TERKURUNG DALAM PENJARA MATERIALISME
“Hai orang-orang yang beriman, jangan sampai anak-anak dan hartamu
melalaikanmu dari Dzikrullah”. (Qs. Al-Munafiqun: 9)
Sahabat. Pengalaman sejarah menunjukan bahwa manusia selalu dihinggapi dengan kemauan untuk hidup dengan bergelimang harta benda. Hal ini merupakan suatu kenyataan hidup yang mendorong banyak manusia untuk meraihnya. Bahkan para pemikir humanisme barat di sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mereka berani menyatakan: “Singkirkan Tuhan dari kaedah moral, dan gantikan dengan kata hati, sebab manusia adalah makhluk yang punya kata hati yang melawan moral bawaan”. Karena itu agama hanya dijadikan komoditas, sebuah kepentingan bagi pemenuhan hidup manusia. Agama kemudian ditundukan untuk pemuasan kebutuhan material semata.
Setiap orang di dunia ini berusaha mencapai kebahagiaan dan ketentraman. Siang malam berjuang menggapai impian ini dalam kehidupan yang nampak seperti gelanggang peperangan. Sayang, banyak orang yang memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan yang bahagia. Tetapi membiarkan beberapa faktor mempermainkan jiwanya sendiri dalam kesusahan dan keresahan. Sebagai akibatnya, orang ini menjadi korban impian Khayali bahwa hidup bahagia tak lain dari khayalan semata, dan bahwa kesudahan manusia hanyalah bagaikan jerami yang dipermainkan gelombang kepahitan khayali yang berakhir di liang kubur kemalangan.
Banyak diantara kita yang senang dengan kehidupan dunia sehingga lupa bahwa ada kehidupan setelah dunia, yaitu akhirat. Mereka yang sedang terkurung dalam penjara materi sesungguhnya memahami bahwa kesenangan dunia ini bila dipakai akan berkurang dan bila dibiarkan akan hilang. Bahkan merekapun sering menyaksikan atau mungkin merasakan, semakin banyak dunia yang di dapat dan di miliki maka akan semakin berat mempertanggung jawabkannya. Semakin kuat kita mengejarnya maka akan semakin lelah dibuatnya.
Sahabat, dunia ini laksana pedang bermata dua, jika kita piawai memainkannya maka kita akan selamat. Tetapi jika kita tidak mampu memainkannya maka kita akan binasa. Ketahuilah, sekalipun kehidupan dunia ini nampak begitu indah dan mempesonakan tetapi ketajamannya jauh melebihi ketajaman sebilah pedang.
Jika ketajaman pedang hanya mampu memotong dan mencabik-cabik tubuh kita, tetapi ketajaman dunia bukan hanya memotong tubuh tetapi ia akan membabat habis tubuh, menyayat hati, jantung, otak dan seluruh anggota tubuh kita. Ini belum selesai, ia akan menyayat-nyayat tubuh dan hati kita dalam waktu yang tak terbatas.
Syekh Ahmad Athaillah dalam kitabnya Al-Hikam mengungkapkan, “Sesungguhnya bangunan wujud (dunia) ini akan rusak sendi-sendinya, dan akan musnah semua kemulyaan (kebesarannya).” Itulah dunia, tidak kekal karena memang sifatnya fana, yakni sementara dan cepat rusak juga membosankan. Kalau sudah tidak suka dibuang menjadi barang yang tidak berharga, itulah dunia.
Ketahuilah, semua yang ada di alam ini adalah tontonan , datang lalu pergi, disukai lalu dibenci. Tidak ada yang kekal di muka bumi ini. Oleh karena itu, seutama-utamanya manusia ialah orang yang memilih kekekalan dari pada kefanaan memilih yang abadi dari pada yang musnah. Itulah orang yang tidak tertipu oleh keindahan duniawi, sehingga tidak terkurung dalam penjara materi yang menghancurkannya.
Yaa Rabbi, kami memohon kepada-Mu. Mudahkan segala urusan yang selalu mendatangkan kebaikan. Berikan kami kemampuan yang dapat menghadirkan kerihoan. Lapangkanlah dada kami untuk selalu menerima segala aturan-Mu. Wahai Dzat yang segala kekuatan ada pada-Mu. Tidak ada kemudahan kecuali Engkau telah menjdikannya mudah.
0 komentar:
Posting Komentar