Ketika Cinta Tak Bertasbih
Ada masa, hati terasa tersiksa, jiwapun merana dan hidup tarasa tak berarti bila cinta di dustai. Sungguh sangat menyakitkan bila cinta terbalas dusta, apalagi setelah kita serahkan segala apa yang kita miliki kepada seseorang yang kita cintai. Dunia terasa menghimpit, hidup seakan terjepit dan hari-hari di selimuti perasaan yang sakit. Bertanya dalam hati, apa salahku?, hingga ia tega melukai hati dan mengkhianati cinta yang mulai tumbuh bersemi. Kekecewaan menghunjam, kebencian datang, dan demdampun tak bisa ditahan.
Itulah ekspresi rasa sakit hati yang sering hadir bagi siapapun yang cintanya terbalas dusta. Siapapun pasti memahami, batapa tidak enaknya dikhianati. Setelah kebersamaan berjalan sekian lama, kita pupuk perasaan cinta itu hingga ia mengkristal menjadi sebuah keyakinan, kepercayaan dan pada akhirnya rela memberikan sesuatu yang seharusnya dipertahankan, yakni kehormatan. Tetapi justru kenyataan berbicara lain, pengorbanan yang selama ini di berikan justru berbuah kekecewaan.
Kekecewaan, inilah kata yang sangat tidak di harapkan. Banyak diantara kita tidak mampu menahan rasa ketika ia datang. Hingga keindahan hidup yang kita bayangkan terhapus sudah. Jika hati telah kecewa kemana lagi obat hendak dicari, hidup didera sakit hati dan rasanya sudah tidak punya harga diri. Dan akhirnya karena ketidakmampuan hati menahan diri ia mencari jalan keluar untuk membebaskan rasa sakit hati, hingga terkadang dukunpun beraksi.
Sungguh, tak dapat di lukiskan derita akibat sakit hati. Tetapi betulkah ia tak dapat di obati?. Bukankah setiap penyakit ada obatnya!. Penyembuhan penyakit hati memang tidak semudah penyembuhan penyakit badan. Ia butuh waktu yang lama untuk sembuh, karena ia langsung menusuk kejantung hati. Menyatu dalam bingkai rasa dan menempel di dinding jiwa.
Adalah wajar kita sakit hati ketika cinta di dustai, siapapun pasti mengerti ini adalah persoalan yang tidak mudah untuk dicarikan solusi. Tetapi kita juga harus bertanya; kenapa kekecewaan itu sulit untuk di hilangkan?. Jawaban sementara adalah; karena kita terlalu berlebihan memberikan cinta kepada seseorang, bahkan melebihi cinta kita kepada Allah. Padahal kita dianjurkan untuk bersikap pertengahan dalam segala hal. Termasuk di dalamnya ketika kita mencintai seseorang. Seorang penyair berkata; “Cintailah seseorang sekedarnya saja, sebab siapa tahu satu saat engkau akan membencinya dan bencilah seseorang sekedarnya saja, sebab siapa tahu satu saat engkau akan mencintainya. Wallahu ‘alam
*****
Betapa banyak duka nestapa dan rasa pahityang dirasakan oleh orang yang di mabuk cinta.Mabuk asmara adalah penyakit yang berbahaya, merusak jiwa, mendatangkan perasaan gelisah dan gundah gulana. Siapa saja yang mengarungi samudra cinta pasti akan di permainkan oleh riak gelombang. Kebinasaan lebih dekat kepadanya dari pada keselamatan.
0 komentar:
Posting Komentar