Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ


“Katakanlah: “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ittiba` (ikuti)lah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian”. Allah Maha Pe-ngampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kalian berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir” [QS. Āli ‘Imrān (3): 31-32]


Saudaraku kaum muslimin…


Islam berarti taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan rasul-Nya Salallahu Alaihi Wasalam . Jalan taat menuju Allah Subhanahu Wa Ta’ala harus ditempuh dengan me-lalui ittibā` (meneladani) Rasul-Nya Salallahu Alaihi Wasalam, bukan hanya hanya berupa i`tiqād qalbu (keyakinan hati) atau qawl lisān (pengakuan lisan) semata.


Di hadapan kita hanya ada 2 (dua) jalan, yaitu jalan taat dan ittibā` yang dicintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala atau jalan kufur dan bid`ah yang dibenci-Nya.


Ayat di atas adalah mizān (barome-ter) yang menjadi tolok ukur untuk mengetahui orang yang benar-benar mencintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan orang-orang yang hanya mengaku mencin-tai-Nya namun di lisannya saja.


Tanda cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dengan ittibā` kepada Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam, sebagai rasul-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadi-kan ittibā’ kepadanya dan kepada se-luruh isi dakwah yang diserukannya sebagai wujud kecintaan dan keridha-an-Nya.


Kecintaan dan keridhaan-Nya serta anugerah pahala-Nya tidak mung-kin digapai kecuali dengan merealisa-sikan 4 (empat) inti kandungan ittibā` kepada Rasul-Nya Salallahu Alaihi Wasalam, yaitu:


1. Membenarkan kabar berita yang disampaikannya,

2. Menjunjung tinggi segala perin-tah yang dititahkannya,

3. Menjauhi segala larangannya, dan

4. Tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan syari`at yang te-lah dicontohkannya. (Lihat: Taysīr al-Karīm ar-Rahmān fī Tafsīr Kalām al-Mannān: 120 tentang ayat di atas)

Saudaraku kaum muslimin…

Riwayat yang menerangkan tentang asbāb nuzūl (sebab turun)nya (QS. 3: 31) memiliki banyak versi, menurut Ibnu al-Jawziy rhm setidaknya ada 4 (em-pat) riwayat, yaitu:

1. Riwayat adh-Dhahhak Rahimahullah dari Ibnu ‘Abbas RadhiallahuAnhu, bahwa Nabi Salallahu Alaihi Wasalam berdiri di hadapan kaum Quraisy yang sedang memancangkan pa-tung-patung berhala sembahan me-reka, lalu beliau bersabda:

(( يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ لَقَدْ خَالَفْتُمْ مِلَّةَ أَبِيْكُمْ إِبْرَاهِيْمَ ))

“Wahai kaum Quraisy! Sungguh ka-lian telah menyelisihi millah (agama) ba-pak kalian, Ibrahim”, seketika itu mereka berkomentar:

( يَا مُحَمَّدُ إِنَّمَا نَعْبُدُ هَذِهِ حُبًّا للهِ، لِيُقَرِّبُوْنَا إِلَى اللهِ زُلْفَى )

“Wahai Muhammad! Kami tidak me-nyembah (patung berhala) ini kecuali ka-rena kecintaan kepada Allah dan agar me-reka menjadi perantara yang akan mende-katkan kami kepada-Nya”, maka kemu-dian Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan ayat ini.

2. Riwayat Abu Shalih Rahimahullah dari Ibnu ‘Abbas RadhiallahuAnhu bahwa orang-orang Ya-hudi berkata:

( نَحْنُ أَبْنَاءُ اللهِ وَأَحِبَّاؤُهُ )

“Kami adalah anak-anak dan para ke-kasih Allah”, maka turunlah ayat ini, yang kemudian disampaikan Nabi saw kepada mereka, namun mereka tidak menerimanya.

3. Riwayat al-Hasan Rahimahullah dan Ibnu Jurayj Rahimahullah bahwa di masa lalu ba-nyak orang yang berkata:

( نَحْنُ لَنُحِبُّ رَبَّنَا حُبًّا شّدِيْدًا )

“Sesungguhnya kami benar-benar sa-ngat mencintai Allah“, maka Allah swt meminta kepada mereka tanda bukti kecintaan mereka kepada-Nya, lalu turunlah ayat tersebut.

4. Riwayat Ibnu Ishaq Rahimahullah dari Mu-hammad bin Ja`far bin Zubair RadhiallahuAnhu, yang kemudian dipilih oleh Abu Sulaiman ad-Dimasyqiy Rahimahullah seba-gai pendapatnya bahwa kaum Nashrani dari Najran berkata:

( إِنَّمَا نَقُوْلُ هَذَا فِي عِيْسَى حُبًّا للهِ، وَتَعْظِيْمًا لَهُ )

“Sesungguhnya kami mengatakan hal ini (kecintaan mendalam) kepada Isa, se-bagai bukti cinta kepada Allah dan peng-agungan kepada-Nya”, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan ayat tersebut. (Lihat: Zād al-Masīr fī ‘Ilm at-Tafsīr: 1/303)

Sedangkan berkaitan dengan tu-runnya (QS. 3: 32), maka ada 3 (tiga) riwayat mengenainya, yaitu:

1. Riwayat Ibnu ‘Abbas RadhiallahuAnhu, bahwa ‘Abdullah bin Ubay, gembong dan tokoh kaum munafik, berkata ke-pada teman-temanya:

( إِنَّ مُحَمَّدًا يَجْعَلُ طَاعَتَهُ كَطَاعَةِ اللهِ، وَيَأْمُرُنَا أَنْ نُحِبَّهُ كَمَا أَحَبَّتِ النَّصَارَى عِيْسَى بْنَ مَرْيَمَ )

“Sesungguhnya Muhammad meng-inginkan ketaatan kepadanya sebagaimana ketaatan kepada Allah, dan memerintah-kan kami untuk mencintainya sebagaimana kecintaan orang-orang Nashara kepada ‘Isa bin Maryam”, maka Allah swt me-nurunkan ayat tersebut.

2. Riwayat dari Muqatil Rahimahullah, bahwa ketika Nabi Salallahu Alaihi Wasalam mendakwahkan orang-orang Yahudi untuk masuk Islam, mereka justru berkata:

( نَحْنُ أَبْنَاءُ اللهِ وَأَحِبَّاؤُهُ، وَنَحْنُ أَشَدُّ حُبًّا للهِ مِمَّا تَدْعُوْنَا إِلَيْهِ )

“Kami adalah anak-anak dan para ke-kasih Allah, dan kami lebih mencintai Allah dibandingkan seruan yang engkau dakwah-kan kepada kami”, maka turunlah ayat ini.

3. Riwayat Abu Sulaiman ad-Dimasy-qiy Rahimahullah, bahwa ayat ini turun ber-kaitan dengan orang-orang Nash-rani dari Najran. (Lihat: Zād al-Masīr fī ‘Ilm at-Tafsīr: 1/304)

Semua riwayat tersebut menggam-barkan bahwa pengakuan cinta kepada Allah swt yang diungkapkan oleh para penganut dan pemeluk agama –apapun agamanya– membutuhkan bukti nyata yang dikehendaki oleh Rabb yang me-reka cintai.

Cinta bukan hanya pengakuan li-san atau ungkapan perasaan hati, na-mun harus melahirkan ketundukan dan kepasrahan terhadap yang dicin-tainya.


Saudaraku kaum muslimin…

Membenarkan semua kabar berita atau informasi shahih (benar) yang ber-sumber dari Rasulullah saw merupa-kan salah satu ushūl (pokok) keimanan, baik kabar berita yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu, masa kini ataupun masa yang akan datang.


Ketika Rasulullah saw isrā’ (diper-jalankan) ke Masjidil Aqsha, orang-orang (kaum Quraysy) pun gaduh sa-ling memperbincangkan kebenarannya. Sebagian mereka ada yang menyata-kan murtad, dan sebagian lain ada yang membenarkan dan mengimaninya de-ngan sepenuh hati.


Saat itu, tokoh-tokoh utama para pengingkar kebenaran peristiwa isrā’ dan mi’rāj mendatangi Abu Bakar rda untuk membuktikan bahwa penging-karan mereka adalah benar. Salah satu tokoh mereka berkomentar:

هَلْ لَكَ إِلَي صَاحِبِكَ يَزْعُمُ أَنَّهُ أُسْرِيَ بِهِ اللَّيْلَةَ اِلَي بَيْتِ الْمَقْدِسِ؟

“Apakah engkau belum bertemu dengan shahabatmu yang mengaku telah diperja-lankan di waktu malam ke Baitul Maqdis?”

Dengan tenang Abu Bakar rda men-jawab:

( أَوَ قَالَ ذَلِكَ؟ )

“Betulkah beliau mengatakan demi-kian?”

Serta merta mereka menegaskan “Ya!!”. Namun tanpa diduga oleh me-reka, sepenggal kata mulia meluncur dari lisan mulia Abu Bakar rda:

( لَئِنْ كَانَ قَاَل ذَلِكَ لَقَدْ صَدَقَ )

“Jika beliau mengatakan demikian, su-dah pasti benar adanya!”

Mereka tetap penasaran, lalu me-ngajukan pertanyaan berikutnya:

( أَوَتُصَدِّقُهُ اَنَّهُ ذَهَبَ اللَّيْلَةَ اِلَي بَيْتِ الْمَقْدِسِ وَجَاءَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ؟ )

“Apakah engkau akan membenarkan-nya juga walaupun dia mengaku telah pergi ke Baitul Maqdis hasnya dalam satu malam saja, lalu sudah kembali lagi sebe-lum datangnya pagi hari?”


Sekali lagi kata tegas dan jawaban mulia terlontar ke telinga mereka:

( نَعَمْ! َلأُصَدِّقُهُ فِيْمَا هُوَ أَبْعُدَُ مِنْ ذَلِكَ، أُصَدِّقُهُ بِخَبَرِالسَّمِاءِ فِي غَدْوَةٍ أَوْ رَوْحَةٍ )

“Ya, pasti! Saya akan membenarkan-nya, sekalipun yang beliau ceritakan lebih dari itu! Saya akan selalu membenarkan kabar dari langit, baik datang di waktu pagi ataupun sore hari” (HR. al-Hākim 3/62, Silsilah al-Ahādīts ash-Shahīhah: 306)


Pantaslah apabila tokoh mulia ini mendapat gelar ash Shiddīq, karena be-liau selalu membenarkan kabar berita yang disampaikan Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam.

Saudaraku kaum muslimin…

Bukti nyata paling jelas bagi orang-orang yang mengaku cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dengan mengikuti dan menta’ati rasul-Nya Salallahu Alaihi Wasalam. Bahkan hal ini merupakan tanda orang-orang yang mengharapkan pahala dari Allah dan syurga-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا


“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang meng-harap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” [QS. al-Ahzāb (33): 21]


Ayat ini –menurut Ibnu Katsir Rahimahullah – merupakan pokok utama dalam me-neladani setiap perkataan, perbuatan dan sikap Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam. (Tafsīr Ibnu Katsīr: 3/435)


Oleh karena itu, kita harus ittibā’ kepada Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam, baik dalam dalam akidah, ibadah, akhlak, hukum, tarbiyyah, dakwah, dan dalam seluruh sisi kehidupan kita lainnya, karena itu-lah jalan keselamatan yang telah ter-bentang di hadapan kita.


Dan agar kita lulus dari ujian cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka janganlah ragu, bahkan jangan pernah ragu se-dikitpun, yaitu untuk ittibā’ kepada Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam, dengan mengetahui, memahami, meniti, mengamalkan, mendakwahkan dan memperjuangkan Sunnahnya yang suci!

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.