Mimpi melakukan adzan pada bulan–bulan haji (syawal-dzul Qa’dah-dzulhijjah ), maka ta’birnya dia dapat menunaikan ‘ibadah haji, dan kadang – kadang dapat juga ditabi’ri dengan menjabat suatu pemerintahan dan sukses dalam urusan agamanya. Adapun mimpi ber adzan pada selain bulan –bulan haji atau pada jalan dan gang –gang pada setiap saat dan masanya, maka maksud penta’birannya adalah berita gembira yang positif dapat diterima dan diketahui oleh umum
Mimpi melihat menara masjid yang roboh, maka ta’birnya menunjukkan kepada agama yang dipeluk penduduk negeri itu telah berbeda –beda.
Bermimpi dirinya melakukan adzan,tapi belum selesai adzannya sedang yang bermimpi itu sendiri ahli kebaikan dan kebajikan dan mimpinya pada bulan – bulan haji (syawal- dzulqa’dah-dzulhijjah) maka memberi isyarat dia keluar dari ber’ibadah haji yang belum sempurna pelaksanaannya, jika adzannya itu bukan pada bulan haji maka dapat sebagai isyarat dia mencuri sesuatu harta yang belum dapat diambil seluruhnya tetapi sudah tersiar dikalangan masyarakat.
Jika bermimpi membina masjid maka ta’birnya adalah dia dapat bergaul dengan masyarakat dengan supel dan berkasih saying dengan timbal- balik sesama mereka itu untuk melakukan kebaikan atau perkawinan.
Seandainya bermimpi melakukan adzan dengan ucapan – ucapan yang tidak diketahui maksudnya, maka sesungguhnya dia itu lelaki pencuri kelas kakap.
Bermimpi bahwasanya dia bersin, lalu ada orang lain yang menjawab “yarhamukal lohu”- yang artinya “semoga engkau dikasihani Alloh”, maka ta’birnya adalah sebagai berita gembira bahwa dia akan dapat menunaikan ‘ibadah haji dan umroh.
Andaikata seorang bermimpi mencukur rambut kepalanya dan mimpinya pada musim haji maka dia akan terlaksana menunaikan ‘ibadah haji. Namun jika bukan pada musim haji ta’birnya adalah akan habis modal pokok perniagaannya (InsyaAlloh akan dijelaskan pada bab tersendiri).
Barangsiapa yang bermimpi berpidato ( berkhutbah ) di atas mimbar, sedangkan dia memang ahli dalam bidang itu maka ta’birnya ia akan memangku jabatan mulia, Namun jika ia bukan ahli dalam bidang itu maka ta’birnya adalah dia keras hatinya.
Diceritakan ada seorang lelaki datang menghadap syeikh Muhammad bin Sirrin ( pengarang kitab Ta’birur ru’ya ), seraya lelaki itu berkata : “saya bermimpi se olah-olah saya melakukan adzan”.
Lalu beliau menjawab: “Potonglah tanganmu !”.
Kemudian datang lagi lelaki lain dalam majelis itu sedangkan lelaki pertama yang bertanya tadi masih berdiri di tempatnya. Lalu lelaki yang kedua berkata : “Saya bermimpi seolah-olah saya melakukan adzan”. Beliau menjawab: “Laksanakan ‘ibadah haji !”.
Mendengar jawaban Syeikh Muhammad bin Sirrin itu, orang-orang yang berada dalam majelis itu bertanya: “Apa perbedaan di antara kedua orang itu,padahal mimpinya pun sama ?”. beliau menjawab : “Sesungguhnya saya melihat lelaki yang pertama itu orang yang buruk perangainya”. Lalu saya memberikan ta’birnya dengan firman Alloh SWT :
Mendengar jawaban Syeikh Muhammad bin Sirrin itu, orang-orang yang berada dalam majelis itu bertanya: “Apa perbedaan di antara kedua orang itu,padahal mimpinya pun sama ?”. beliau menjawab : “Sesungguhnya saya melihat lelaki yang pertama itu orang yang buruk perangainya”. Lalu saya memberikan ta’birnya dengan firman Alloh SWT :
فَلَمَّا جَهَّزَهُم بِجَهَازِهِمْ جَعَلَ السِّقَايَةَ فِي رَحْلِ أَخِيهِ ثُمَّ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ أَيَّتُهَا الْعِيرُ إِنَّكُمْ لَسَارِقُونَ
Maka tatkala telah disiapkan untuk mereka bahan makanan mereka, Yusuf memasukkan piala ke dalam karung saudaranya. Kemudian berteriaklah seseorang yang menyerukan: "Hai kafilah, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang mencuri".
(Q.S Yusuf : 70 ).
(Q.S Yusuf : 70 ).
“Sedangkan orang yang kedua saya lihat adalah orang yang bagus perangainya”, maka saya memberikan ta’bir dengan Firman Alloh SWT :
Yang artinya :
وَأَذِّن فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,
(Q.S Al Hajj :27).
(Q.S Al Hajj :27).
Maka menurut kenyataannya tentang kejadiaan dua orang yang bermimpi itu pun memang tepat menurut apa yang telah dita’birkan oleh syeikh Muhammad bin Sirrin itu.
Kadang-kadang adzan dapat dita’birkan dengan pemberitahuan dan Kemasyhuran, dan membaca pada Mushaf (lampiran yang tertulis pada ayat-ayat Al Qur-an) dapat dita’biri dengan ilmu dan hikmah yang akan diperoleh orang yang bermimpi, dan sedemikian pula membaca Al Qur-an ta’birnya adalah ucapan itu menunjukkan ucapan-ucapan yang benar.
0 komentar:
Posting Komentar