DI tengah era modern yang diwarnai kehidupan keduniaan (hedonisme) dan materialisme, masyarakat selalu disibukkan oleh aktivitas yang berkenaan dengan pengumpulan materi sebanyak mungkin. Ini seiring dengan tuntutan dan kebutuhan hidup yang makin kompetitif dalam arus globalisasi yang selalu berorientasi bisnis.
Dengan kata lain, manusia hidup di dunia ingin menjadi kaya dengan menempuh cara apa pun, halal atau haram. Keinginan untuk kaya bukan lagi keharusan tetapi sudah menjadi sifat dasar manusia modern.

Dalam tradisi tasawuf, para sufi menempatkan kemiskinan dan al-faqru (kefakiran) pada maqam (jenjang) yang tinggi sebagai salah satu syarat agar dapat wusul (sampai) dan makrifat (mengenal) Allah. Mereka mempraktikkan al-faqru dengan gaya hidup yang benar-benar jauh dari kemewahan dan kemegahan dunia.

Mereka memilih jalan hidup yang penuh penderitaan, kesedihan, cobaan dan kemiskinan.
Sebagai contoh Imam Ghazali dalam kitab karangannya Ihya Ulumiddin, memaparkan keunggulan dan keutamaan al-faqru sampai berpuluh-puluh halaman tetapi dalam memaparkan keutamaan harta dan kekayaan hanya sedikit dan sekilas.

Sebenarnya Islam tidak pernah melarang umatnya untuk mengumpulkan harta kekayaan (hubud dunya) sebanyak mungkin bahkan menganjurkan umatnya tidak melupakan bagian dunianya di samping akhiratnya. Islam menganjurkan adanya balance kepentingan duniawi dan ukhrawi sebagaimana firman Allah: "... Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah padamu kebahagiaan negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan dunia". (QS Al-Qashash: 77).
Dikuatkan hadis Nabi SAW yang diriwayatkan Al-Khatib dari Anas: "Sebaik-baik kamu adalah orang yang tidak meninggalkan akhirat untuk memperoleh dunianya dan tidak meninggalkan dunianya untuk memperoleh akhiratnya (tetapi harus keduanya) dan janganlah kamu membuat susah masyarakat".
Islam hanya tidak membenarkan hati kita terlalu kumanthil (lekat-lekat-red) terhadap harta benda sehingga dapat melupakan dan melalaikan kewajiban taat dan menyembah Allah SWT. Inilah inti dari sifat zuhud (menghindari dunia). Banyak orang salah mengartikan bahwa zuhud harus miskin dan menderita tanpa harta benda.
Padahal pengertian zuhud yang sebenarnya adalah sebagaimana penjelasan Sufi Agung Sufyan as-Tsauri, "Memendekkan angan-angan hati kita kepada urusan dunia bukan berarti makan yang tidak enak dan berpakaian compang-camping". Jadi bila ada orang yang kaya raya tetapi hatinya tidak selalu memikirkan dunia berarti orang tersebut mempunyai sifat zuhud dan sebaliknya bila ada orang miskin tetapi hatinya selalu memikirkan urusan dunia berarti orang tersebut tidak zuhud tetapi hubud dunya. Intinya, zuhud bukan dilihat dari kaya atau miskin tetapi dari hatinya.
Pengertian Zuhud
Pengertian zuhud sendiri dalam Alquran dijelaskan dalam surat Al-Hadid ayat 23: "Supaya kau tidak berputus asa terhadap sesuatu yang telah hilang di hadapanmu dan tidak terlalu gembira terhadap karunia yang datang padamu".
Ada yang unik dari penjelasan Al-Ghazali dalam Ihya-nya: "Az-Zuhdu fi az-Zuhdi bin idhari diddihi" (zuhud dalam pengertian zuhud yang sebenarnya adalah menampakkan perbuatan yang seolah-olah bertentangan dengan zuhud itu sendiri). Beliau mengartikannya kesempatan seorang arif yang zuhud adalah meninggalkan keinginan syahwatnya karena Allah tetapi terkadang juga menampakkan dirinya mengikuti syahwatnya dengan tujuan menutupi derajat kesufiannya di mata masyarakat sehingga ia tidak terganggu dari penilaian mereka seperti dihormati, dipuji, dikultuskan, diagungkan atau dicela.
Dalam Islam, harta kejayaan bisa menjadi sesuatu yang terpuji bila digunakan untuk kemaslahatan dan kepentingan dunia dan agama, sehingga dalam Alquran, Allah sering menyebut harta dengan khair (kebaikan) dengan catatan banyak atau sedikitnya rezeki tidak ditentukan ketakwaan seseorang tetapi memang sudah ditentukan dalam catatan amal sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Rezeki telah dibagi dan dialokasikan sesuai bagian yang telah ditentukan. Ketakwaan seseorang tidak berarti menambah rezekinya dan kefasikan seseorang tidak pula berarti mengurangi rezekinya".
Seorang sufi ternama, Said bin Musayyab pernah berkata tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau mengumpulkan harta dari barang halal. Bahkan Sufyan as-Tsauri dengan tegas mengatakan, "harta di zaman sekarang adalah senjata ampuh bagi orang mukmin". Rasulullah SAW sendiri mengakui betapa pentingnya harta kekayaan sebagai penopang hidup manusia modern baik urusan dunia maupun agamanya sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan oleh At-Tabrani : "Apabila akhir zaman datang maka penopang agama dan dunia seseorang adalah dirham dan dinar". Dari penjelasan di atas, jelaslah menanamkan pola hidup miskin di zaman modern sebagaimana yang diajarkan para sufi terdahulu merupakan konsep usang yang harus ditinggalkan dan sudah tidak cocok dengan era globalisasi sekarang.
Terbukti kini banyak para kiai, ulama dan mursyid tarekat yang nota bene pewaris para nabi mempunyai rumah mewah, kendaraan yang sangat mahal dan harta yang berlimpah. Sebuah pemandangan yang kontras dan jauh berbeda dengan gaya hidup panutannya, Rasulullah SAW.
Beliau menggoreskan sejarah hidupnya dengan hidup miskin tetapi tidak berarti menyuruh atau menganjurkan hidup miskin, sebab kenyataannya banyak sahabat beliau yang kaya raya bahkan beliau mengawinkan dua putrinya kepada sahabat yang kaya raya, Ustman bin Affan.
Ketika beliau ditawari hidup kaya oleh Allah, beliau menjawab dengan dua alasan, pertama, beliau malu kepada para nabi dan rasul terdahulu karena mereka merasakan kepedihan luar biasa dalam menyampaikan Risalah Allah, tidak hanya lapar dan miskin tetapi juga cacian, siksaan dan cobaan yang datang silih berganti, toh mereka tetap sabar dan tabah.
Ketika beliau ditanya tentang kebiasaan seseorang yang berpakaian dan memakai perhiasan bagus beliau menjawab: Inna Allah jamilun yuhibbul jamal (Allah adalah Tuhan Yang Maha Indah dan menyukai keindahan). Jadi beliau juga memberi justifikasi kepada umatnya untuk hidup mewah asal tetap taat dan tidak lalai terhadap kewajiban Allah. Adapun kepada umatnya yang hidup miskin, beliau menghibur dan meyakinkan bahwa Allah akan memberi anugerah yang besar melebihi orang kaya kepada orang miskin di akhirat kelak asal sabar dan menerima.
Yang menarik, ada penjelasan dari seorang sufi besar Imam as-Syadzili yang selalu menganjurkan hidup "ngota" dan parlente, beliau menyarankan pada para sahabatnya, "Makanlah makanan yang paling lezat, minumlah minuman yang paling enak, berpakaianlah dengan pakaian yang paling mahal sebab bila seseorang telah melakukan itu semua dan berkata "Alhamdulillah", maka semua anggota badannya menjawab dan mengakui dengan bersyukur. Sebaliknya bila seseorang makan hanya gandum dengan garam, berpakaian lusuh, tidur di lantai, minum air tawar kemudian ia berkata, "Alhamdulillah", maka seluruh anggota badannya malah marah, bosan dan mencela pada orang yang mengatakan itu, sebab anggota badan tersebut merasa tidak diberi hak yang selayaknya, tidak sesuai antara pernyataan syukur dan kenyataannya. Seandainya ia bisa melihat langsung, tentunya ia akan melihat kebosanan dan kemarahannya. Tentunya ia memilih dosa karena membohongi anggota badannya, kalau begitu lebih baik orang yang menikmati kesenangan dunia dengan penuh keyakinan kepada Allah sebab pada hakikatnya orang yang menikmati kesenangan dunia adalah melakukan sesuatu yang diperbolehkan Allah dan barang siapa menimbulkan kebosanan dan kemarahan pada anggota badannya pada hakikatnya melakukan sesuatu yang diharamkan Allah".
Dari penjelasannya, beliau memberikan pembenaran dan pembelaan yang kuat bahwa seorang sufi boleh hidup mewah di dunia dengan catatan memakai pakaian yang mahal dengan niat menampakkan nikmat Allah bukan untuk memuaskan nafsunya. Juga makan dan minum yang lezat dengan niat agar seluruh anggota badannya dapat bersyukur dengan anugerah yang telah diberikannya.
Bahkan beliau tidak menghendaki seorang sufi yang miskin, kelemproh, lusuh, kumal, dekil dan kucel. Ini dibuktikan dalam sejarah, beliau selalu memakai pakaian yang mewah dan mahal, berkendaraan yang bagus dan berbagai fasilitas yang serba lux, sangat berbeda dengan gaya hidup para sufi pada umumnya. Toh beliau tetap mempunyai reputasi dan nama yang harum sebagai sufi agung, dijadikan panutan dan dikagumi hingga sekarang. Sebab kenyataannya beliau menggunakan fasilitas kemewahan dunia semata-mata untuk kepentingan ibadah kepada Allah dan untuk kepentingan umum umat Islam pada zamannya, sebuah ibadah sosial yang dianjurkan dalam Islam.
Imam as-Syadzili mengilustrasikan gaya hidup mewahnya dengan sebuah kisah. Pada suatu hari ada seeorang yang hendak bertemu Imam Abu Hasan Ali al-Syadzili di rumahnya. Karena belum tahu rumahnya, ia bertanya kepada orang lain, orang itu segera pergi ke tempat yang ditunjukkan, begitu sampai ke alamatnya, ia tidak jadi masuk ke rumah itu, karena ia mendapatkan sebuah bangunan rumah bagai istana raja yang sangat indah dan megah. Ia tidak percaya kalau itu rumah tempat tinggal imam yang dicarinya. Dalam hatinya ia yakin bahwa seorang wali tidak akan hidup semewah itu. Seorang wali adalah orang yang hidup sederhana dan pasti mengamalkan zuhud, yaitu sikap menjauhi dunia. Melihat kenyataan itu, ia segera pulang, tetapi di tengah jalan ia berjumpa dengan seorang pengendara kereta kuda yang mewah mempersilakan naik bersamanya. Dengan penuh rasa waswas akhirnya ia menerima tawaran orang tersebut. Dalam pembicaraan di atas kereta, diketahuilah bahwa pengendara kereta itu tidak lain Imam Abu Hasan as-Syadzili sendiri.
Ketika ia tahu siapa yang ditumpanginya, ia pun tidak berani menyembunyikan niatnya semula dan mengatakan bahwa sebenarnya ia baru saja pergi ke rumah beliau. Namun niat itu digagalkan karena tidak percaya bahwa rumah itu adalah rumah Sang Imam. Mendengar penuturan tersebut, Imam Abu Hasan kemudian memberikan sebuah gelas yang berisi minuman anggur pilihan. Ia sangat kagum karena selama hidupnya belum pernah melihat dan meminum anggur semacam itu. Rasa kagum itu membuatnya merasa takut kalau anggur itu tumpah atau gelasnya terlepas dari genggamannya. Apalagi kereta yang ia tumpangi sedang lari kencang mengelilingi kota. Seluruh perhatiannya tertuju pada gelas dan anggur sehingga ia tidak bisa menikmati indahnya perjalanan dan megahnya pemandangan kota sekelilingnya.
Setelah selesai mengelilingi kota, kereta beliau berhenti di halaman rumahnya tanpa disadari orang tersebut, ia terus saja memperhatikan anggurnya. Ia baru sadar setelah Sang Imam bertanya kepadanya: "Bagaimana perjalanan tadi, apakah kamu bisa menikmati keindahan kota ini?" Ia tidak bisa menjawab karena selama perjalanan memang tidak melihat apa-apa selain anggur yang ada di tangannya. Sebelum orang itu menjawab, Imam Syadzili melanjutkan kata-katanya, "Nah, antara kamu, keindahan kota dan anggur di tanganmu itu ibarat aku sendiri dengan hartaku dan Allah dalam batinku. Karena perhatianku hanya tertuju kepada Allah, aku tidak pernah peduli apakah kota ini indah atau tidak." Orang itu memahami apa yang dilihat dan didengarnya. Ia gembira karena mendapatkan pelajaran zuhud dari Sang Imam.(18)

- Nasiruddin SAg, aktivis LSM Darul Munajat-Brebes

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.