Imam besar yang akrab di telinga para santri dengan karyanya Tafsir Jalalain ini mempunyai nama lengkap Abdurrahman bin al-Kamal, Abi Bakr bin Muhammad bin Sabiquddin bin al-Fakhr Utsman bin Nazhiruddin Muhammad bin Saifuddin Khidr bin Najmuddin Abi al-Shalah Ayyub bin Nashiruddin Muhammad ibnu Syekh Humamuddin al-Khudhairi al- Asyyuthi.
Nenek moyangnya (Humamuddin) termasuk pengikut ahli hakikat dan juga salah satu guru thariqahsufiyah.
Adapun kakeknya satu tingkat sebelum Humamuddin termasuk orang yang mempunyai kedudukan terhormat dan memimpin tampuk kepemimpinan dalam pemerintahan. Di antara nenek moyang alim agung ini ada yang menjadi kepala pemerintahan di wilayahnya masing-masing, sebagian lagi menjadi petugas pengawas harga dan penimbangan, sebagian lagi menjadi pedagang bekerja sama dengan Amir Syaihun. Dengan pendanaan sendiri dia membangunan madrasah di Asyyuth yang kemudian diwakafkan untuk kepentingan masyarakat. Ada juga keluarga as-Suyuthi yang menjadi jutawan. Bisa dikatakan bahwa tidak ada satu pun dari mereka yang memperhatikan dan berkhidmat untuk kepentingan ilmu pengetahuan kecuali ayah beliau.

Silsilah al-Khudhairi yang dimiliki pengabadi turas Islam ini merupakan silsilah keluarga di Baghdad, Irak. Hal ini ia ketahui dari seseorang yang memberitahukan bahwa dia telah mendengar dari ayah al-Suyuthi tentang silisilah nenek moyangnya tersebut. Orang shalih tersebut bercerita bahwa nenek moyang al-Suyuthi adalah orang ajam (bukan Arab) atau dari daerah belahan timur. Maka dari cerita tersebut jelaslah bahwa daerah yang dimaksudkan adalah daerah Baghdad, Irak.
Al-Suyuthi lahir malam ahad sesudah maghrib, awal bulan Rajab tahun 849 H. Ketika sang ayah tercinta masih hidup as-Suyuthi kecil pernah dibawa ke seorang Syekh yang bernama Muhammad al-Majdzub, seorang ulama besar yang tinggal di samping makam Sayyidah Nafisah

As-Suyuthi dan aktivitas keilmuan
Alim tafsir ini tumbuh dan berkembang dalam keadaan yatim. Ketika berusia kurang dari delapan tahun ia telah hafal Alquran, kemudian menghafalkan kitab Al-Umdah, Kitab Minhaj dalam ilmu fikih, Kitab Usul Fiqh dan Alfiyyah Ibnu Malik.
Pada awal tahun 864 H tokoh kita ini mulai belajar ilmu agama. Ia belajar ilmu fikih dan nahwu dari beberapa guru dan belajar ilmu faraidh dari Al-Allamah Syekh Syihabuddin al-Syarimsahi. Diceritakan bahwa umur Syekhtersebut telah melewati usia lebih dari seratus tahun dan dari Syekh tersebut, as-Suyuthi belajar ilmu faraidh dari kitab Majmu'. Pada awal tahun 866 H ia mulai mengajar bahasa Arab.


Pada usia yang masih cukup muda itu, alim agung ini telah memulai mengarang buku. Buku pertama yang menjadi buah karyanya adalah Syarh al-Istifaadah wal Basmalah. Buku tersebut kemudian diperlihatkan pada gurunya, Syekh Alamuddin al-Bulqini, dan rupanya sang guru berkenan menulis kata pengantar dalam kitab tersebut.

Kendatipun sudah mengajar dan mengarang namun aktivitas belajar masih giat ia lakukan. Sebab semakin seseorang belajar semakin merasa bodoh dan semakin tahu betapa banyak hal yang belum dan mesti diketahui. Oleh karena itu as-Suyuthi juga belajar kitab Minhaj, Syarh al-Bahjah dan Hasyiyah-nya dan Tafsir Baidhawi pada Syekh Syarafuddin al- Munawi. Dalam bidang ilmu hadits dan ilmu tata bahasa, Imam Suyuthi berguru pada Syekh Taqiyuddin al-Syibli al-Hanafi selama empat tahun. Dia juga telah memberikan kata pengantar dalam kitab Syarh Alfiyyah dan kitab Jam'ul jawami' dalam ilmu tata bahasa arab.

Imam Suyuthi juga berguru pada Syekh Muhyiddin al-Kafiji dan Syekh Saifuddin al-Hanafi dalam berbagai disiplin ilmu. Belajar, mengajar dan mengarang hampir menjadi nafas guru besar ini. Maka tidak aneh buah karya Imam Suyuthi mencapai 300 kitab.
Dalam pengembaraan mencari ilmu pemburu ilmu ini pernah singgah di Syam, Hijaz, Yaman, Hindia, Maroko dan Takrur. Ketika melaksanakan ibadah ia mengharap berkah dengan minum air zamzam dengan tujuan bisa seperti Imam Sirajuddin al-Bulqini dalam bidang fikih dan Imam Ibnu Hajar dalam bidang hadits. Berkat pertolongan Allah, guru kita ini bisa menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Dalam penguasaan ilmu Imam nan bijaksana ini mengelompokkan dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok ilmu-ilmu yang paling ia kuasai, kemudian kedua ilmu-ilmu yang ia kuasai namun kadarnya di bawah kelompok yang pertama. Demikian seterusnya.
Adapun kelompok pertama ada tujuh ilmu yaitu ilmu tafsir, hadits, fikih, nahwu, ma'ani, bayan dan badi'. Kelompok kedua ilmu ushul fiqh, ilmu jadal, tasrif. Kelompok ketiga ilmu insya', tarassul dan ilmu faraidh. Kelompok keempat ilmu qira`at dan kelompok kelima ilmu kedokteran.

Sedangkan ilmu hisab merupakan ilmu yang paling sulit ia kuasai. Demikian sulitnya ilmu tersebut diibaratkan seperti memikul gunung. Namun demikian, ini tidak mengurangi kapasitas kelimuan imam agung ini karena begitu banyaknya ilmu, selain ilmu hisab, yang ia kuasai. Maka adalah sangat layak, dengan pertolongan Allah SWT alim besar dari mazhab Syafi'I ini mampu melakukan ijtihad karena ia memang telah memiliki perangkat dalam berijtihad.
Imam Suyuthi telah menghabiskan umurnya untuk mengajar, memberikan fatwa dan mengarang. Akan tetapi menjelang usia tuanya, kontributor besar ilmu keislaman ini meninggalkan tugas mengajar dan berfatwa, kemudian ber-uzlah dari keramaian dunia untuk beribadah dan mengarang saja.

Karomah Imam Suyuthi
Syekh Syu'aib Khatib Masjid Al-Azhar bercerita, ketika Imam Suyuti sedang sakit yang menyebabkan kemangkatannya dia datang menjenguk Imam mujtahid ini. Ia mencium kakinya, lalu meminta supaya Imam Suyuthi berkenan mengampuni dosa kesalahan orang-orang ahli fiqh yang pernah menyakitinya. Dengan tenang Imam Suyuthi menjawab: "Wahai saudaraku... sebetulnya aku telah mengampuni mereka ketika pertama kali mereka menyakitiku. Aku menampakkkan kemarahanku pada mereka, lalu aku menulis sanggahan untuk mereka. Semua itu aku lakukan supaya mereka tidak berani lagi menyakiti orang lain". Demi mendengar kelapangan hati Imam Suyuthi Syekh Syuaib berkomentar : "Memang inilah yang sudah aku sangka dari kebaikan tuanku ".

Walaupun Imam Suyuti telah memaafkan mereka tapi mereka masih saja terkena bencana dari Allah SWT sebagai pelajaran bagi mereka sendiri dan orang lain. Dalam hal ini Imam Sya'roni bercerita : "Aku melihat salah seorang yang memukul imam Suyuti dengan bakiyak (sandal dari kayu) walaupun sudah dicoba oleh Allah dengan kefakiran dia sangat tamak dengan dunia. Setiap kali dia melihat orang yang membawa ayam, gula, madu, atau beras persis seperti orang gila dia selalu mengatakan : " juallah barang ini padaku ! " . Setelah dia mengambil barang tadi seperti merampas dia pergi bersembunyi dan tidak mau membayarnya. Setiap ditagih selalu saja ia mencari-cari alasan untuk mengulur-ulur. Sehingga yang punya barang bosan untuk menagihnya, maka si tamak ini akan memikul tanggungan yang jauh lebih besar dan berat kelak di hari kiamat. Dan ketika orang yang menyakiti imam kita ini meninggal tidak ada seorangpun yang mengirnginya. Semoga Allah memelihara kita . Amin

Di antara karomah Imam Suyuthi adalah, suatu ketika Imam Suyuti ada di zawiyah (mushola kecil)[1] Syaekh Abdullah al-Juyusyi di daerah al-Qarrafah pada waktu siang hari. Sang alim nan sufi berkata pada pembantunya : " Aku ingin salat Asar di Masjidi al-Haram, tapi dengan syarat kamu harus menyimpan rahasia ini sampai aku meninggal ! ". Pembantunya itupun menyanggupi. Imam Suyuti kemudian menggandeng tangannya sambil berkata : " Pejamkan matamu ! ". Lalu Imam Suyuti berlari kecil kira-kira 27 langkah. " Bukalah matamu ! ". demikian perintah Imam Suyuthi kemudian. Tiba-tiba mereka sudah sampai di pintu Ma'laa, lalu mereka ziarah ke makam Sayyidah Khodijah, Imam Fudlail ibn Iyadl, Abdullah ibn Uyainah, dan lain-lainnya. Setelah itu mereka masuk Masjid al-Haram, tawaf, Shalat , dan minum Zam-Zam. Di sini Imam Suyuti mengatakan : " Wahai Fulan... yang mengherankan bukanlah karena bumi dilipat sehingga kita bisa menempuh jarak ribuan mil dalam beberapa saat. Tapi yang mengherankan adalah karena orang-orang Mesir yang bermukim di sini tidak ada yang mengetahui kita ". "Baiklah kita sudah ziarah, salat dan tawaf. Kamu mau pulang lagi bersamaku, atau mau menetap di sini sampai datangnya musim Haji ? ". " Aku mau bersama tuan saja ", demikian jawab pembantu itu lugu. Lalu mereka pergi ke Ma'laa, dan seperti pada keberangkatan tadi Imam Suyuti memintanya supaya memejamkan mata. Setelah Imam Suyuti melangkah beberapa jengkal dan mereka membuka mata tiba-tiba di hadapan mereka adalah zawiyah Syekh Juyusyi.

Banyak juga sebetulnya karomah sang alim nan arif billah ini, namun di sini akan dipaparkan satu lagi. Adalah Syekh Abd al-Qodir al-Syadzili, murid Imam Suyuthi. Dalam biografinya Imam suyuti mengatakan : " Aku pernah melihat Nabi SAW dalam keadaan terjaga. Kemudian Syekh Abd al-Qodir, muridnya tersebut bertanya : "Berapa kali tuan melihat Nabi SAW dalam keadaan terjaga ? ". Beliau menjawab : " Lebih dari 70 kali " .

Wafat Imam Suyuthi
Imam Suyuthi meninggal pada usia 61 tahun 10 bulan 18 hari, yaitu pada malam Jumat tanggal 19 Jumadal `ula tahun 911 H, dan dimakamkan di Khusy Qusun di luar pintu Qarafah, Kairo, Mesir.[]




0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.