Semiotika Ramadhan dan Pendidikan Spiritual

Muhbib Abdul Wahab
(Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Ramadhan, bulan yang penuh berkah, bagaikan samudra yang luas, dalam, bergelombang, tetapi kaya tanda dan makna. Dalam perspektif semiotika (ilmu tentang tanda dan pemaknaannya), Ramadhan perlu dimaknai dan diberikan kontekstualisasi sehingga puasa tidak sekadar menahan diri tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan seksual pada siang hari. Banyak tanda kesucian, kemuliaan, dan keabadian yang perlu diaktualisasi, baik melalui kitab suci Alquran, sejarah, maupun dalam konteks sosial dan kultural.

Sebelum memasuki Ramadhan, Muslim harus mengetahui tanda datangnya bulan suci, yaitu hilal (bulan sabit). Jika tanda ini sudah diisbat (dipastikan), permulaan puasa ditandai dengan niat atau 'kontrak spiritual'. Malam-malam Ramadhan ditandai dengan shalat Tarawih atau qiyamul lail (bangun malam hari untuk salat), tadarus Alquran, dan makan sahur. Pada 10 malam terakhir, Muslim sangat dianjurkan melakukan iktikaf (berdiam diri di masjid dengan niat beribadah karena Allah).

Puasa Ramadhan ditandai dengan "malam spesial", yaitu nuzul Alquran dan lailatul qadar (malam kemuliaan). Puasa disempurnakan dengan "tanda kesalehan sosial" berupa zakat fitrah; "tanda kesalehan spiritual" berupa kumandang takbir, tahlil, tahmid, dan tasbih; dan dirayakan dengan shalat Id pada pagi 1 Syawal sebagai "tanda kemenangan". Bagaimana kita memaknai 'tanda-tanda' Ramadhan tersebut?

Menyucikan Hati
Jika dikaji secara semiologi, tanda-tanda tersebut sangat menarik dan memiliki makna yang sangat dalam bagi pembentukan karakter takwa, sebagai tujuan disyariatkannya puasa (QS Albaqarah [2]: 183). Maknanya adalah sebelum memasuki bulan suci, Muslim harus "menengok ke atas", melihat bulan, meneliti, menghitung (hisab), mencari kepastian, dan meneguhkan keyakinan. Karena itu, yang "dipanggil" untuk berpuasa adalah orang-orang beriman. Mukmin dipastikan meyakini bahwa puasa itu baik dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain sehingga puasa bukan sekadar ritualitas, rutinitas atau formalitas, melainkan sebuah panggilan hati, kebutuhan nurani yang merindukan kasih sayang, ampunan, dan keberkahan dari Allah SWT.

Setelah "menengok ke atas", Muslim yang akan memulai puasa harus menengok hatinya dengan berniat, berkomitmen untuk ber-shiyam: menahan diri, membunuh egoisitas, dan mengoptimalkan kecerdasan emosi dan spiritual. "Perbuatan itu, sabda Nabi Muhammad SAW, sangat bergantung pada niatnya." (HR Bukhari Muslim). Karena itu, kebermaknaan puasa sangat ditentukan oleh seberapa jauh komitmen berpuasa itu diniati oleh pelakunya. "Menengok ke atas" harus dibarengi dengan tazkiyatun nafs (penyucian diri) dengan melakukan "kontrak spiritual dan moral" dengan Allah untuk menjadikan Ramadhan sebagai agenda pembentukan karakter (character building) sebagai Muslim yang memiliki kedalaman spiritual, kearifan kultural, dan kesalehan sosial yang tinggi.

Malam-malam hari Ramadhan ditandai adanya kebersamaan, solidaritas, dan persaudaraan. Masjid atau mushala menyatukan semua lapisan sosial dalam sebuah ritual shalat, terutama shalat Tarawih. Salat berjamaah adalah tanda kebersatuan, kebersamaan, dan persaudaraan. Dalam shalat mereka menghadap kiblat yang sama (Ka'bah), menyembah Allah yang Esa, berdoa hanya kepada-Nya. Dimulai dengan menyatakan Allahu Akbar (Allah Maha segala-galanya), dan disudahi dengan salam (perdamaian) dengan menoleh ke kanan dan ke kiri. Salam menandai adanya kedamaian hati, sikap peduli kepada orang lain, menebarkan kasih sayang, dan antikekerasan.

Modal spiritual dan sosial yang ditandai dengan shalat berjamaah itu tidaklah cukup sebagai bekal perjalanan puasa. Muslim yang bertakwa perlu memiliki modal intelektual dan kesalehan kultural.

Disiplin dan Dinamis
Sebelum berpuasa pada siang hari, Muslim sangat dianjurkan makan sahur. Sabda Nabi SAW: "Bersantap sahurlah, karena pada sahur itu terdapat berkah (kebaikan)." (HR Muslim). Sahur yang dilakukan sebelum terbit fajar subuh menandai pentingnya disiplin waktu, dinamika, dan akselerasi segala bentuk aktivitas yang produktif. Akselerasi bangun secara fisik merupakan awal dinamika kebangunan mental, spiritual, dan moral.

Waktu sahur adalah waktu paling tepat untuk mengawali kehidupan. Pada waktu sahur itulah para malaikat turun ke bumi untuk "menjemput bola" istigfar dan segala bentuk "curhat" (curahan hati) Muslim. Karena itu, waktu sahur merupakan waktu yang sangat mustajab untuk berdialog kepada Allah SWT. Waktu sahur juga diyakini sebagai waktu paling sehat untuk menghirup oksigen, meningkatkan kebugaran fisik dan psikis. Oleh sebab itu, Nabi SAW pernah mendoakan umatnya: "Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu mereka bangun pagi-pagi ..." (HR Abu Daud).

Jika "momentum sahur" dimaknai sebagai "etos dinamika", niscaya kita akan menjadi sangat disiplin waktu, sehat, dan produktif. Dengan kata lain, membiasakan bangun waktu sahur, diikuti dengan shalat, berdoa, membaca, dan melakukan aktivitas lainnya, dapat dipastikan bahwa kita dapat berpola hidup sehat, disiplin, dinamis, dan produktif.

Spiritualisasi
Sebagai bukti kasih sayang-Nya, Allah menurunkan Alquran pada bulan Ramadhan. Allah menyapa dan memberi petunjuk jalan kehidupan menuju kebahagiaan dunia akhirat. Nuzul Alquran merupakan tanda kehadiran "Tuhan" dalam kehidupan. Alquran, menurut Nabi SAW, merupakan "jamuan Allah" (ma'dubatullah) bagi para hamba-Nya.

Tentu saja, jamuan Allah ini sangat "nikmat, lezat, dan bernutrisi tinggi" untuk pencerahan hati. Sayyid Qutb, dalam pengantar tafsirnya Fi Zhilal al-Quran, menyatakan, "Sungguh hidup di bawah naungan Alquran itu nikmat."

Selain itu, lailatul qadar adalah tanda kemurahan dan kasih sayang Allah kepada hamba yang selalu mendekati-Nya. Malam kemuliaan ini nilainya lebih baik daripada seribu bulan (sekitar 84 tahun). Sungguh luar biasa! Ramadhan memotivasi jiwa raga Muslim untuk berumur produktif dan hidup bermakna.

Perayaan Kemenangan
Ramadhan juga menjadi tanda kemenangan spiritual dan sosial umat Islam karena terbukti puasa dapat mengoptimalkan "etos jihad" dan etos kerja. Fathu Makkah (pembebasan Kota Makkah), kemenangan umat Islam dalam Perang Tabuk, pembebasan Andalusia (Spanyol), dan kemerdekaan RI semuanya terjadi di bulan Ramadhan.

Kemenangan melawan hawa nafsu adalah kemenangan hakiki dan sekaligus kemenangan transformatif sehingga dapat mengubah manusia dengan karakter hewani menjadi manusia yang mampu meneladani sifat-sifat Allah. Kemenangan inilah yang dapat mengantarkan kepada kefitrian, kesucian hati, kearifan, dan kemuliaan sejati.
Semoga Allah menjadikan puasa kita semua lebih bermakna!

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.