Sejumlah karyanya banyak mengundang kontroversi dari para ulama.

As-Syekh al-Akbar (Guru Teragung), demikian Ibn Arabi sering disapa. Ada pula yang menyapanya Muhyiddin (Penghidup Agama), atau al Kabrit Al Ahmar (Belerang Merah). Sang pengusung ajaran wihdat al-wujud ini merupakan sosok yang kontroversial. Syair-syair mistisnya disenandungkan dengan bahasa erotis sehingga mengundang reaksi dari kalangan fuqaha.

Nama Muhyidin Ibn Arabi, mengingatkan pada tokoh sufi seperti Al-Hallaj (Baghdad), Syekh Siti Jenar, dan Hamzah Fansuri. Syair-syair maupun ungkapan-ungkapannya banyak mengandung kontroversi. Namun demikian, bila dicermati secara saksama, apa yang diucapkan atau tertulis dalam syairnya, menggambarkan kecintaan dan kedekatan sang tokoh dengan Tuhannya.

Ibn Arabi sudah menulis tiga kumpulan puisi dan ribuan syair yang tersebar di seluruh tulisan-tulisan prosanya. Sebagai seorang teoretisi imajinasi Muslim terbesar, ia mampu menggambarkan perasaan cinta, keagungan Tuhan, kesempurnaan Muhammad, dan keindahan alam dalam puisi imajinatif yang sempurna.

Dalam karyanya berjudul Dakha'ir al-A'laq, Ibn Arabi mengatakan, ''Aku menyinggung tentang ilmu-ilmu makrifat yang mulia, cahaya ketuhanan, misteri spiritual, ilmu pengetahuan, intelektual, dan berbagai peringatan syariah. Akan tetapi, kuekspresikan semuanya itu dengan gaya bahasa cinta erotis dan gelora asmara, karena jiwa akan terpikat dengan ekspresi-ekspresi seperti itu.''

Ibn Arabi sering kali menggunakan sebuah perumpamaan untuk menggambarkan realitas keagungan dan keindahan Tuhan. Terkadang, ia menggunakan tamsil bulan purnama (badr), dan tidak jarang pula menggambarkan-Nya dengan perempuan cantik.

Syair mistiknya dalam Tarjaman al-Asywaq, melukiskan keindahan Tuhan. ''Seorang perempuan ramping, langsing, cantik nan segar, untuk siapa hati pencinta yang dirundung kerinduan. Racikan terjadi dengan harum wangi pada saat menyebutnya, dan setiap gerak lidah tidak lain kecuali namanya.''

Syair tersebut seakan diucapkan oleh seorang pemuda yang sedang dimabuk cinta kepada seorang wanita cantik yang dicintainya. Kobaran cintanya menyala untuk selama-lamanya. Kapan pun lelaki itu menyebut nama yang dicintanya itu, keluar aroma harum wangi, karena kegandrungan itu sendiri adalah aroma.

Karena tamsil yang terlalu menonjolkan keindahan-keindahan fisik itu, Syekh al-Akbar dituduh oleh para fuqaha (ahli ilmu fiqih) tengah mengumbar syair-syair erotis dengan menyamarkannya sebagai syair-syair mistis.

Penilaian yang dilontarkan oleh para fuqaha tidak sepenuhnya salah. Di dalam Kitab Tarjuman, Sang Guru Teragung sendiri menceritakan pertemuannya dengan seorang gadis jelita yang mengilhaminya menulis syair-syair indah.

Ia mengatakan, ''Yang kurasakan adalah seberkas cahaya yang menerpa bahuku, yang dipantulkan oleh tangan-tangan lembut. Aku berbalik dan kulihat seorang wanita, salah seorang putri Rum. Tak pernah kulihat wajah yang secerah dia, atau kata-kata yang begitu indah, cerdas, halus, dan suci.''

Ibn Arabi kemudian menanyakan nama gadis itu. ''Kejernihan Mata,'' jawabnya. Ia lantas mengatakan, ''Setelah itu, aku mengucapkan salam kepadanya dan pergi.'' Untuk menyanjung kesempurnaan gadis itu, ia terkadang menyebutnya ''Pelipur Lara'' atau ''Sumber Matahari''.

Rasa takjub Si Belerang Merah terhadap sang gadis Persia tampaknya membekas di hatinya begitu dalam. Di pengantar Tarjuman ia mengatakan, ''Setiap kali aku menyebut sebuah nama, nama dialah yang kusebut. Setiap kali aku menyebut rumah, rumah dialah yang kusebut.''

Setelah mengakui kekagumannya terhadap sang gadis, ia segera mengingatkan para pembaca bahwa apa yang ditulisnya adalah ilham ilahi dan wahyu spiritual. Akan tetapi, peringatannya tampak sia-sia, karena kelompok fuqaha tidak mengendorkan tuduhan kepadanya sebagai pengumbar hawa nafsu.

Ibn Arabi kemudian merasa perlu menulis sebuah ulasan atas Kitab Tarjuman yang diberi nama Dakha'ir al-A'laq. Di dalamnya dijelaskan dengan tegas dan lugas makna spiritual di balik ungkapan yang biasa ia gunakan dalam bahasa cinta.

Bersama Ka'bah
Keberanian Ibn Arabi tidak hanya dalam memilih kata-kata erotis untuk menyanjung Zat Yang Mahakuasa. Ketajaman spiritualitasnya mendorongnya untuk berani mengakui dirinya sebagai orang yang tidak terikat oleh suatu agama formal. Tak heran jika ia kemudian dituduh sesat dan menyesatkan, murtad, atau seorang Nasrani oleh kelompok yang tidak suka dengannya.

Dalam sebuah syair yang masyhur ia berkata, ''Hatiku telah berganti rupa jadi semua bentuk: padang rumput bagi rusa-rusa, biara bagi para rahib, kuil bagi arca-arca, Ka'bah bagi peziarah. Lembaran Taurat, Kitab Suci Alquran. Aku memeluk agama cinta, dan ke arah mana pun unta-unta menuju, cinta adalah agama dan keyakinanku.''

Gelora cinta yang ia ungkapkan itu tampak melintasi batas-batas fisik dan keterikatan dengan agama formal. Ia menyebut dirinya laksana biara, kuil, Ka'bah, yang merupakan tempat ibadah umat yang berlainan agama. Namun, sesungguhnya Ibn Arabi memiliki hubungan spesial dengan benda fisik yang membuatnya mabuk asmara. Benda itu adalah Ka'bah.

Ka'bah menempati kedudukan istiwewa dalam diri Ibn Arabi. Ketika berada di Makkah pada 598 H, ikatannya dengan Ka'bah melampaui ikatan-ikatan peziarah biasa. Dalam pandangannya, Ka'bah adalah mahkluk hidup yang dapat berbicara dan mendengar.

Dikisahkan dalam kitabnya al-Futuhat al-Makkiyah, ia tidak terkejut ketika suatu hari Ka'bah memanggil dan memintanya bertawaf. Sementara itu, mata air Zamzam mengharapkan untuk meminumnya. ''Kedua permintaan itu jelas sekali terdengar,'' katanya. Oleh karena itu, kecintaan Ibn Arabi kepada Ka'bah, laksana cintanya kepada makhluk hidup.

Dalam Tarjuman ia bersenandung untuk Ka'bah, ''Kasih Allah bagi orang-orang yang taat. Allah telah memilihmu di antara bebatuan. Engkaulah rumah Allah. Cahaya hatiku. Kesegaran mataku. Hatiku. Secara hakiki engkau adalah rahasia wujud. Altarku. Kemurnian cintaku. Duhai Ka'bah Allah, hidupku.''

Pengakuan Syekh al-Akbar tentang pengalaman-pengalaman spiritualnya yang begitu hebat tidak hanya terjadi ketika di Makkah. Sebelumnya, ketika masih berada di Fez, Maroko, tahun 595 H, ia mengaku telah dianugerahi gelar oleh Allah sebagai Penutup Kewalian Muhammad. Pengakuannya itu ia tuangkan dalam al-Futuhat al-Makkiyah.

''Di antara hamba-hamba Allah, aku adalah ruh suci, sebagaimana malam penentuan adalah ruh segala malam. Aku menyucikan diriku dari ketidakseimbangan dengan keseimbangan. Karena kebaikan yang ada pada diriku, aku asing terhadap keseimbangan maupun ketidakseimbangan. Dan, manakala pada suatu malam Tuhan datang dan menyatakan kepadaku bahwa akulah sang penutup, pada awal bulan itu. Dia berfirman kepada orang yang kala itu berada di cakrawala tertinggi dan alam perintah.''

Meski demikian, ia berseru kepada Allah, berlindung kepada-Nya untuk tidak dipuja oleh para pengikutnya. Pada suatu malam yang sunyi ia memanjatkan doa, ''Rabb, aku pernah meminta-Mu untuk mengizinkan hamba-Mu agar tetap tersembunyi hingga akhir zaman. Rabb, aku meminta-Mu untuk melindungiku dari segala pemujaan terhadapku.'' rid/berbagai sumber



Karisma Sang Penutup Kewalian Muhammad

''Akulah anggrek yang merekah dan panen yang melimpah. Kini, angkatlah tabirku dan bacalah apa yang tertera dalam tulisanku. Apa pun yang engkau lihat pada diriku, tuliskan dalam bukumu dan ajarkan kepada semua sahabatmu.''

Pernyataan Ibn Arabi di atas adalah sebuah ajakan kepada siapa pun untuk menerima ajaran-ajarannya, kemudian menularkannya kepada orang-orang yang membuka diri. Apa yang ia cita-citakan itu menjadi nyata. Karya-karya agungnya telah menyebar ke hampir seluruh dunia Islam dan Barat sampai saat ini.

Ibn Arabi lahir di Murcia, Spanyol Islam, pada 17 Ramadhan 560 H, bertepatan dengan 28 Juli 1165, dengan nama Abu Bakr Muhammad ibn al-'Arabi al-Hatimi al-Tai. Sejak kecil tanda-tanda keistimewaan sang Muhyiddin (Penghidup Agama) telah tampak. Karena itu pula, ia sering dipanggil dengan nama Muhyidin Ibn Arabi.

Pada satu ketika di kota Sevilla, ia sedang bermain bersama teman-temannya, tiba-tiba Ibn Arabi kecil mendengar suara yang memanggilnya, ''Hai Muhammad, bukan untuk ini kamu diciptakan.'' Karena suara itu, ia menjadi gelisah.

Ia melarikan diri dan menyendiri untuk beberapa hari di sebuah tempat pekuburan. Di situlah ia mengalami tiga musyahadah yang mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan spiritualnya. Konon, Ibn Arabi telah bertemu Nabi Isa, Musa, dan Muhammad, yang mengasah kualitas spiritualnya.

Karena pengalaman dan kedalaman spiritualnya itu, Guru Teragung ini meyakini dirinya sebagai Penutup Kewalian Muhammad. Dalam karyanya, al-Futuhat al-Makkiyyah, ia menuturkan memperoleh pengetahuan dari Tuhan dengan cara begitu saja, karena pintu-pintu ilmu pengetahuan telah terbuka baginya. Ketika pintu telah terbuka, ia menemukan dirinya telah mewarisi seluruh ilmu pengetahuan Muhammad.

Ibnu Arabi mengatakan, ''Kekasih Tuhan akan meneruskan warisan Muhammad. Di antara wali-wali Tuhan adalah pewaris Ibrahim, Musa, dan Isa. Hal itu terus berlangsung hingga ada Penutup Muhammad.''

Dalam salah satu syair pendeknya, Ibn Arabi mengungkapkan masalah ini. ''Kuwarisi Muhammad dan kuwarisilah segalanya.''

William C Chittick dalam bukunya, Dunia Imajinal Ibn Arabi, menyatakan, pengakuan Ibn Arabi sebagai Penutup Kewalian Muhammad agak berlebihan. Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa tak seorang pun setelahnya yang punya visi begitu terbuka, segar, dan terperinci. ''Terlepas dari kita setuju atau tidak terhadap pengakuannya, sulit untuk kita menolak gelarnya sebagai Guru Teragung,'' katanya.

Ibn Arabi mewariskan sekitar 500 karya kepada generasi setelahnya. Karya teragungnya adalah al-Futuhat al-Makkiyyah (Pembukaan Wahyu Makkah) setebal 15 ribu halaman di edisi terbarunya. Kilauan cahaya ilmu di dalamnya ia ringkas dalam karyanya, Fushush al-Hikam (Cincin Pengikat Hikmah).

Tak mengherankan jika sosok Ibn Arabi menarik perhatian sarjana-sarjana modern. Banyak nama sarjana Barat yang dikenal menggeluti karya-karya Ibn Arabi. Di antaranya HS Nyberg, Miguel Asin Palacois, Titus Burckhardt, Henry Cobin, Toshihiko Izutsu, dan R A Nicholson.

Ibn Arabi wafat di Damaskus pada 16 November 1240 bertepatan dengan tanggal 22 Rabiul Akhir 638 pada usia 70 tahun. rid/berbagai sumber

Sumber : Newsroom Republika

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.