beruntung orang yang penyayang [tetapi kalian, wahai manusia] umur kalian sia-sia dalam perilaku, “mereka makan, kami juga makan, mereka minum, kami juga minum, mereka berpakaian, kami juga berpakaian …”
Barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan, maka sebarkanlah nafsu dirinya dari [mengkonsumsi] hal-hal yang haram, syubhat dan syahwat. Juga hendaklah ia bersabar menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya, serta menyetujui takdirNya. Kaum shaleh senantiasa bersabar bersama Allah SWT dan tidak bersabar dariNya. Mereka bersabar demi Dia dan didalamNya. Mereka bersabar agar bisa bersamaNya. Mereka hanya memohon agar Dia berkenan menganugerahkan pada mereka kedekatan denganNya. Mereka keluar dari rumah-rumah hawa nafsu dan tabiat mereka serta senantiasa membawa syara’ bersamanya. Mereka berjalan menuju Tuhannya. Meskipun menemui petaka, kesusahan, penderitaan, musibah, mendung, masalah, lapar, dahaga, ketelanjangan, kenistaan dan kehinaan, mereka tetap tidak memperdulikannya dan tidak urung kembali [membatalkan] perjalanan mereka, serta tidak berubah sedikitpun dari lintasan yang mereka lalui. Mereka terus maju ke depan tanpa sedikit pun melambatkan perjalanan mereka. Mereka terus berbuat demikian hingga kekekalan hati dan qalib [fisik] bisa dicapainya.
Wahai manusia ! berusahalah bertemu dengan Al Haqq ‘Azza wa jalla dan malulah denganNya jika belum menemuiNya. Rasa malu orang Mukmin pada Allah SWT, kemudian pada makhluknya hanya terkait dengan masalah agama dan pelanggaran batasan syara’. Ia tidak boleh malu, apalagi minder dalam [menjalankan] agama Allah, menegakkan ketentuan-ketentuanNya dan melaksanakan perintahNya.
“Dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk [menjalankan] agama Allah.” [QS An Nur : 2]
Barang siapa yang benar-benar mengikuti Rasulullah SAW, maka beliau akan memakaikannya baju besi dan topi perang, menyerahkan beliau kepadanya, membekali kesantunan perilaku dan akhlak beliau, serta memakaikannya jubah kebesarannya. Beliau juga sangat senang dengannya sebagai sosok umatnya dan bersyukur pada Allah SWT atas hal tersebut. Beliau kemudian mengangkatnya sebagai deputinya dalam komunitas umatnya, serta pembimbing jalan menuju Al Haqq ‘Azza wa Jalla. Maka tatkala Al Haq ‘Azza wa Jalla menjemput ajalnya, maka Diapun mengangkat salah seorang umatnya untuk menggantikan [tugas]nya. Orang-orang inilah yang merupakan manusia-manusia pilihan, jumlahnya hanya 1 berbanding 1 juta jiwa. Mereka membimbing manusia dan bersabar menghadapai siksaan sambil terus memberi nasihat pada mereka. Mereka tersenyum di muka kaum munafik dan durjana, serta memikat mereka dengan segala upaya demi membersihkan kotoran yang ada dalam diri mereka untuk kemudian menggandeng mereka menuju pintu Tuhan mereka ‘Azza wa Jalla.
Diriwayatkan dari beberapa kaum shaleh, “Tidak tertawa di depan muka orang fasik kecuali orang yang arif.” Ia tertawa di depan si fasik dan memperlihatkan kepadanya bahwa ia memang tidak mengenalnya, namun ia mengetahui kebobrokan rumah agamanya dan kehitaman muka hatinya oleh gumpalan daki dan kotoran. Orang yang fasik dan munafik menyangka bahwa keduanya bisa menyembunyikan perkara mereka dari orang arif dan ia pun tidak mengetahui mereka. Sungguh tidak, sekali lagi tidak ada kemuliaan sedikitpun pada mereka. Mereka tidak dapat bersembunyi dari orang arif, karena ia mengetahui mereka hanya dengan lirikan, tatapan, kata dan gerakannya. Ia bisa melihat lahir dan batin mereka. Tidak diragukan lagi, celakalah bagi kalian. Kalian pikir, kalian bisa menyembunyikan kebusukan kalian dari kaum shidiqqin yang arif dan alim ? sampai kapan kalian akan mensia-siakan usia dalam kehampaan ? carilah orang yang dapat membimbingmu menuju jalan akherat, hai orang yang tersesat !
Allah Maha Besar di atas kalian, hai orang-orang yang mati hati dan musyrik dengan sarana-sarana duniawi ! kalian juga, hai para penyembah berhala ! kekuatan dan daya mereka, pekerjaan, modal, penguasa negeri dan arah-arah yang mereka tuju, sesungguhnya mereka terhijab dari Allah SWT. Setiap orang yang memandang kemudaratan dan kemanfaat berasal dari selain Allah SWT, maka ia bukanlah hambaNya, akan tetapi ia adalah hamba yang memandang hal itu [kemudaratan dan kemanfaatan] sebagai berasal darinya. Hari ini [di dunia], mereka telah berada dalam api Neraka Jahanam. Tidak ada orang yang bisa selamat dari Neraka Allah ‘Azza wa Jalla kecuali orang-orang yang bertakwa, mengesakan ikhlas, dan orang-orang yang bertaubat.
Bertaubatlah dengan hatimu, baru kemudian dengan lisanmu. Taubat merupakan inti perubahan, yang merubah kuasa hawa nafsu, setan dan kolega-kolegamu yang buruk. Jika engkau bertaubat, maka ubahlah fungsi pendengaran, penglihatan, lisan, hati dan seluruh anggota tubuhmu. Murnikanlah makanan dan minumanmu dari kotoran haram dan syubhat. Suburkanlah rasa wara’mu dalam pekerjaan, dan jual belimu. Jadikanlah citamu hanya tertuju pada Al Mawla junjunganmu ‘Azza wa Jalla. Hapuslah kebiasaanmu dan gantikan tempatnya dengan beribadah. Hapuskanlah kemaksiatan dan gantikan ia dengan ketaatan. Lalu carilah hakikat dengan tetap memegang keshahihan syariat dan kesaksiannya, sebab setiap hakikat yang tidak dipersaksikan oleh syariat, maka ia adalah ke-zindiq-an.
Jika instruksi ini telah engkau realisasikan, maka akan datang padamu kefanaan dari akhlak yang tercela dan dari memandang seluruh makhluk. Ketika itulah, lahirmu akan terpelihara dan batinmu sibuk dengan Tuhanmu ‘Azza wa Jalla. Jika hal ini telah mewujud sempurna dalam dirimu, maka dunia akan datang di hadapanmu dengan sisi-sisinya, lalu menempatkanmu sebagai bagiannya, dan seluruh makhluk mengikutimu, dari yang pertama hingga yang akhir. Semua itu tidak akan mudarat bagimu serta tidak akan mengubahmu dari pintu Al Mawla Junjunganmu ‘Azza wa Jalla, sebab engkau telah berdiri bersamaNya, menerimaNya, dan asyik tenggelam denganNya, memandang kebesaran dan keindahanNya. Engkau hancur tercerai-berai, ketika memandang kebesaranNya, lalu engkau menyatu kembali, ketika memandang keindahanNya. Engkau takut ketika menatap kebesaranNya, serta berharap ketika menatap keindahanNya. Bergetar ketika menyaksikan kebesaranNya, dan kokoh ketika menyaksikan keindahanNya. Sungguh bahagia orang yang telah mencicipi makanan ini.
Ya Allah berilah kami makan dari makanan kedekatan-Mu dan minumilah kami dengan minuman kemesraan-Mu.
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Al Baqarah : 201]
Senin, 03 Januari 2011
0 komentar:
Posting Komentar