Mengapa Jantung Spiritual Disebut Hati
Hati yang dimaksud oleh para Sufi bukanlah organ jasmani dengan nama itu. Jantung jasmani adalah sepotong daging yang terletak di sebelah kiri tubuh di bawah tulang rusuk. Alasan pemakaian istilah hati untuk menggambarkan jantung spiritual adalah karena hubungannya dengan jantung jasmani.
Jantung jasmani berada dalam kondisi perubahan yang tetap, yang mengatur perubahan perubahan antara darah arteri atau darah yang bersih dan darah vena atau darah yang kotor. Hati spiritual juga berada dalam kondisi perubahan yang tetap, yang mengatur arus bolak balik antara pengaruh ruh yang bersih dan pengaruh nafsu yang kotor. Inilah tempat hati mendapatkan nama Arabnya, qalb, dari akar kata q-l-b, yang berarti memutar atau mengganti.
Jantung jasmani memberikan darah kepada pembuluh pembuluh arteri dan menerima darah kotor dari pembuluh vena; ini sangat penting untuk proses pemurnian tubuh manusia. Demikian juga, hati spiritual menerima perangai perangai yang kotor dari nafsu dan membersihkannya dengan bantuan ruh, yang akan mengubahnya menjadi perangai perangai karakter spiritual, untuk memelihara kehalusan jiwa seseorang. Pada dasarnya, hati merupakan titik tengah antara realita jiwa yang bersih dan karakter nafsu yang kotor.
Sebagaimana kehidupan jasmani dari setiap orang berhubungan dengan jantung jasmani, sehingga jika jantung itu rusak maka orang tersebut akan sakit, atau jika jantung itu berhenti bekerja maka orang tersebut akan mati, demikian juga kehidupan spiritual setiap individu berhubungan erat dengan hati spiritual, sehingga jika hati ini menjadi sakit karena pengaruh karakter karakter nafsu, orang menjadi bersikap buruk, dan jika hati ini menjadi dikendalikan sepenuhnya oleh nafsu, maka kehidupan spiritual dari individu akan berhenti.
Jantung jasmani merupakan sebuah tempat pertukaran antara pembuluh vena yang membawa darah kotor dan pembuluh arteri yang membawa darah bersih yang kaya dengan oksigen, yang merupakan udara bersih paru paru, pernapasan. Hati spiritual juga demikian, merupakan sebuah tempat pertukaran antara kekuatan kekuatan nafsu yang kotor dan kekuatan-kekuatan ruh yang bersih, pernapasan spiritual. Jantung jasmani disebut demikian karena lokasinya yang relatif terpusat dalam tubuh. Dengan cara yang sama, hati spiritual disebut demikian karena dalam proses penyempurnaan jiwa individu dia memainkan peranan pada titik tengah antara nafsu dan ruh.
Seperti jantung jasmani mempertahankan fungsi tubuh yang senantiasa berlangsung terus menerus melalui kerjanya yang terus menerus dan secara spontan, hati spiritual secara terus menerus mengatur temperamen dan perbuatan perbuatan psikologis. Jantung jasmani mengatur tubuh jasmani, sedangkan hati spiritual mengatur jiwa.
Hati spiritual disebut qalb karena peralihannya melalui tahap tahap dari beberapa kea daan dalam proses perkembangan menuju ke arah kesempurnaan. Keadaan keadaan yang dimaksud itu merupakan anugerah dan hal-hal yang dianugerahkan oleh Allah tidaklah terbatas jumlahnya, perubahan dan perkembangan yang dilakukan seseorang dalam jalannya menuju kepadaNya, dengan semua permutasi Yang Maha Indah dan Yang Maha Berkehendak, bervariasi secara tidak terbatas. (MH 97)
Hati disebut qalb karena merupakan bagian perwujudan dari aspek aspek Allah yang berbeda beda, yang menggambarkan suatu aspek yang berbeda pada setiap saat, yang beralih (munqalib) dari Sifat ke Sifat. Hati ini juga beralih antara aspek hati yang berhubungan dengan Allah dan aspek hati yang berhubungan dengan makhluk. Yaitu, dia menerima anugerah dari Allah dan menyampaikannya kepada makhluk. (SGR 4)
Hati adalah tempat
Perwujudan Tuhan;
Bagaimana orang dapat menyebut
sebuah hati sebagai rumah setan?
Pergi dan buanglah
benda benda jasmani itu
Yang kausebut sebagai hati
kepada anjing anjing!
(Nurud Din Isfarayini-KAM 137)
Tidak Semua Orang Memiliki Hati
Perlu dicatat bahwa di antara semua makhluk yang diciptakan, hanya manusia yang memiliki hati spiritual.
Namun demikian, dari sudut pandang perkembangan jiwa, sebagian besar manusia mengalami perkembangan tidak lebih dari maqam dari sifat materi (tab') atau nafsu. Hanya segelintir manusia yang telah mencapai tingkat perkembangan hati yang dapat dikatakan bahwa mereka memiliki sebuah hati.
Menurut Al Qur'an: "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat peringatan bagi orang orang yang mempunyai hati." (L: 37).
Wahai hati, duduklah dengan orang
yang mengenal hatinya;
Pergilah ke bawah pohon
yang memiliki bunga bunga segar.
Hati yang sebenarnya sedemikian rupa sehingga bahkan dalam keadaan malapetaka sekalipun Engkau benar benar tidak akan menemukan apa apa di dalamnya selain Allah. (Rumi)
Hati Yang Hidup dan Hati Yang Mati
Hati adalah sebuah medan peperangan antara tentara ruh atau karakter karakter spiritual serta berbagai temperamen yang terpuji, di satu sisi, dan tentara nafsu atau karakter karakter nafsu dan berbagai temperamen tercela, di sisi yang lain. Jika hati jatuh ke dalam pengendalian nafsu dan sifat sifatnya, maka hati menjadi mati, sedangkan jika hati terisi dengan sifat sifat spiritual dan kemanusiaan, hati akan hidup, dan seseorang yang memiliki hati demikian disebut shahib al qalb (yang memiliki hati) dan dikenal sebagai orang yang berhati (ahl al qalb).
Kebanyakan hati manusia berada dalam keadaan fluktuasi antara hati yang mati dan hati yang hidup, walaupun sebagian besar lebih cenderung ke arah hati yang mati, sementara hanya sedikit jumlahnya yang cenderung ke arah hati yang hidup.
Ketika seseorang bertanya kepada Junaid bilamana hati benar benar berisi, dia menjawab, "Apabila hatinya itu adalah hati yang sebenarnya.
Sumber :Dr. Javad Nurbakhsy
Kamis, 14 Oktober 2010
0 komentar:
Posting Komentar