REPUBLIKA.CO.ID, Amir Junaid Muhadith lahir di Chauncey Lamont Hawkins, Harlem, New York, Juni, 35 tahun silam. Ia lebih dikenal dengan nama panggungnya, Loon, mantan rapper Afro-Amerika, salah satu anggota Bad Boy Records milik Sean P. 'Diddy' Comb
Saat bersama Bad Boy, Amir mengaku tidak pernah merasakan kepuasan pribadi meskipun menikmati puncak kehidupan materi, kesejahteraan, sukses dan ketenaran. Seberapa keras ia berupaya, ia mengaku tak merasakan kedamaian di dalam dirinya.
"Loon bekerja di luar sistem diri saya," ujarnya mengenang sosoknya menyandang nama Loon ketika bergabung dengan Bad Boy "Kini saya bahagia menerima Islam dan menemukan kedamaian dalam benak, sesuatu yang selalu saya cari dalam bisnis musik. Terima kasih kepada Islam, sehingga saya mampu melengkapi pencarian dan kini saya sangat merasa damai. Bad Boys sudah usai. Saya kini dapat anda panggil "good boy." paparnya.
Amir mengucapkan syahadat pada Desember 2008 silam ketika melakukan tur di Dubai, Uni Emirat Arab. Kisah hidupnya dimulai dari tumbuh besar di lingkungan terisolir (ghetto) khusus kulit hitam di Harlem, New York, menjadi anggota geng jalanan hingga membentuk grup rap dan akhirnya menyadari kebenaran Islam sangat menginsipirasi kaum muda, terutama kulit hitam di AS
Kabar bahwa ia masuk Islam pun mendapat slot khusus dalam tayangan Al Jazeera, satu-satunya stasiun jaringan berita independen di Timur Tengah. Dalam pernyataan publiknya, Loon mengatakan kedamaian dari dalam hanya bisa diperoleh dengan menyerahkan diri kepada satu tuhan.
"Hidup untuk sesudah mati, bukan untuk kehidupan saat ini, adalah kepuasan dalam meyakini, memuja dan memohon kepada Allah," ujarnya. "Itulah mempraktekkan agama Islam yang indah."
Ketika akhirnya memeluk Islam, sempat muncul pertanyaan apakah Amir masih akan mengejar karir sebagai penyanyi rap? "Saat ini saya fokus mempelajari Islam dan memperluas pengetahuan tentang cara hidup islam," paparnya. "Berada di posisi yang mempengaruhi, saya pertama-tama harus mampu melindungi diri sendiri," ujarnya.
Ia menilai media kadang mencoba menggunakan transisi yang dilakoni para artis sebagai celah untuk mengolok-olok Islam, atau keyakin apa pun yang mungkin dipilih seseorang. "Namun Allah tahun yang terbaik, mungkin saya akan kembali ke rap," ungkapnya.
Namun kemudian, ia mengacu pada lagu Busta Rhymes, yang dipengaruhi budaya arab "Arab Money'. Lagi itu memasukkan fitur teks ayat-ayat Al Quran dalam musiknya.
"Pemerisa terbesar yang dijangkau sebagian besar artis rap khususnya berada di Klub. Jadi bisa dibayangkan, orang-orang dalam klub melantunkan ayat-ayat atau hal-hal berkaitan dengan Islam, itu sangat salah," ujarnya.
"Pengucapan dan kata-kata adalah hal yang selama ini selalu saya perhatikan. Saya memiliki kemampuan liris yang bisa menjadikan Islam menjadi indah. Namun, sulit untuk berjalan dengan lurus dalam garis ketika ada musik di latar yang memberi ritme tarian, atau membuat seseorang tak mampu memahami pesan sesungguhnya yang kita bawa. Kita sungguh harus berhati-hati," ujarnya.
Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sumber: berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar