REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH--Marion (46 tahun) hanyalah seorang pekerja asal Filipina yang mengadu nasib di Arab Saudi. Selama lima bulan terakhir, pria yang bekerja di sebuah perusahaan saluran air di Makkah ini tinggal di Taneem, Makkah. Tempat tinggalnya itu hanya beberapa meter dari batas tanah Haram.
Dia sebelumnya bekerja di Inggris. Selama tinggal di sana, ayah dua anak ini selalu menatap perbatasan tanah Haram itu. Entah, seperti ada yang menuntun dirinya, tanah yang disucikan umat Islam itu begitu menarik perhatiannya. Perbatasan tanah Haram itu seakan ikut mempermudah dirinya untuk merasakah rahmat Allah SWT.
Di televisi, Marion pun sering melihat tayangan Masjidil Haram dengan bangunan Ka'bah yang menjadi sentralnya. Perlahan, tanpa disadarinya, tayangan itu ikut mempengaruhi perubahan dirinya. Meskipun dia bukan seorang Muslim, Marion ingin sekali pergi ke Masjidil Haram. Dia pun mulai menginginkan suatu saat menjadi seorang Muslim. ''Aku memimpikan suatu hari akan menjadi seorang Muslim, pergi ke Masjidil Haram untuk melakukan umrah,'' tuturnya kepada Arab News.
Rupanya, Allah mempermudah keinginannya itu. Tak sampai enam bulan sejak tinggal di Taneem, Marion pun mengucapkan dua kalimat syahadat. Dia mengucapkannya di Kantor Bimbingan Propagasi Asing (Jaliyat) Taneem belum lama ini. Dia lantas mulai mempelajari Islam dan mengucapkan selamat tinggal kepada agama lamanya yang telah dianutnya lebih dari empat dekade.
''Ada beberapa rekan Muslim Filipina di perusahaan saya. Aku sangat terkesan dengan ritual agama mereka, shalat, membaca Al Qur'an, dan pergi umrah,'' tutur Marion. ''Saya ingin bisa masuk ke area Haram sebagai seorang Muslim,'' tambahnya.
Usai menjadi Muslim, Marion mengaku kini menjadi lebih bahagia dan hatinya lebih tenang. Bahkan, dia pun sekarang bisa merasakan nikmatnya membaca Alquran. ''Saya melihat Alquran merupakan obat mujarab untuk semua penyakit manusia,'' ujarnya.
Tak hanya itu, Marion juga sudah tak sabar segera memberi kabar istri dan keluarganya di Filipina tentang dirinya yang sudah menjadi mualaf. Dia berharap keluarganya bisa mengikuti jejak dirinya kembali ke agama yang benar. Dan sebagai seorang Muslim, kini dia bisa bebas mengunjungi Masjidil Haram yang diimpikannya.
Red: Budi Raharjo
0 komentar:
Posting Komentar