Latar Belakang Terbunuhnya Imam Husen
Imam Husein ditipu? Siapa yang bilang? Ternyata anda belum tahu semuanya, Banyak fakta tersembunyi menyelimuti peristiwa Karbala, tapi sepandai-pandai bangkai disembunyikan, lama-lama baunya tercium juga. Apa sebenarnya penyebab tragedi Karbala? Mengapa cucu Nabi yang satu ini hidupnya berakhir tragis?
Banyak pembaca menunggu-nunggu artikel kami yang terlambat muncul, asal pembaca tahu saja, kami Imam Husein adalah imam kaum muslimin, cucu Nabi saw. kita tidak perlu menukil dalil yang berisi perintah untuk mencintai keluarga Nabi. Kita mencintai imam Husein karena kita mencintai kakeknya. Seperti sabda kakeknya, Imam Husein –beserta sang kakak, imam Hasan- adalah pimpinan pemuda penghuni sorga, tentunya kita semua ingin masuk sorga. Namun berita itu mengandung perintah bagi kita untuk mengikuti jalan hidup Imam Husein, karena jalan hidup imam Husein akan membawa kita ke sorga. Isi isyarat itu jika kita terjemahkan ke bahasa kita hari ini kira-kira bunyinya menjadi begini : kalo mau ke sorga, ikuti imam Husein. Inilah inti pesan dari hadits Nabi yang memberitakan jaminan sorga terhadap beberapa person. Asal pembaca tahu saja, yang dijamin sorga bukan hanya imam Husein saja, jaminan sorga juga ada pada ayat Al Qur’an:
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka jannah-jannah yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. 9:100)
Membicarakan kehidupan imam Imam Husein tidak bisa lepas dari peristiwa tragis yang menjadi awal kehidupan akherat baginya, yaitu peristiwa pembantaian yang terjadi di Karbala. Sudah semestinya setiap muslim bersedih atas peristiwa tersebut. Bagaimana cucu Nabi yang dicintainya, dibantai dengan darah dingin tanpa kasih sayang. Namun peristiwa itu menjadi awal bagi kehidupan akherat, menyusul kakeknya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam, beserta ayah ibunya. Berbahagia di alam akherat, seperti yang dijanjikan Allah lewat lisan kakeknya. Membicarakan peristiwa Karbala tak akan lengkap sekiranya kita hanya memfokuskan pada peristiwa pembantaian itu saja, tanpa pernah mengikuti episode sejarah sebelumnya. Hingga penilaian kita tidak akan bisa utuh, karena tidak berdasarkan fakta yang utuh, yang memberi kita gambaran tentang bagaimana peristiwa itu terjadi. Ini menimbulkan tanda tanya, dan kesan yang ditangkap adalah episode ini sengaja untuk tidak terlalu dibahas panjang lebar. Barangkali ini sebabnya mengapa episode sebelum peristiwa Karbala terjadi sangat jarang diulas, mereka yang selalu mengulas dan menganalisa kisah Karbala jarang menyinggung peristiwa yang terjadi sebelumnya, yang mengakibatkan cucu Nabi ini dibantai.Satu peristiwa tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya sebagai satu rangkaian peristiwa yang saling berhubungan, tentunya tidak bisa dipisahkan begitu saja, apa yang terjadi saat ini adalah bagaikan memisahkan ayat dan sabab nuzulnya. Memisahkan peristiwa Karbala dengan peristiwa-peristiwa yang sebelumnya terjadi, yang akhirnya ikut menyebabkan terjadinya pembantaian Karbala. Tapi sayang peristiwa itu seolah terkubur di telan bumi, jarang kita mendengar tentang peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi dan merangkai pembantaian Karbala. Barangkali bisa kita mulai dari pertanyaan penting, yang sayangnya jarang kita dengar. Barangkali akal sehat kita sering tertutupi oleh kesedihan kita yang mendalam, yang barangkali kita buat-buat sendiri, dengan mendengarkan kisah-kisah sedih pembunuhan imam husein, dengan diberi bumbu suara yang menyayat hati, dan lain lagi akhirnya kita lupa bertanya :Mengapa peristiwa itu terjadi? Peristiwa apa yang menjadi latar belakang peristiwa itu? mengapa imam husein berangkat ke Karbala? Barangkali pertanyaan terakhir ini menjadi titik awal bagi perjalanan kita kali ini untuk menelusuri peristiwa-perstiwa yang melatarbelakangi peristiwa Karbala.Peristiwa ini diawali ketika Yazid menggantikan Muawiyah yang mangkat dan segera meminta agar Husein berbaiat. Namun husein menolak bersama Abdullah bin Zubair, dan keduanya pergi diam-diam ke kota Mekah. Seperti kita ketahui bahwa imam Husein adalah salah satu figur umat Islam karena hubungan kekerabatannya dengan Nabi, seluruh umat Islam mencintainya, dari dulu hingga hari ini, hanya orang menyimpang dan menyimpan penyakit di hatinya bisa membenci keluarga Nabi. Hingga ketika dia menolak berbaiat maka kabar beritanya tersebar ke segala penjuru, di antara mereka yang mendengar kabar berita mengenai imam husein adalah warga Kufah (kaum syi’ah). Lalu mereka mengirimkan surat-surat kepada imam husein mengajaknya untuk datang ke kufah dan memberontak pada Yazid. Surat-surat itu begitu banyak berdatangan kepada imam, hingga jumlahnya mencapai puluhan ribu.Ahmad Rasim Nafis -seorang penulis syiah- menerangkan: "Surat-surat penduduk Kufah kepada Husein menyatakan: "Kami tidak memiliki Imam, oleh karena itu datanglah, semoga Allah berkenan mempersatukan kita di atas kebenaran." Surat-surat itu mengandung berbagai tanda tangan menghimbau kedatangan untuk menerima bai'at dan memimpin umat untuk gerakan menghadapi para pendurhaka bani Umayah. Seorang ulama syiah, Abbas Al Qummi menerangkan: "Melimpah ruahlah surat-surat sehingga terkumpul pada beliau di dalam satu hari sebanyak 600 surat berisikan janji hampa. Dalam pada itu pun beliau menunda-nunda dan tidak menjawab mereka. Sehingga terkumpul pada beliau sebanyak 12.000 surat. Muntaha al Amaal; (1/430).Ribuan –tepatnya puluhan ribu- surat yang berdatangan berhasil meyakinkan Husein mengenai kesungguhan penduduk Kufah. Husein mengutus Muslim bin Aqil untuk mengecek keadaan kota Kufah dan melihat sendiri apa yang terjadi di sana. Dan ternyata benar, sesampainya muslim disana ternyata banyak orang berbaiat pada muslim untuk “membela” imam Husein melawan penguasa zhalim. Mereka menunggu kedatangan sang Imam untuk memimpin mereka.Abbas Al Qummi juga menerangkan: "Melalui riwayat yang lalu, membuktikan bahwa orang-orang Syi'ah secara diam-diam menjumpai Muslim di rumah Hani, secara rahasia. Lalu mereka pun saling mengikutinya, dan Muslim menekankan kepada tiap-tiap orang yang berbaiat kepadanya agar tutup mulut dan merahasiakan hal itu, sampai jumlah orang yang berbaiat kepadanya mencapai 25.000 laki-laki. Sementara Ibnu Ziyad masih belum mengetahui posisinya . . Muntaha al Amaal (1/437).Sampai di sini barangkali anda membayangkan bagaimana puluhan ribu orang bersiap siaga untuk menyambut kedatangan, bagaimana mereka mempersiapkan persenjataan untuk “melawan penguasa zhalim” di bawah pimpinan sang Imam. Tapi jangan berhenti membaca di sini, ternyata ending kisah tak seindah yang anda bayangkan.Melihat sambutan penduduk Kufah yang begitu menggembirakan, Muslim mengirim surat pada Husein untuk segera datang. Tapi apa yang terjadi, Yazid mengutus Ubaidilah bin ziyad, untuk “menertibkan” kota kufah, hingga akhirnya menangkap Muslim bin Aqil dan beberapa tokoh yang mengajak untuk berbaiat pada imam husein. Ternyata satu orang saja dapat menertibkan ribuan orang di Kufah yang telah berbaiat pada Imam Husein untuk melawan orang-orang “zhalim”. Nyali mereka menjadi ciut dan melupakan baiat mereka pada Imam HuseinUlama Syi'ah Muhammad Kadhim al Qazwaini menerangkan: "Lalu Ibnu Ziyad masuk Kufah. Ia mengirim utusan kepada para ulama setempat dan pimpinan pimpinan kabilah, mengancam mereka dengan datangnya pasukan dari Syam, dan memikat mereka, sehingga mereka pun berpisah-pisah meninggalkan Muslim sedikit demi sedikit sehingga tinggal Muslim seorang diri. Faaji'atu ath Thaffa; hal. 7. Pernyataan serupa juga tersebut di dalam "Tadhallum Az Zahra"; hal. 149.Puluhan ribu orang syi’ah yang membaiat imam Husein, baik melalui surat maupun yang berbaiat langsung akhirnya “keok” hanya dengan digertak oleh Ibnu Ziyad. Keinginan mereka untuk menolong imam Husein seketika sirna karena mendengar gertakan Ibnu Ziyad. Mereka lebih suka duduk di rumah beserta anak istri ketimbang berperang bersama imam Husein melawan tentara Yazid. Rupanya itulah kualitas mental “pembela ahlul bait Nabi (orang syi’ah)”.Imam Husein terhenyak, ternyata dia telah ditipu mentah-mentah oleh kaum syi’ah yang berbaiat kepadanya. Abbas Al Qummi menerangkan : Ibnul Hurr(tokoh syi’ah) mengatakan: "Wahai putra Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam wa aalih, sekiranya di Kufah terdapat Syi'ah (sejati) dan para pembela yang akan berperang bersama Anda, niscaya saya orang yang paling mengetahuinya. Tetapi saya mengetahui bahwa Syi'ah Anda di Kufah itu telah meninggalkan rumah-rumah mereka masing-masing karena takut kepada pedang-pedang bani Umayah." Husein tidak menjawab ucapan itu, dan beliau berlalu. . . "Abbas Al Qummi menerangkan peristiwa tersebut di dalam Muntaha al Amaal (1/466). Juga di catatan pinggir (haamisy); hal. 177 dalam buku an Nafsu al Mahmuum. Sedang lafalnya pada kitab rujukan kedua.Abbas Al Qummi menerangkan: "Lebih lanjut perhatikanlah (maksudnya; Husein), sehingga ketika tiba Kemudian para hadirin pun bercerai-berai meninggalkan beliau, yaitu dari kalangan orang-orang syi’ah yang mengikuti beliau demi memperoleh harta rampasan dan kehormatan. Sehingga beliau hanya tinggal bersama Ahlul Bayt beliau dan para sahabat-sahabat beliau yang tetap memilih tinggal dan patuh bersama beliau atas dasar yakin dan iman." Muntaha al Amaal (1/462). Majlisi di dalam "Bihaarul Anwar" (44/374). Muhsin Al Amin dalam "Lawaaij al AsyHaan"; hal. 67. Abdul Husein al Musawi dalam "al Majaalis al Faakhirah"; hal. 85. Penulis Abdul Hadi ash Shalih di dalam "Khoirul Ashhaab"; hal. 37, hal. 107Selanjutnya beliau (Imam Husen) berkata lagi: "Celakalah kalian wahai jemaah (kaum syi’ah). Kalian campakkan apa-apa yang telah kalian serukan kepada kami. Kami dapati kalian dalam keadaan lemah, lalu kami pun menyeru kalian dengan siap siaga. Lalu kalian hunuskan pedang ke arah leher-leher kami (kaum syi’ah lah yang membunuh Imam Husen). Kalian sulutkan bara api fitnah ke atas kami, sehingga menjadi peluang bagi musuh-musuh kami dan musuh kalian sendiri. Lalu kalian pun menjadi perintang orang-orang yang hendak melindungi kalian, dan pula menjadi tangan bagi musuh-musuh kalian. Tanpa adanya keadilan berlaku di antara kalian. Tak ada pula harapan kalian terhadap mereka kecuali harta duniawi haram yang akan kalian peroleh, kehidupan seorang pengecutlah yang kalian dambakan ....., alangkah buruk moral kalian. Sebenarnya kalianlah para pendurhaka di antara umat ini, kelompok paling jahat, pencampak al Kitab (Al Quran), sarana bisik-bisikan setan, golongan para pendosa, pemanipulasi Al Quran (Al Quran), pemadam sunah-sunah, dan pembunuh putra-putri para nabi, 'Ala Khutha Husain; hal. 130-131.Marilah kita perhatikan bagaimana Imam Husein menyebutkan sifat-sifat kaum Syi'ah yang ingin membela keluarga Nabi:"Pendapatan kalian dipenuhi barang-barang haram.""Perut-perut kalian dipenuhi barang-barang haram.""Allah menutup hati kalian."Imam husein ditipu mentah-mentah sebelum dibantai secara tragis. Siapa yang menipunya? Siapa yang memanggil sang Imam lalu meninggalkannya? Mari kita simak lagi pengakuan Imam Husein, yang lebih tahu tentang kondisi syiahnya dibanding kita semua:Kita telah ditinggalkan oleh Syi'ah kita sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar