Baik secara fisik ataupun psikhis, manusia adalah makhluk unik. Di antara keunikannya ialah kesibukannya yang luar biasa sepanjang hidupnya sehingga ia disebut makhluk paling sibuk. Menurut penelitian ilmu kedokteran, jika seseorang dewasa, dengan bobot tubuh rata-rata, selama 24 jam, memiliki kesibukan luar biasa. Jantung berdenyut 103.689 kali. darah menempuh perjalanan 168.000.000 mil, bernafas sebanyak 23.040 kali. menghirup udara sebanyak 483 meter kubik, menelan 1,5 kg makanan, meminum 3,5 liter cairan, berkata-kata sebanyak 25.000 kata (termasuk kata-kata yang tidak perlu diucapkan), menggerakkan 750 otot, kuku bertumbuh 0,00012 cm, rambut memanjang 0,94353 cm, dan sel otak sebanyak 7.000.000 terus bekerja. Konon, ketika tidur pun beberapa organ tubuh manusia justru sedang sibuk-sibuknya.
Dalam kehidupan keseharian, manusia dalam memenuhi kebutuhan dirinya, juga selalu menunjukkan kesibukan. Begitu fajar menyingsing ia mulai keliahatan sibuk. Dari merapikan tempat tidur, mandi, menyiapkan sarapan, belanja, belajar, dan bekerja, hingga mencari hiburan dan melakukan peperangan. Akibatnya, di mana-mana tampak kesibukan. Di rumah, tempat kerja, pasar, jalan raya, hingga di udara dan di dunia maya. Lebih-lebih di kota-kota besar, kesibukan telah menjadi cirinya yang khas. Bahkan orang-orang tertentu ada yang bisa sibuk dengan dirinya sendiri.
Hidup manusia memang dipenuhi kesibukan. Sepertinya kesibukan terus menguntit dan bahkan mengepung seluruh dimensi kemanusiaannya. Entahlah kapan saatnya semua kesibukan itu akan berakhir.
Konon, kehidupan manusia sekarang sedang memasuki zaman paling sibuk sepanjang sejarahnya. Sebagian besar penduduk bola bumi bahkan telah terbelenggu dengan kesibukan yang melelahkan. Ironisnya, kesibukan yang membelenggunya itu justru diakibatkan oleh teknologi yang diciptakannya sendiri yang semula diharapkan dapat mengurangi kesibukan.
Memang tampak sia-sia orang yang coba menghindari kesibukan selama ia masih hidup. Kecuali apabila dirinya telah kehilangan kehendak atau keinginan. Sebab begitu suatu kesibukan mereda, orang malah cenderung mencari kesibukan yang lain. Di sini setiap manusia dihadapkan pada dilema eksistensialnya. Untuk sekedar mengurangi kesibukan terkadang justru harus mengerahkan kesibukan yang lebih banyak sehingga lahir berbagai kesibukan baru. Dari hal-hal yang bersifat seremonial hingga hal-hal yang bersifat permainan.
Akibatnya, banyak dijumpai berbagai acara yang sejatinya tidak terselenggara pun tidak akan merugikan dirinya. Misalnya, berbagai penyelenggaraan festifal, lomba, dan kompetisi. Acara-acara itu diselenggarakan secara terorganisasi dan rapi sehingga menuntut kesibukan tersendiri. Padahal semua itu diselenggarakan sekedar memenuhi agar tidak kehilangan kesibukannya. Bahkan berbagai acara dan produk teknologi yang bernilai permainan diproduk secara masif demi memantapkan posisi sebagai makhluk sibuk.
Pada masyarakat tertentu kesibukan bahkan dipandang sebagai standar kemanusiaan. Orang akan malu kalau tidak kelihatan sibuk. Oleh karena itu banyak ditemukan orang yang berlalu lalang mencari sibuk. Bahkan jika sibuk yang dicari tidak sampai bisa ditemukan, demi menjaga gengsi dan citra diri, mereka lantas berpura-pura sibuk.
Kamis, 30 Desember 2010
Label:Renungan
0 komentar:
Posting Komentar