[Al-Fushul al-Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hukmiyyah, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad.ra]
Adakalanya seseorang yang lemah bashirah1-nya memandang kepada alam ini lalu melihat berbagai hal yang saling berlawanan. Seperti adanya cahaya dan kegelapan, kebaikan dan kejahatan, perbaikan dan perusakan, manfaat dan mudarat, dan lain sebagainya. Mungkin ia membisikkan dalam hatinya atau menggambarkan dalam angan-angannya bahwa seandainya dalam alam ini hanya ada cahaya, kebaikan, perbaikan, dan manfaat saja, niscaya akan lebih utama dan lebih baik. Mungkin pula akan timbul protes atau sanggahan dari orang itu terhadap Allah Swt.

karena telah menciptakan sifat-sifat dan keadaan yang berlawanan dengan itu semua. Ia mengira bahwa ke-wujud2-an hal-hal itu semuanya tak ada artinya dan penciptaannya pun tidak ada hikmahnya. Itu hanya menunjukkan kejahilan, kebodohan, dan kelengahan dari orang yang berangan-angan tersebut. Sebab, Allah Swt. (bagi-Nya segala puji) adalah yang paling bijak di antara para bijak bestari. Dialah Tuhan yang memiliki ilmu yang mutlak, tak terbatas, yang melingkungi segala sesuatu dari segenap arahnya. Dialah yang paling kuasa di antara semua yang kuasa, paling pengasih di antara semua pengasih. Dalam suatu atsar3 disebutkan bahwa Allah Swt. berfirman:
Sesungguhnya Akulah Allah, tiada tuhan melainkan Aku. Telah Kuciptakan kebaikan dan kejahatan dan Kuciptakan masing-masing ahlinya bagi keduanya. Berbahagialah ia yang Kuciptakan untuk menjadi ahli kebaikan dan Kumunculkan kebaikan dari sisinya. Celakalah ia yang Kuciptakan untuk menjadi ahli kejahatan dan Kumunculkan kejahatan dari dalam dirinya. Kemudian, celakalah bagi siapa yang berkata, "mengapa, bagaimana". (Atsar ini dikutip dengan maknanya.)
Oleh sebab itu, orang yang mengatakan, "mengapa, bagaimana, dan seandainya", pada saat ia melihat hal-hal yang tidak ia ketahui alasannya dan tidak ia capai makna hikmahnya yang terkandung di dalamnya, dapat dinyatakan sebagai seorang yang menyanggah kebijaksanaan Allah dan melawan-Nya dalam tadbir4-Nya. Ketahuilah bahwa kewujudan alam ini yang disertai dengan adanya berbagai hal di dalamnya, yang saling berlawanan dan berlainan, adalah kewujudan yang paling sempuma dan paling baik.

Tiada sesuatu yang mencerminkan kebijakan dan mendatangkan kebaikan lebih besar daripadanya apabila dikaitkan dengan tujuan penciptaan alam dan sasaran yang hendak dicapai dengannya. Camkanlah hal ini.
Tak dapat dimungkiri bahwa alam ini dalam kewujudannya berada pada salah satu di antara empat keadaan:
1. Tetap seperti keadaannya sekarang, yakni dengan segala keberlawanan atau kontradiksi yang maujud kini.
2. Yang ada di dalamnya hanyalah kebaikan murni dan kemanfaatan semata-mata.
3. Yang ada di dalamnya hanyalah kejahatan dan kemudaratan semata-mata.
4. Tidak terwujudnya alam ini sama sekali.

Hanya empat keadaan ini saja, tidak ada kelimanya yang dapat dibayangkan dalam pikiran. Adapun seandainya alam ini dalam keadaan 'adam (tidak ada sama sekali, non existence), maka tidak akan dapat disebut sebagai sesuatu, tidak ada hakikat pada dirinya, dan oleh sebab itu tidak ada artinya sama sekali. Adapun seandainya yang ada di alam ini hanya kebaikan murni semata-mata, niscaya ia akan lumpuh disebabkan hikmah-hikmah dan maslahat segala sesuatunya akan menjadi batal dengan sendirinya. Alam seperti itu hanya berupa setengah kewujudan, dan dengan demikian takkan tercapai tujuannya yang memang dikehendaki dan diciptakan untuknya.

Adapun seandainya yang ada dalam alam ini hanyalah kejahatan dan kemudaratan semata-mata, niscaya ia tak ada gunanya dan tidak perlu ada.

Dari hasil pembahasan di atas dapat diketahui bahwa kondisi yang dapat disaksikan di alam sekarang adalah yang paling baik, paling sempuma, paling utama, dan paling patut. Dari uraian kami itu pula dapat dipahami makna persoalan yang disebutkan oleh Hujjatul-Islam Imam Al-Ghazali.rhm pada bagian tentang Tauhid dalam kitab Ulum Al-Din yang disimpulkannya dengan ungkapan:
"Tidak mungkin terwujud yang lebih indah (atau lebih sempurna) daripada yang telah terwujud."

Ucapan Imam Al-Ghazali.rhm itu mengandung kebenaran, dapat diterima baik, dan tak ada keberatan padanya. Meskipun demikian, tampaknya beliau (rahimahullah) agak berlebih-lebihan dalam penganalisisan dan penyimpulan masalah tersebut, sedangkan ruang untuk bahasannya terlalu sempit, sehingga susunan kalimatnya kurang mampu menjangkau makna sebenamya yang hendak dituju. Sebagai akibatnya, timbul kemusykilan dan ketidakjelasan. Adapun yang dimaksud oleh Imam Al-Ghazali memang benar, begitu pula maksud yang dikehendakinya amat mulia, meski juga pelik. Seperti itu pula yang dapat dikatakan mengenai masalah-masalah pelik lainnya. Jika seorang 'alim yang 'arif hendak menyampaikan pemahamannya kepada siapa yang bukan ahlinya, masalah tersebut akan bertambah tidak jelas dan musykil, dan jadilah si 'alim sasaran kecaman orang-orang yang tidak termasuk ahli dalam ilmu tersebut atau kurang mantap pijakan keilmuannya.

Ketahuilah pula bahwa dalam kewujudan alam ini, seperti apa adanya, terkandung berbagai petunjuk mengenai nama-nama Allah (al-asma' al-husna) dan sifat-sifat-Nya yang pengetahuan tentang itu semua tidak akan sempuma kecuali dengan keberadaan alam seperti keadaannya kini. Cahaya, sebagai contoh, tidak mungkin dikenali dengan selayaknya kecuali dengan sesuatu yang berlawanan dengannya, yakni kegelapan. Kebaikan, tidak mungkin dikenali kecuali dengan lawannya, yakni kejahatan. Demikian pula tentang perbaikan dan perusakan, manfaat dan mudarat, sehat dan sakit, dan segala sesuatu lainnya yang saling berlawanan dan berlainan.

Perhatikan baik-baik uraian kami dalam pasal ini. Sebab, ia termasuk di antara hikmah yang tinggi dan hakikat nan lembut, yang untuk menjelaskannya secara sempurna membutuhkan ucapan yang banyak dan uraian yang panjang. Sungguh Allah mengetahui yang benar dan menunjuki jalan yang lurus.

Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!

Keterangan:
1. Bashirah ; akal, mata hati, kesadaran batin .
2. Wujud ; adanya sesuatu, sesuatu yang berupa, eksistensi.
3. 'Atsar ; peninggalan, bekas. Yang dimaksudkan disini, ucapan dari Nabi Saw, para sahabat atau ulama dan hukama pada masa lalu.
4. Tadbir ; pengaturan.
5. Maujud ; benar-bener ada, sesuatu yang nyata.



0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.