Jika Dihantui Rasa Bersalah
Saudaraku, ada dua kesalahan yang mungkin kita lakukan, dan ketika kita menyadarinya kita teramat penyesal, sehingga selalu dihantui rasa bersalah. Pertama; terkait dengan pelanggaran atas hak Allah dan pelanggaran atas hak manusia. Dan bagaimana kita terbebas dari keduanya, sehingga rasa bersalah itu tidak membebani kita.
1.Pelanggaran atas hak Allah
Ketika rasa bersalah disebabkan karena banyak hak-hak Allah yang kita langgar. Maka cara terbaik yang harus kita lakukan adalah bertaubat kepada-Nya. Taubat memiliki tiga syarat; penyesalan, berhenti dari dosa dan azam untuk tidak mengulanginya.
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." ”.Qs. At-Tahrim [ 66 ]:8)
Ibnul Qayyim berkata: “Taubat nashuha itu meliputi tiga unsur; Pertama, ia mencakup seluruh dosa, sehingga tidak ada satu dosapun tertinggal. Kedua, kebulatan tekad untuk itu, sehingga tidak tersisa lagi keragu-raguan dan kebimbangan. Ketiga, memurnikan dari berbagai hal yang bisa merusak keihklasan taubat itu, juga agar tetap terjaga rasa takut kepada Allah dan pengharapan terhadap balasan yang Allah sediakan. Di akhir buku ini akan kita paparkan risalah taubat yang lebih sempurna
2.Pelanggaran atas hak Adam (manusia)
Jika kita melakukan kesalahan kepada manusia, misalnya; orang tua, saudara, teman atau siapa saja. Selama kita belum mendapatkan maaf dari mereka, maka rasa bersalah itu akan terus menghantui kemana kita pergi. Dan akan lebih terbebani lagi, ketika orang yang kita pernah berbuat salah kepadanya ternyata mereka sudah pergi (wafat), padahal kita belum sempat meminta maaf.
Saudaraku, Rasulullah Muhammad saw menganjurkan; jika kita berbuat salah atau pernah menzhalimi seseorang, maka segeralah kita mendatanginya dan meminta maaf untuk mendapatkan keridhoan orang yang pernah kita zhalimi. Rasulullah bersabda:
“Barang siapa pernah menzhalimi saudaranya dalam hal harta dan kehormatan henaklah meminta keridhoannya, sebelum dinar dan dirham tiak lagi bermanfaat selain kebaikan dan keburukan”. ( HR. Bukhari)
Lantas bagaimana jika orang yang kita pernah berbuat salah kepadanya ternyata dia sudah tidak ada. Padahal kita pernah menuduh orang itu berbuat zina, kita pernah mengambil atau meminjam hartanya dan belum sempat kita memberitahu, meminta maaf atau belum membayar hutang kita kepadanya, apa yang harus kita lakukan?.
Ibnu Taimiyyah berpendapat, cukuplah kita bertaubat kepada Allah dan mengungkapkan kebaikan orang yang pernah kita zhalimi ketika ia sudah tidak ada. Dan hendaklah ia bertaubat kepada Allah, meminta ampunan kepada-Nya bagi mereka. Karena menurut beliau; bahwa memberi tahukannya tidak mengandung unsur kebaikan sama sekali
Kemudian bagaimana tentang harta yang pernah kita ambil atau kita berhutang tetapi belum sempat kita bayar. Para ulama mengatakan, hendaknya kita bertaubat dengan terlebih dahulu mengembalikan harta itu kepada pemilikinya. Jika tidak mungkin karena suatu sebab, misalnya pemiliknya tidak di ketahui atau meninggal, ataupun karena hal lain. Maka kita harus bersedakah atas nama para pemilik harta sejumlah harta yang kita ambil. Wallahu a’lam
Demikian saudaraku, semoga dua kiat ini mampu menghilangkan rasa bersalah yang terus menghantui kita. semoga Allah memudahkan kita untuk selalu berintropeksi. Amin
******
Kesalahan yang menyangkut hak Allah
tidak bisa di maafkan selain dengan permintaan maaf
dari yang melakukan kesalahan itu sendiri.
Walaupun seluruh penghuni bumi memohon maaf baginya, sementara ia sendiri tetap betah dalam penyimpangan “.
*****
0 komentar:
Posting Komentar