Jangan biarkan Hati Terkotori
“sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah, apabila ia baik maka baik pula seluruh anggota tubuh; dan apabila ia jelek, maka jelek pula seluruh anggota tubuh, ketahuilah; ia adalah hati” ( Hr. Bukhari Muslim )
Saudaraku yang muliakan Allah
Saat seorang bayi terlahir dari rahim ibu, kulit halus penuh kelembutan, mata berbinar nampak kebeningan. Bahkan senyuman yang mengembang terlihat jujur tanpa kemunafikan, dan tangis yang kerap hadir terdengar merdu tanpa kebohongan.
Sungguh, semua yang terlihat dari gerak seorang bayi adalah ketulusan tanpa cela. Bahkan tangisnya terdengar semakin menggoda, tidak ada kebencian ketika pipisnya membasahi pakaian kita, dan tidak ada dendam ketika ia terkadang menjengkelkan kita.
Itulah ketulusan sang bayi, kesucian dan kelembutan dirinya membuat kita selalu ingin memeluk dan menyayanginya. Bahkan karena kesucian yang tampa cela itu membuat Allah menjaminkan surga bagi sang bayi ketika kematian datang menghampirinya.
Bayangkan, jika saja kita seperti bayi., segala gerak kita disenangi, tangis kita diperhatikan, resah kita dikhawatirkan dan salah kita cepat dimaafkan. Tetapi sekarang kita adalah manusia dewasa, tangis kita terkadang diiringi kepura-puraan, tertawa kita terkadang hanya ingin menutupi kesedihan dan semua gerak kita belum tentu disenangi semua orang.
Adakalnya saat kita benar-benar menangis karena kesedihan, orang tidak langsung respek dengan tangis kita sebelum kita menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi. Pertanyaannya, kenapa sang bayi begitu cepat diberi perhatian, sedangkan orang dewasa tidak. Lagi-lagi, kerena ketulusan dan kesucian itulah yang menyebabkan semua orang menyenanginya.
Saudaraku yang budiman
Tentu saja kita tidak mungkin lagi mengembalikan posisi kita seperti dulu, seperti kita masih seorang bayi. Tetapi kita dapat melakukan sesuatu yang membuat orang lain selalu senang bersahabat dengan kita atau selalu rindu ketika ia jauh dari kita, bahkan kita menjadi tempat perhatian disetiap keadaan.
Bagaimana caranya, belajarlah dari kehidupan seorang bayi. Ia menangis bukan pura-pura, ia tertawa bukan ingin menutupi kesedihan dan ia bergerak bukan karena ingin mendapat pujian. Tetapi semuanya dilakukan secara reflek dengan penuh keikhlasan. Inilah kuncinya, jika kita ingin mendapat sesuatu yang terbaik dari sikap orang lain kepada kita. Intinya adalah kesucian hati.
Pertama kita lahir, belum tersentuh kotoran (dosa) sedikitpun, ibarat sebuah cermin belum ada setitikpun noda, putih bersih dan bercahaya. Tetapi sejalan dengan waktu, ketika kita mulai disebut balig dan terus merangkak menuju dewasa. Mulailah secara perlahan kesucian hati terkotori, ketulusan tercemari dan kesalahan mulai menyelimuti diri. Cermin hati sudah tidak lagi bening, kotoran (dosa) yang melekat semakin bertambah banyak, hingga pada akhirnya menutupi cermin dan tidak lagi memantulkan gambar. Semuanya disebabkan karena hati mulai banyak keinginan yang terkadang sulit dikendalikan. Apalagi ketika hawa nafsu mulai mendominasi hati.
Catatlah dalam hati kita, apa sesungguhnya penyebab utama kotornya hati!, ia adalah kemaksiatan. Racun yang sangat ampuh mengotori dan mematikan hati. Hingga pengaruhnya dapat memalingkan ketaatan kita kepada Allah. Dan secara umum, kenapa kesucian hati cepat terkotori dan sulit untuk di bersihkan?. Hal itu disebabkan oleh tiga faktor.
Pertama adalah syahwat, yang cenderung lebih mendahulukan hawa nafsu dari pada ketaatan. Karena ia timbul dari jiwa hewani yang sering bertentangan dengan fitrah kebenaran.
Kedua adalah syubhat; menyebabkan hadirnya keragu-raguan tentang agama Allah, sehingga akhirnya dapat memalingkan keyakinan. Syubhat timbul dari sumber yang bernama kebodohan.
Dan ketiga adalah amarah; ia adalah pintu yang dapat memalingkan tabiat. Kebenaran dalam pandangan orang yang pemarah dapat berubah menajdi kebathilan.
Saudara yang budiman
Ketika kesucian hati sudah terkotori sulit bagi kita menangkap sinyal kebaikan. sebab bagi hati yang kotor kepedulian akan kebenaran sudah terkalahkan dengan kebathilan, karena hawa nafsu sudah menjadi pemimpin hidupnya. Kebodohan adalah supirnya dan kelalaian adalah kendaraan bagi baginya. Diseru untuk melaksanakan taat, justru yang dijalankan adalah maksiat, di perintah untuk segera bertaubat, tetapi kesesatan yang malah diperkuat.
Sebab bagi hati yang sudah kotor, ia sudah tidak lagi merasakan sakitnya bermaksiat. Kemungkaran dianggap kebaikan, bid’ah dianggap sunnah, Dan itu adalah musibah atau fitnah terbesar yang dialami manusia.
Ketahuilah, hati adalah arah pandangan Allah, jangan biarkan ia terkotori. Pelurusan dan pembersihan hati seharusnya lebih mendapat prioritas utama dari hal apapun. Hati adalah “wadah” Allah di bumi ini, wadah yang paling dicintai-Nya adalah wadah yang paling mudah tersentuh, kokoh dan bersih. Karena tidak ada hukuman yang lebih besar bagi seorang hamba dari apapun, melainkan ketika hati terkotori.
Saudaraku, Peran hati terhadap seluruh anggota badan ibarat raja terhadap prajuritnya. Semua bekerja atas dasar perintahnya, semua tunduk padanya. Karena perintah hatilah istiqomah itu ada dan karena perintah hatilah kemaksiatan itu hadir. Semoga Allah memberikan kemampuan kepada kita untuk dapat menjaga diri dari pengaruh-pengaruh yang mengotori hati.
*****
Ketika kesucian hati sudah terkotori
sulit bagi kita menangkap sinyal kebaikan.
ebab bagi hati yang kotor kepedulian akan kebenaran sudah terkalahkan dengan kebathilan, karena hawa nafsu sudah m0enjadi pemimpin hidupnya.Kebodohan adalah supirnya
dan kelalaian adalah kendaraan bagi baginya.
0 komentar:
Posting Komentar