Saudariku yang dirahmati Allah,Jilbab dan kerudung adalah pakaian takwa yang diwajibkan Allah atas kita, para muslimah. Perintah ini seperti tertulis di dalam Al quran, surat Al Ahzab ayat 59, yang artinya sebagai berikut. : “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isteri engkau, anak-anak perempuan engkau dan isteri-isteri orang mu’min, supaya mereka menutup kepala dan badan mereka dengan jilbabnya supaya mereka dapat dikenal orang, maka tentulah mereka tidak diganggu (disakiti) oleh laki-laki yang jahat. Allah pengampun lagi pengasih`.

Selain itu juga, tertulis dalam surat An nuur ayat 31, yang artinya, “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…”

Perintah Allah diatas juga ditegaskan lagi oleh Nabi Muhammad S.A.W. dalam hadist beliau yang lain, yang artinya : “Wahai Asma! Sesungguhnya seorang perempuan apabila sudah cukup umur, tidak boleh dilihat seluruh anggota tubuhnya, kecuali ini dan ini, sambil rasulullah menunjuk muka dan kedua tapak tangannya”.
Saudariku yang dirahmati Allah,

Perintah mengenakan kerudung dan jilbab ini diturunkan demi memuliakan kita para wanita, dan bukan menjadilah penjara yang menyempitkan dunia kita, namun justru menjadi pembatas yang menjadikan kita baik dan membuat Allah ridho kepada kita. Walaupun hanya lembaran kain, namun dengan pakaian muslimah yang kita kenakan itu, seakan berbicara pada dunia bahwa kita adalah seseorang yang mempunyai jati diri yang jelas dan merepresentasikan lekatnya kebaikan atas diri kita.

Karena kita adalah pemenang, maka pantas untuk mendapatkan yang terbaik. Kita adalah pemenang dari keajaiban sebuah sel telur yang bertemu dengan satu sel sperma yang bersaingi diantara jutaan lainnya.
Dan kini lihatlah dirimu dicermin, saudariku. Kau telah menjelma menjadi dirimu yang cantik. Seorang wanita dewasa.
Namun sayang, gemerlap dunia terkadang telah menjauhkan sebagian dari kita, dengan sebuah pemahaman tentang damainya aturan Allah, bahkan ada yang tidak tanggung-tanggung, malah berbalik mencelanya. Mereka berdandan ayu, dengan busana yang aduhai dan mereka mengumbar kecantikan dan kemolekan tubuhnya dihadapan para laki- laki jalang. Lihatlah bahwa mereka sangat cantik, dan terlihat Anggun. Namun sayang, Allah sedang murka terhadap mereka. Namun sayang, Allah tidak ridho kepada mereka. Dan adakah keridhoan yang lebih baik dari pada keridhoanNya atas diri kita?

Saudariku,
Mengapa kau dahulukan ridho manusia diatas keridhoan Allah?. Bukankah kau telah bersumpah bahwa hanya kepada Dia kau menyembah?, Bukankah hanya dia yang memberimu nafas, memberimu makan, merawatmu dan selalu ada dikala kau sedih, dan menerimamu dalam keadaan apa adanya dirimu?. Lalu mengapa masih kau sangkal dengan sejuta alasan demi menegakkan kebandelanmu atas sebuah perintahnya.

Jika kau berkata kau belum mampu, maka percayalah bahwa kau mampu. Hanya hawa nafsumu yang belum bisa menerima. Jika kau mengatakan kembali, `aku belum mampu`, maka lihatlah ternyata kau belum bisa menjadikan dirimu sahabat yang baik bagi dirimu sendiri. Apalagi yang bisa kau lakukan jika untuk sebuah kebaikan kau sudah memangkasnya, dengan tanganmu sendiri, bahkan sebelum kau mencoba melakukannya. Bukankah kebaikan itu adalah untuk dirimu sendiri? Dan bukankah kau akan senang dan bangga atas dirimu yang baik?. Maka cobalah, dan bersegeralah. Sayangilah dirimu dengan tidak menjadi sasaran obyek dari pandangan mata laki- laki jalang yang merendahkanmu.

Jika kau berkata, `Aku harus tahu diri terhadap siapa aku ini. Maka dari itu aku tidak pantas untuk berjilbab dan berkerudung`.

Saudariku yang dirahmati Allah,
Bahkan tanpa harus kau sebutkan dengan gamblang kepada makhluk yang lain, hatimu telah lebih dari tahu bahwa mungkin kau telah berbuat kesalahan dimasa lalu. Atau tanpa sengaja khilafmu telah menorehkan aib yang sangat untuk dirimu sendiri. Namun, sampai kapan kau akan menghukum diri dan melabeli dirimu sendiri dengan sebuah kerendahan. Akhirnya hal itu menghindarkanmu dari melakukan sebuah kebaikan. Dan kaupun menanggalkan pakaian takwa.

Jika kau merasa malu atas apapun adanya dirimu sekarang, sampai kau menanggalkan pakaian takwamu, maka malulah atas yang telah kau perbuat ini. Karena sesungguhnya kau telah menceburkan dirimu dalam kejelekan yang semakin dalam.
Jika kau berkata bahwa kau malu kepada Allah atas semua kesalahanmu, lihatlah sekarang bukankah kau telah berbuat kesalahan lagi dan lagi dengan meninggalkan perintahnya lagi sekarang. Tolong seriuslah dengan pernyataan tentang rasa malumu, dan seriuslah tentang keinginanmu mengakhiri kejelekanmu.

Saudariku yang baik, 
Kau boleh menghakimi apapun tentang masa lalumu, tapi masa depanmu adalah lebih berhak untuk kau nilai baik. siapa lagi yang akan menilai baik, kalau tidak diawali dari dirimu sendiri?. Maka baikanlah dirimu dalam batasan alarm peringatan yang dibuat oleh baju takwamu. Jilbab dan kerudungmu. Atau jika ternyata kau tetap mengurungkan niatmu dalam melakukan kebaikan itu, kroscek kembali tentang takwamu. Jangan- jangan perkataanmu hanya semacam alasan saja yang sebenarnya membenarkan hawa nafsumu?

Saudariku,  sekali lagi, kau mengaku tahu tentang ukuran kebaikanmu, sehingga kau memilih menunda menutup auratmu, karena perasaan malu. Tapi bukankah Allah lebih tahu tentang cara membaikkan diri kita. Jangan hiraukan perkataan manusia yang dengki yang mencelamu, saat kau mulai mengenakannya.

Rendahnya mereka karena terlalu sibuk mengurusi aibmu sampai- sampai mereka melupakan kekurangan mereka sendiri, yang semakin banyak, tentunya. Tetap tersenyumlah, sebagai cermin kedamaian hatimu. Maka mereka akan malu karenanya. Malu, karena kau telah dengan cerdas mendidik dirimu agar menjadi baik sekarang, sedangkan mereka dengan sepaket kata- kata kotor tetap saja menjadi level yang sama, bahkan telah terjerumus pada kejelekan yang lebih dalam.

Memang ada sebagian saudari muslimah kita di luaran sana yang tetap melenggang lancar dengan maksiat mereka, walaupun mereka telah menggunakan baju takwa. Namun bukan berati kita bisa mengghibah saudari kita sendiri, dan atau malah menjadikan mereka sasaran alasan untuk menjadikan diri kita benar dengan alasan untuk tetap menunda memakai pakaian takwa. Apakah kita telah mendoakan mereka terlebih dahulu sebelum kita menghujatnya?.

Lihatlah, mereka juga dalam proses belajar, seperti halnya kita. Mereka adalah manusia biasa yang butuh proses dan perlu diingatkan karena tak luput dari kesalahan. Maka ingatkanlah akan hal itu, dan bersabarlah atas semuanya.
Banyak tuntutan di luaran yang ditujukan kepada para muslimah bahwa dengan busana takwa yang mereka kenakan, maka mereka tak boleh lagi menjadi manusia, melainkan harus menjadi malaikat yang tidak melakukan kekhilafan melainkan hanya patuh sepenuhnya kepada Allah. Melakukan kesalahan memanglah bukan sebuah kebenaran, namun manusia mana yang dapat lepas dari sebuah kesalahan? Bukankah itu sesuatu yang tidak mungkin?. Manusia tetaplah manusia, bukan masalah seberapa besar dia berbuat kesalahan namun lihat dan hargailah cara dia bangkit dan memperbaiki kesalahan itu.

Saudariku yang dirahmati Allah,
Lihatlah, kau begitu cantik, kau sangat berbakat, dan siapapun dirimu, kau adalah anak, istri, ibu yang baik, dan hamba Allah yang taat. Tak inginkah kau menjadi sepeti itu?.

Maka selagi nafasmu masih ada, jangan kau berniat menundanya. Karena saat nafasmu telah berakhir di kerongkongan, tiada lain yang akan kau maki kecuali kebodohan dan kealfaan dirimu sediri. Maka sayangilah dirimu sebelum kau menyayangi manusia yang lain

Semua yang tersampaikan adalah bukan tentang tuntutan atasmu. Lihatlah jika ada manusia lain yang mengingatkanmu. Mereka sebenarnya bisa saja acuh terhadap apa yang kau perbuat, namun dia menyisakan waktunya untuk perduli terhadapmu. Itu semua karena dia perduli terhadapmu. Dia sayang kepadamu, bahkan disaat kau sedang menjauhkan dirimu sendiri dari kebaikan, karena  mengikuti selera nafsumu.

Kau boleh acuh dengan segala apa yang telah tersampaikan ini, namun sayang, kau akui ataupun tidak, hatimu pastilah tidak begitu. Karena Allah telah men setting hatimu sebagai cahaya, bahkan disaat kau lalai. Maka, apakah kau tidak lelah? menyerahlah kepada suara hatimu sendiri, sebelum kau semakin terpuruk.

Maka selagi nafasmu masih ada, jangan kau berniat menundanya. Karena saat nafasmu telah berada di kerongkongan, tiada lain yang akan kau maki kecuali kebodohan dan kealfaan dirimu sediri. Maka sayangilah dirimu sebelum kau menyayangi manusia yang lain. Kenakanlah jilbab dan kerudungmu karena Allah, dan mari kita bersama- sama memperbaiki diri.

Dan akhirnya...
Ketahuilah, mengenakan pakaian takwa benar- benar tak ada hubungannya dengan rasa malu ataupun perasaan apapun yang kau punya. Namun, ini adalah tentang kewajiban, saat kau menyatakan sumpahmu lewat syahadat untuk menjadi seorang muslimah. Kau berjanji dengan janji teragung, terdalam dan tersuci untuk bersedia dengan sadar dan ikhlas hati untuk melaksanakan semua perintah dan menjauhi semua larangan.

 Hal ini juga termasuk janji setia kepada baginda rasullullah SAW. Dan janji itu terealisasi dalam kehidupan berupa perkataan dan terwujud dalam perbuatan. Dan sebagai seorang muslimah kita diperintahkan Allah untuk menutup aurat dan memakai pakaian takwa. Maka jangan pernah mengadakan tawaran atas perintah Allah, jika kau memang benar- benar mencintaiNya.

Dan, Bagaimana kau menyayangnya sebelum kau mengenalnya, dan bagaimana tahu rasanya sebelum kau mencobanya?

(Syahidah/voa-islam.com)

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.