Berfikirlah yang realistis
Banyak filosof berkata: bahwa kita adalah seperti apa yang kita pikirkan. Kehidupan manusia adalah penjelmaan dari pikiran-pikirannya sendiri. Oleh karenanya, jika kita menghendaki ketenangan atau kegelisahan, maka kita harus mengembangkan penguasaan terhadap pikiran-pikiran kita yang menunjuk kearah kemanntapan jiwa yang menaklukan kecemasan.
Jika saja kita mau sedikit bersabar menghadapi berbagai penomena kehidupan. Dan berfikir realistis tentang berbagai hal. Kita pasti akan mendapat solusi dari berbagai permasalahan. Persoalannya adalah terkadang kita terlalu cepat memvonis segala sesuatu yang datang kepada kita, tanpa mencoba melihat kebelakang kehidupan kita. Dan kenapa rasa derita itu kerap menghantui, karena seringnya kita terlalu mudah memandang sebuah peristiwa adalah penderitaan
Tidak ada yang menyangkal beragam musibah dan penderitaan harus terjadi di dunia ini. Sebuah keniscayaan yang tidak mungkin di elakkan. Akal pikiran dan lubuk hati mengakui betapa dunia yang kita singgahi ini begitu akrab dengan musibah. Setiap kenikmatan yang direguk di dunia selalu berdampingan dengan penderitaan atau kesengsaraan.
Maka berpikirlah dengan realistis!, karena dengan sikap seperti ini, kita akan dapat mengangkat berbagai kepingan peristiwa yang memuat derita dan bencana dalam kehidupan sebagai sesuatu yang wajar dan tidak berlebihan. Dan berfikir realistis dalam menyikapi penderitaan merupakan lumbung inspirasi untuk menghadirkan kesadaran yang lebih mendalam tentang setiap aspek kehidupan.
*****
Kehidupan manusia adalah penjelmaan dari pikiran-pikirannya sendiri. Oleh karenanya, jika kita menghendaki ketenangan atau kegelisahan, maka kita harus mengembangkan penguasaan terhadap pikiran-pikiran kita yang menunjuk kearah kemantapan jiwa yang menaklukan kecemasan.
0 komentar:
Posting Komentar