“Kita sering tidak sadar tentang keberadaan kita yang sedang
berjalan jauh kembali ke kampung halaman dan rumah otentik kita, alam akhirat, sehingga kita lupa menyiapkan segala keperluan perjalanan.”
Layaknya seseorang yang sedang berjalan jauh menuju satu tujuan, tentu setiap orang menginginkan agar perjalanannya sampai ke tujuan dengan selamat dan sejahtera. Tidak ada aral melintang dan hambatan berarti dapat mudah melanjutkan perjalanan dengan nyaman. Setiap orang menghendaki keseluruhan perjalanannya selamat ke tempat yang menjadi akhir totalitas perjalanan jauhnya.
Alam akhirat, alam tempat kembali yang abadi, adalah tujuan akhir keseluruhan perjalanan manusia. Di sana peristiwa-peristiwa akhir atau final (eskatalogis) akan dialami oleh setiap manusia dengan segala prosesinya yang sangat menakjubkan, menggetarkan, dan, prosesi tertentu, mengerikan. Masing-masing manusia akan mengalami prosesi yang berbeda sesuai dengan kualitas dirinya selama hidupnya di dunia.
Setiap individu harus memperhatikan sejauh mana kesiapan dirinya untuk berjalan jauh menuju akhirat agar tak berhenti di tengah jalan. Setidak-tidaknya ada tiga kesiapan yang niscaya dimiliki setiap penempuh perjalanan jauh.
Pertama, kesiapan pengetahuan tentang hakikat perjalanan (tujuan, sifat, dan watak perjalanan). Atas dasar pengetahuan itulah setiap individu harus memilih kendaraan yang cocok dan bekal yang lengkap untuk keperluan perjalanan.
Kedua, kesiapan emosional hingga mampu berkonsentrasi pada tujuan agar tidak celaka atau terpelanting dari jalannya. Dalam kaitan ini setiap diri perlu meringankan beban dan selalu fokus (konsentrasi) pada tujuan.
Ketiga, kesiapan fisik yang prima hingga diharapkan segala tuntutan perjalanan dapat dipenuhi. Sebab dengan kesiapan ini tidak hanya akan memudahkan perjalanan tetapi juga dapat mengantarkannya sampai tujuan dengan nyaman dan selamat.
Jika untuk perjalanan yang sesaat, trukur, dan hanya mengejar target-target duniawi orang demikian seriusnya mempersiapkan bekal dan seluruh yang dibutuhkan, maka apatah lagi perjalanan menuju akhir semua siklus kehidupan. Mempersiapkan segala sesuatu untuk kesuksesan perjalanan jauh, panjang, tidak terukur, bahkan menghabiskan seluruh energi dan usia yang dimilikinya, menjadi sesuatu yang niscaya dilakukan.
Perjalanan menuju akhirat, negeri keabadian yang menjadi puncak perjalanan setiap manusia sangat membutuhkan teman-teman setia. Teman yang tidak hanya bersedia untuk menempuh perjalanan jauh bersama tetapi juga yang dalam setiap saat bisa meluruskan kembali jika terjadi penyimpangan dalam perjalanan. Ibnu ’Athaillah mengatakan, ”Jangan berteman dengan orang yang keadaannya tidak membangkitkan semangatmu dan pembicaraannya tidak membimbingmu ke jalan Allah.”
Hal lain yang mutlak diperlukan dalam perjalanan menuju haribaan-Nya adalah kejelasan skema perjalanan yang mengoridori dan menuntun perjalanan sampai ke tujuan akhir. Sekema perjalanan tersebut meliputi hakikat tujuan, fase-fase yang ditempuh sejak awal kejadian hingga hari dibangkitkan, watak, dan realitas-realitas obyektif yang pasti ditemukan dalam perjalanan, Dalam skema itu diketahui juga tentang rute-rute perjalanan dan terminal-terminal yang akan disinggahi, dan perlintasan dunia yang penuh rintangan, hambatan, godaan dan jebakan.
Mengetahui skema perjalanan jauh adalah suatu keniscayaan. Sebab dengan pengetahuan itu diharapkan kita tidak akan kehilangan arah yang karenanya kita akan tetap teguh berada di jalan-Nya yang lurus. ”Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. dan menunjuki mereka kepada jalan yang Lurus (untuk sampai) kepada-Nya.” (QS, al-Nisa [4]: 175)
Oleh: Ust Abu Ridho
Kamis, 02 Desember 2010
Label:Renungan
0 komentar:
Posting Komentar