Diantara sifat-sifat fi’liyah yang Allah kenalkan diri-Nya dengannya adalah:
1. Sifat Nuzul yaitu turunnya Allah ke langit dunia pada sepertiga malam dan
2. Sifat Ityan dan Maji’ yaitu datangnya Allah pada hari kiamat
Sifat Ityan dan Maji’
Ahlus sunnah wal jama’ah sejak para shahabat dan para tabi’in serta para ulama ahlul hadits sampai hari ini meyakini tentang datangnya Allah pada hari kiamat tanpa menyerupakan dengan datangnya mahluk-Nya. Mereka juga tidak mempertanyakan seperti apa datangnya. Mereka menetapan sifat Ityan dan Maji’ seperti apa yang ditetapkan oleh Allah dalam al-Qur’an.
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلاَّ أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلاَئِكَةُ وَقُضِيَ اْلأَمْرُ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ اْلأُمُورُ. ]البقرة: 210[
Tidak ada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat yang dinaungi awan (pada hari kiamat), dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (al-Baqarah: 210)
Berkata Ibnu Katsir: "yakni pada hari kiamat kelak datang Allah untuk menyelesaikan seluruh urusan diantara manusia dari yang pertama sampai yang terakhir. Membalas setiap orang yang beramal sesuai dengan amalannya. Kalau kebaikan dibalas dengan kebaikan, dan kejelekan akan dibalas dengan kejelekan pula. Oleh karena itu pada akhir ayat Allah mengatakan: wa qudiyal amr wa ilallahi turja'ul umur." (Tafsir al-Qur'anul al-‘Adhim, Ibnu Katsir, juz I, hal. 266)
Adapun tentang masalah "naungan awan", maka yang dimaksud adalah para malaikat-Nya. Disebutkan bahwa ketika Allah datang, antara Allah dengan para malaikat-Nya terpisah dengan tujuh puluh ribu lapis naungan. (Lihat sumber yang sama)
Berkata Abul ‘Aliyah: "Malaikat datang dengan dinaungi oleh awan, dan Allah datang sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya." (Tafsir al-Qur'anul al-‘Adhim, Ibnu Katsir, juz I, hal. 266)
Sedangkan tentang Maji', Allah سبحانه وتعالى berfirman:
وَجَآءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا. ]الفجر: 22[
dan datanglah Rabbmu; dan malaikat berbaris-baris. (al-Fajr: 22)
Berkata Imam as-Shabuni: "Kami (ahlus sunnah) beriman dengannya Seluruhnya, sesuai dengan apa yang disebutkan di dalamnya, tanpa bertanya seperti apa, atau bagaimana. Sebab kalau Allah menghendaki, niscaya Dia akan menjelaskannya kepada kita bagaimana turun-Nya. Maka kita berhenti pada apa yang telah disebutkannya secara muhkamat..." (Aqidatus Salaf ashhabul Hadits, Imam AshShabuni, Tahqiq Nashir bin Abdur Rahman bin Muhammad al-Juda', hal. 192)
Sifat Nuzul
Setelah kita meyakini sifat Ityan dan Maji'nya Allah dan meyakini bahwa Allah Allah datang kapan dikehendaki-Nya dan sebagaimana dikehendaki-Nya, maka kita juga meyakini akan datangnya Allah ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dalam hadits-hadits Nuzul.
Dalam riwayat yang shahih, Rasulullah صلى الله عليه وسلم menghabarkan bahwa Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir. Oleh karena itu ahlus sunnah pun mengimani turunnya Allah pada sepertiga malam terakhir seperti dalam hadits-hadits berikut:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah رضي الله عنه:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ. (متفق عليه)
Sesungguhnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Allah tabaraka wa ta'ala akan turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir. Maka Ia berkata: "Barangsiapa siapa yang berdo'a kepada-Ku akan Aku kabulkan doanya; barangsiapa yang meminta kepada-Ku, akan Aku beri permintaanya; dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku, akan Aku ampuni dia." (HR. Bukhari Muslim)
Dalam riwayat lain Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِذَا مَضَى شَطْرُ اللَّيْلِ أَوْ ثُلُثَاهُ يَنْزِلُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ: هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَيُعْطَى، هَلْ مِنْ دَاعٍ فَيُسْتَجَابَ لَهُ، هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَيُغْفَرَ لَهُ حَتَّى يَنْفَجِرَ الصُّبْحَ. (رواه مسلم)
Jika telah lewat setengah malam atau sepertiganya, Allah تبارك وتعالى turun ke langit dunia dan berkata: "Bagi mereka yang meminta akan Aku beri, bagi mereka yang berdo'a akan Aku kabulkan, dan bagi mereka yang meminta ampun akan Aku ampuni dia" hingga masuk waktu subuh. (HR. Muslim)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
يَنْزِلُ اللهُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا كُلَّ لَيْلَةٍ حِيْنَ يَمْضِي ثُلُُثُ اللَّيْلِ اْلأَوَّلِ فَيَقُوْلُ: أَنَا الْمَلِكُ، أَنَا الْمَلِكُ، مَنْ ذَا الَّذِي يَدْعُوْنِي فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ، مَنْ ذَا الَّذِي يَسْأَلْنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ ذَا الَّذِي يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ فَلاَ يَزَالُ كَذَلِكَ حَتَّى يَضِيْءَ الْفَجْرَ. (رواه مسلم)
Allah akan turun ke langit dunia setiap malam hingga lewat sepertiga malam yang pertama seraya berkata: "Aku adalah raja, Aku adalah raja. Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, akan aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, akan aku beri. Dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku, akan Aku ampuni dia." Maka terus-menerus dalam keadaan demikian hingga terbitnya fajar. (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri dan Abu Hurairah ضي الله عنهما, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ اللهَ يُمْهِلُ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلأَوَّلِ نَزَلَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ، هَلْ مِنْ تَائِبٍ، هَلْ مِنْ سَائِلٍ، هَلْ مِنْ دَاعٍ حَتَّى يَنْفَجِرَ الْفَجْرَ. (رواه مسلم)
Sesungguhnya Allah menunda hingga hilang sepertiga malam yang pertama. Allah turun turun ke langit dunia seraya berkata: "Adakah orang yang meminta ampun? Adakah orang yang bertaubat? Adakah orang yang meminta? Adakah orang yang berdo'a?" hingga terbit fajar. (HR. Muslim)
Demikianlah kami nukilkan beberapa hadits tentang sifat Nuzul (turun) bagi Allah ke langit dunia). Hadits-hadits tersebut telah disepakati keshahihannya, bahkan diantaranya diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Hadits-hadits ini diriwayatkan oleh banyak shahabat. Beberapa shahabat yang meriwayatkan hadits-hadits tentang Nuzul adalah Abu Hurairah, Abu Sa'id al-Khudri, Nafi' bin Jabir bin muth'im dari ayahnya, Musa bin Uqbah, Ishak bin Yahya, Ubadah bin Shamit, Abdur Rahman bin Ka'ab bin Malik, Jabir bin Abdullah, Ubaidillah bin Abu Rafi', Ali bin Abi Thalib, Abdullah ibnu Mas'ud, Muhammad bin Ka'ab, Fadlalah ibnu Ubaid, Abu Darda', Abu Zubair, Sa'id bin Zubair, Ibnu Abbas, Ummul mukminin Aisyah dan Ummu Salamah رضي الله عنهم. (Secara lengkapnya lihat Aqidatus Salaf ashhabul Hadits, Imam Ash-Shabuni, Tahqiq Nashir bin Abdur Rahman bin Muhammad al-Juda', hal. 203-210)
Ucapan Para Ulama Tentang Sifat Nuzul, Ityan dan Maji'
Diriwayatkan oleh imam Ash-Shabuni dengan sanadnya sampai kepada Ishaq ibnu Rahuyah. Dia berkata: "Bertanya kepadaku gubernur Abdullah bin Thahir: ‘Wahai Aba Ya'qub (yakni Ibnu Rahuyah pent.) hadits yang kau riwayatkan dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم: "turun Rabb kita setiap malam ke langit dunia.." bagaimana turun-Nya?' Saya (yakni Ibnu Rahuyah pent.) jawab: "Semoga Allah memuliakan gubernur. Tidak bisa dikatakan tentang Allah dengan kaifa (bagaimana)." Allah turun tanpa diterangkan kaifiyahnya'. (Aqidatus Salaf ashhabul Hadits, Imam Ash-Shabuni, Tahqiq Nashir bin Abdur Rahman bin Muhammad al-Juda'. hal. 194)
Dalam riwayat lain, Ibnu Rahuyah pada suatu hari hadir di majlis Gubernur Abdullah bin thahir. Beliau ditanya tentang hadits Nuzul, apakah hadits itu shahih? Beliau menjawab:"Ya." Maka berkatalah sebagian para ajudannya: "Wahai Aba Ya'qub, apakah engkau menganggap bahwa Allah turun setiap malam?" Beliau menjawab: "Ya." Dia bertanya lagi: "Bagaimana turunnya?" Berkata Ishaq ibnu Rahuyah: "Yakinilah dahulu bahwa Allah tinggi di atas, maka aku akan terangkan turunnya." Maka mereka pun menjawab: "Kami menetapkan dan meyakini bahwa Allah di atas ." Maka berakta Ibnu Rahuyah: "Bukankah Allah berfirman:
وَجَآءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا. ]الفجر: 22[
dan datanglah Rabb-mu; dan malaikat berbaris-baris. (al-Fajr: 22)
Amir bin Abdullah berkata: “Wahai Aba Ya’qub, bukankah datangnya Allah tersebut nanti pada hari kiamat?” Maka Ishaq Ibnu Rahuyah mengatakan: “Semoga Allah memuliakan Amir. Siapa yang berkuasa untuk datang pada hari kiamat, maka siapakah yang dapat menghalangi-Nya untuk datang ke langit dunia setiap malam?” (Aqidatus Salaf ashhabul Hadits, Imam Ash-Shabuni, Tahqiq Nashir bin Abdur Rahman bin Muhammad al-Juda’. hal. 197-198)
Juga diriwayatkan oleh imam Ash-Shabuni bahwa Abdulah bin Salam pernah bertanya kepada Abdullah bin Mubarak: Apakah benar Allah turun pada malam nisfhu Sya’ban? Abdullah bin Mubarak menjawab: “Wahai orang yang dlaif (lemah), Allah turun pada setiap malam!” Seseorang yang hadir ketika itu bertanya: “Wahai Abu Abdurrahman (Ibnul Mubarak), bagaimana turunnya, bukankan nanti t’Arsy-Nya kosong?” Abdullah bin Mubarak menjawab: “Allah turun sebagaimana dikehendaki-Nya!!” Dalam riwayat lain Abdullah bin Mubarak marah dan berkata: “Jika datang kepadamu hadits dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم, maka tunduklah!” (Aqidatus Salaf ash habul Hadits, Imam Ash-Shabuni, Tahqiq Nashir bin Abdur Rahman bin Muhammad al-Juda’, hal. 196)
Imam Ash-Shabuni berkata: “Ketika telah shahih riwayat tentang turunnya Allah ke langit dunia dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم, maka ahlus sunnah menerima berita tersebut dan menetapkan sifat Nuzul sesuai dengan apa yang telah dikakatakan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Mereka tidak menyerupakan turunnya Allah dengan turunnya mahluk. Mereka juga tidak pernah membahas dan mencari-cari bagaimana turunnya, karena tidak mungkin ada jalan untuk mengetahuinya. Mereka mengetahui dengan yakin bahwa sifat-sifat Allah tidak sama dengan sifat-sifat mahluk-Nya seba-gaimana Dzat Allah tidak sama dengan dzat mahluk-Nya. Maha suci Allah dan Maha tinggi dari apa yang diucapkan oleh kaum musyabbihah (yang menyerupakan) dan mu’athilah (para penolak sifat). Maha Tinggi setinggi-tingginya, dan semoga Allah melaknat mereka dengan sebesar-besarnya.” (idem, hal. 232)
Hammad Ibnu Abi Hanifah pernah membantah mereka (yakni para mu’athilah): “Bagaimana pendapat kalian tentang ayat Allah: “وَجَآءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا”. Bukankah Rabb kita datang pada hari kiamat sebagaimana dikatakan-Nya? Bukankah para malaikat juga datang berbaris-baris?” Mereka menjawab: “Adapun para malaikat mereka datang berbaris-baris. Adapun Rabb kita تبارك وتعالى kita tidak mengetahui apa maksud ayat tersebut dan kami tidak tahu bagaimana datangnya.” Hammad ibnu Abi Abi Hanifah berkata: “Kami tidak membebani kalian untuk menerangkan bagaimana datangnya, tapi kami meminta kalian untuk beriman dengan datangnya Allah! Bagaimana pendapat kalian kalau ada orang yang mengingkari para malaikat datang berbaris-baris? Bagaimana hukumnya menurut kalian?” Mereka menjawab: “Kafir dan mendustakan al-Qur’an.” Hammad berkata: “Kalau begitu demikian pula orang yang mengingkari bahwa Allah سبحانه وتعالى datang pada hari kiamat. Maka dia adalah kafir dan mendustakan al-Qur’an.” (idem, hal. 234-235)
Fudlail ibnu Iyyadl berkata: “Jika ada seorang dari aliran Jahmiyyah berkata: ‘Aku tidak percaya kalau Rabb turun ke langit dunia.’ Maka kamu katakan: ‘Aku beriman kepada Rabb yang Maha melakukan apa yang dikehendaki-Nya.’”
Dari hadits-hadits shahih dan ucapan para ulama di atas di samping faedah penetapan sifat Nuzul, kita mendapatkan faedah besar yaitu betapa berharganya waktu sepertiga malam terakhir ketika Allah turun ke langit dunia dan menawarkan ampunan, pemberian dan pengkabulan doa. Orang yang yakin dengan hadits ini, tentu akan memanfaatkan waktu tersebut untuk shalat malam dan berdoa. Adapun orang yang tidak percaya, ragu, menakwilkan dengan makna lain, maka semangat mereka untuk bangun di waktu tersebut sangat lemah, karena tidak ada dorongan aqidah dalam hatinya. Inilah yang menyebabkan kaum munafik terhalang dari keutamaan waktu tersebut.
Wallahu a’lam
(Dikutip dari bulletin Manhaj Salaf, Edisi: 52/Th. II tgl 23 Muharram 1426 H/4 Maret 2005M, judul asli Sifat Nuzul, Iyan, Maji’ Bagi Allah, penulis asli Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed)

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.