PERANGKAP HAWA NAFSU
“Dan aku tidak berlepas tangan dari nafsuku, sesungguhnya nafsu itu selalu menyeru kepada kejahatan. Kecuali yang diberi rahmat oleh Rabbku, sesungguhnya Rabbku maha pengampun lagi maha penyayang”.(Qs. Yusuf : 53)
Sahabat yang budiman, dua penyakit berbahaya yang sering menjangkiti dan menyerang qalbu (hati) adalah syahwat dan syubhat. Syahwat adalah keinginan yang timbul dari jiwa hewani yang sering bertentangan dengan hukum suci (fitrah kebenaran). Dan syubhat adalah perkara atau keadaan yang tidak jelas haq dan bathilnya, halal dan haramnya. Ketahuilah kedua inilah biang dari segala penyakit yang sering diderita oleh manusia dan formula yang paling dahsyat mematikan hati. Jika kedua penyakit ini telah mengakar dalam diri kita maka kita akan terperangkap dan terpedaya sehingga kita berada dalam jurang kebinasaan. Hanya kepada Allahlah kita mengharapkan rahmat dan hidayah-Nya. Sebab Dia-lah yang mampu membolak-balikan hati dan menundukan segala apa yang ada di langit dan di bumi. Renungkanlah firman Allah : “Dan Dia menundukan untukmu apa yang di langit dan di bumi semuanya, sebagai rahamt darinya. Pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir”. (Qs. Al-Jatsyiah [45] : 13 ).
Ketahuilah, dalam kehidupan ini, kita dikelilingi oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu yang mencengkram dengan kuat sejak hari kita dilahirkan, seperti kebutuhan makanan, pakaian dan tempat berteduh. Kebutuhan-kebutuhan ini adalah alami dan harus dipenuhi secara permanen. Ia adalah motif yang memungkinkan manusia berjuang terus-menerus. Sebagai hasil naluri ini, manusia menjauhi apa yang merugikannya dan tertarik kepada hal-hal yang menguntungkan tetapi kemudian dalam proses pencariannya, begitu banyak diantara kita yang lupa dan terlena sehingga terperangkap oleh belenggu hawa nafsu dan pada akhirnya tidak sedikit diantara kita yang tenggelam di laut kesesatan dan kerakusan. Kita telah kehilangan hati nurani jauh lebih senang menjadi pelayan hawa nafsu. Sungguh, inilah awal sebuah kehancuran yang tak terelakan. H. Sholeh Muhammad Basalamah dalam bukunya “Jerat-Jerat
Kehidupan”, dia menukil ungkapan Hasan Al-Basyri tentang keharusan untuk menahan hawa nafsu. Beliau berkata : “Tiada sesuatu yang lebih patut engkau menahannya dari pada nafsumu. Tiada sesuatu yang patut engkau mengikatnya dari pada lidahmu. Dan tiada sesuatu yang lebih patut bagimu untuk tidak menerimanya dari pada hawa nafsumu (yang membisikan kejahatan)”
Sahabat, betapa jelas kita saksikan lautan manusia bergumul dan tenggelam dalam mengumpulkan harta kekayaan. Modernisasi telah menjadikan kita manusia yang bersikap materialistis dan individualistis. Kita tak ubahnya seperti robot, menjadi mesin yang secara ritual terikat oleh kegiatan-kegiatan yang monoton. Kebanyakan kita telah kehilangan rasa kemanusiaan, rasa sayang bahkan toleransi antar saudara. Sebagai gantinya kita mengembangkan sifat kasar dan egois. Bahkan untuk memperoleh keuntungan material, kita sudah tak lagi sempat memperhatikan keluarga kita sendiri. Ketahuilah saudaraku, bagaimanapun panjangnya malam pastilah ia akan berakhir dengan menyingsingnya fajar. Bagaimanapun panjangnya usia ia akan berakhir dengan kematian. Dan bagaimanapun banyaknya harta kelak ia akan meninggalkan kita. sadari, selama menjalani kehidupan yang panjang ini, dari mulai ayunan sampai liang lahat beragam persoalan hadir menghampiri, gelombang musibah begitu sering mendekati. Sungguh. semua problema itu memerlukan kesadaran pikiran dan ketajaman nurani. Dan kita tidak akan berhasil dalam perjuangan ini kecuali apabiala kita terus membiasakan diri untuk menampik dorongan hawa nafsu dan berjalan di atas landasan yang benar. Muhammad Bin Abdul Qawi Al-Mardawi dalam “Mandhumatul ‘adab” mengatakan :“Kala hawa nafsu itu ditekan akan lahir kemuliaan, dan saat keinginannya dipenuhi akan lahir kehinaan”. Bahkan ada yang berpendapat hawa nafsu adalah pembohong yang tak dapat dipercaya. Membiarkannya akan mempercepat datangnya kehancuran, dan memanjakannya akan semakin meneguhkan kebathilan.
Ketahuilah sahabat, Allah menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini diciptakan untuk melayani manusia dan manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu hubungan manusia dengan alam semesta adalah hubungan keselarasan dan persahabatan. Kenyataan itu mengaruniai manusia kedamaian pikiran, kepuasan bathin dan kebahagiaan hidup. Orang yang selalu menyadari tentang hakikat kesementaraan hidup, hidupnya akan diilhami dengan cinta, harapan optimisme dan kepuasan. Cukuplah apa yang diberikan Allah kepadanya. Wahai Rabb yang membolak-balikan hati setiap hamba. Teguhkanlah pendirian kami pada agama-Mu. Tampak jelas Engkau memberikan hamparan karunia yang tak terbatas. Ajarilah kami ilmu-Mu yang maha luas,
0 komentar:
Posting Komentar