TEMUKAN JALAN KITA
“Tunjukilah kami ke jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang di murkai dan buka pula jalan mereka yang sesat” (Qs. Al-Fatihah [1]: 6 -7)
Sering dalam sholat kita, sebuah ungkapan kerap terlontar. Sebait doa yang diabadikan Allah dalam surat al-Fatihah…”Ihdinas syirotol Mustaqim ..”tunjukilah kami kejalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka”. Jika saja kita mau merenungkan kalimat ini, kita akan dapatkan, betapa diri kita memang penuh dengan kelemahan.
Dan karena kelemahan itulah, kita selalu berharap agar Allah selalu meluruskan jalan kita. kita memerlukan hidayah (petunjuk) pada setiap kesempatan, baik malam maupun siang. Sebab hati kita berada diantara dua jari di antara jari-jari Allah, dan Ia membolak-balikannya sebagai mana yang Ia kehebndaki. Dan setiap manusia tidak mengetahui tentang dirinya, apakah akan tetap sebagai seorang muslim atau tidak, karena itulah kita selalu memohom petunjuk. Begitulah Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya.
Sesungguhnya, kalaulah kita mau mentadabburi banyak hal tentang kehidupan ini. Akan kita dapatkan, betapa Allah telah menyediakan beragam fasilitas untuk memudahkan jalan hidup menuju kebenaran. Dan jalan itu telah dibentangkan oleh Allah. Jalan itu adalah Islam, kitabullah, Tauladan Rasulullah dan para sahabatnya. Itulah makna dari kalimat yang selalu kita baca. Ihdinasy syirotol mustaqim..”.
Persoalannya adalah, entah sudah berapakali ungkapan ini berulang, tetapi kita tak jua menemukan jalan. Kenapa ?. Karena kita hanya pintar mengungkap pinta, tetapi tidak mampu menangkap makna. Karena kita hanya pintar berkata, tetapi tidak pernah mencoba mengamalkan dalam fakta. Karena kita hanya berdusta, dalam meraih seikat cinta.
Sahabat, Telah terbentang hamparan kekuasaan yang dipelihatkan Allah kepada kita. Tidak terhitung jumlah nikmat yang tersalurkan lewat kehidupan kita, namun semua itu bukan menghadirkan kesadaran tetapi justru melahirkan keangkuhan. Sadarilah, baik dan buruk tindakan kita, kelak akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Kenalilah diri kita, dari mana, untuk apa dan mau kemana kita hidup, pemahaman seperti ini akan memudahkan kita untuk menemukan jalan yang lurus, jalan yang di kehendaki Allah. Dan kita tidak akan tertipu oleh jalan syaitan yang selalu membisikan kedalam hati kita. Dan yang lebih penting lagi adalah kesadaran ini akan menjadi benteng keimanan yang kuat, sehingga kita mampu mengendalikan nafsu kerah yang baik.
Ibnul Qayyim memberi nasehat; nafsu itu tak ubahnya seperti kuda tunggangan yang akan membawa orang yang mengendalikannya ke\sorga atau keneraka. Bila nafsu manusia di arahkan untuk mengikuti kenikmatan syahwat yang semu serta mengarungi lautan keinginan yang di haramkan Allah, niscaya nafsu akan membawanya kejurang neraka. Tetapi jika dijaga dan dikendalikan dengan kesabaran, kama nafsu akan membawa penunggangnya ke surga. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang mampu mengendalikan nafsu, bukan yang di kendalikan nafsu. Insya Allah.
Allahumma, Ya Allah, adalah taufiq-Mu jua yang dapat menghantarkan kami menuju ampunan-Mu. Sinarilah langkah kami dengan kebenaran firman-Mu, teguhkan jiwa kami untuk selalu mentauladani sunnah Rasul-Mu. Jadikan dunia ini sebagai tempat segala kebaikan bukan tempat untuk menambah keburukan. Engkaulah maha pemberi ampunan.
Ya Allah Tunjukilah kepada kami kebenaran sebagai kebenaran, dan berikakanlah kepada kami kekuatan untuk dapat mengikutinya. Dan tunjukanlah kepada kami kebatilan sebagai kebatilah dan berilah kekuatan kepada kami untuk dapat menjauhuinya.
0 komentar:
Posting Komentar