Pemutar Video & Audio Terbaru


Codec 395 merupakan software terbaru untuk memutar berbagai macam format video & audio yang lengkap. Seperti FLV, 3gp, wma, rmvb,dll.
Silahkan klik gambar berikut ini untuk mendownloadnya:



Mencegah Virus Tanpa Anti Virus


Silahkan klik gambar berikut ini untuk mendownloadnya:



Perfect Uninstaller

Silahkan klik gambar berikut ini untuk mendownloadnya:


Mungkin anda pernah kesal ketika ingin menguninstall/meremove suatu program, namun program tersebut tidak bisa diuninstall melalui fasilitas add/remove program pada windows. Mungkin saja Software Perfect Uninstaller ini bisa membantu anda untuk menguninstall program yang tidak anda inginkan tersebut.

Software perfect uninstaller ini berfungsi untuk menguninstall program-program yang tidak bisa di Uninstall melalui program standar add/remove windows. Penggunaannya pun cukup mudah.




Kumpulan Artikel Syi'ah

Silahkan klik gambar berikut untuk mendownload artikel syi'ah terlaknat:

Cek Grammar Pada MS.Word

Silahkan download dulu:
Sampai saat ini MS-Word belum bisa spelling atau pengecekan kata-kata yang berbahasa Indonesia. Sebenarnya spelling sangat membantu buat para writer untuk mengecek kata-kata yang diketik sudah benar atau belum, apakah ejaannya sudah betul atau yang lainnya.

Biasanya kalau Spelling diaktifkan, jika huruf yang diketik salah akan ditandai dengan garis merah. jadi lebih memudahkan kita untuk mengedit, tinggal cari kata-kata yang bergaris merah saja.

Sebenarnya kita bisa membuat kamus berbahasa indonesia sendiri yang bisa kita gunakan untuk spelling bahasa indonesia. Pembuatannya juga tak terlalu sulit, sambil jalan kita bisa menambah isi kamus tersebut. Kamus tersebut tersimpan dalam file ber format TXT dan berisi kata-kata berbahasa indonesia.


Cara Instalasi:
1. Download file Cek Grammer BI.rar
2. Extrak file tersebut dalam sebuah folder (trus copy)
3. Pada MS-Word masuk menu tools – Options
4. Pilih tab spelling and grammar
5. Klik tombol Costume directories
6. Tambahkan ke empat file hasil extrakan tadi (Add/Paste)


Kitab Tauhid dalam CHM




Silahkan klik gambar berikut ini untuk mendownloadnya:
Do'a Hisnul Muslim dalam CHM




Silahkan klik gambar berikut ini untuk mendownloadnya:


Al-Qur'an dalam CHM


Silahkan klik gambar berikut ini untuk mendownloadnya:
Software Pembuat File dalam Bentuk CHM




Untuk membuat e-Book dalam bentuk CHM, maka silahkan klik gambar berikut ini untuk mendownloadnya:




Bentuk-Bentuk Hilal
Mau download bentuk-bentuk Hilal, Silahkan klik gambar berikut ini:




Tool Pemblokir Content Porno


Maaf sekali, bersama ini kami beritahu dan sarankan bahwa, untuk tool atau software pada laman ini ada baiknya tidak digunakan. Dan mungkin tidak dapat untuk didownload lagi karena satu dan lain hal.

Sebagai gantinya, silahkan gunakan tool pemblokir konten pornografi yang digalakkan di Indonesia yaitu dari situs http://www.nawala.org


Sebagai bentuk keta'atan kepada Pemerintah dan merupakan Manhaj Ahlussunnah Wal Jama'ah, maka kami ikut mendukung UU-ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) yang berusaha memblokir situs-situs porno serta yang mengandung content porno. Kita nyatakan perang habis-habisan kepada para syaithan porno dimanapun mereka berada.

Download lah program berikut ini untuk memblokir content-content porno, dengan mengklik gambar berikut ini:


SUNAN BONANG
Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban.
Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha.

Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit.
Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban.

Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang.
Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat ‘cinta’('isyq). Sangat mirip dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya, Sunan Kalijaga.

Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah “Suluk Wijil” yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa’id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri.

Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang “Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang.

Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-Kurawa ditafsirkan Sunan Bonang sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan ‘isbah (peneguhan).

2.Sunan Ampel

Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang).
Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.

Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.
Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.
Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.”
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.

3.Sunan Drajat
Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M.
Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun Jelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat, Paciran-Lamongan.

Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk. Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah “berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang’.
Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.

4.Sunan Giri
Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma).
Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.
Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah “giri”. Maka ia dijuluki Sunan Giri.
Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit -konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.

Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.
Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.

Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.
Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.

5.Sunan Gunung Jati
Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra’ Mi’raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii).

Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.
Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.
Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya “wali songo” yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan.

Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.
Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.
Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.

6.Sunan Kalijaga
Dialah “wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam.

Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.

Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam (’kungkum’) di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.
Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak

7.Sunan Kudus
Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang.
Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.

Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.
Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.
Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.

8.Maulana Malik Ibrahim
(Wafat 1419)
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.

Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.

Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.
Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.

9.Sunan Muria
Ia putra Dewi Saroh –adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus.
Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya.

Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.

“Walisongo” berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.
Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha,dll.

Haqqulloh - Rohmatulloh - Ridho Alloh.
KERAMAT PARA WALI

A. Pengertian
Wali-wali Allah SWT adalah orang-orang saleh yang telah dekat kepada Allah SWT dan telah ‘arif billah sesuai dengan ketaatannya yang terus menerus kepada Allah dan dengan konsekuen meninggalkan segala bentuk maksiat yang bergelimang dengan hawa nafsu. Mereka adalah orang- orang yang selalu menyibukkan diri dengan zikrullah sesuai dengan sabda Rasul,

Artinya : “Beruntunglah orang-orang yang sendirian”. Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah Al Mufarridun (orang-orang yang sendirian) itu ya Rasulullah ?. Jawab Rasulullah, “Mereka adalah orang-orang yang menyendiri dan menyibukkan diri dengan zikir kepada Allah SWT. Karena zikir itu akan menghapuskan dosa-dosa mereka, maka mereka akan datang pada hari kiamat nanti dengan dosa yang ringan/sedikit (H.R. Tarmizi).

Keramat adalah sesuatu yang Kharikul’adah yang dianugerahkan Allah SWT kepada wali-wali- Nya sebagai suatu tingkat keistimewaan bagi mereka. Para wali-wali Allah yang telah mujahadah, bersungguh-sungguh dan terus menerus mendekatkan diri kepada Allah guna mendapatkan ridla- Nya, melaksanakan ibadat seimbang antara syariat dan hakikat, antara syariat lahir yang disertai dengan keihklasan batin lillahi ta’ala. Prof. Dr. Hamka mengatakan, “Tetapi orang-orang yang dianugerahi keistimewaan itu bukanlah terdiri dari manusia luar biasa. Segala orang, pendeknya segala kita, sanggup mencapai derajat waliullah itu, asal dipenuhi syaratnya.
Firman Allah SWT,

Artinya : “Sesungguhnya orany yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa.” (Q.S. Al Hujurat 49 : 13).
Kalimat akrama (paling mulia) diambil dari karama (kaf, raa dan mim), dan dari sini diambil kata keramat.
Oleh sebab itu maka orang-orang yang saleh itu tidaklah perlu mempelajari sihir atau ilmu-ilmu ganjil pemagar diri, dan tidak perlu mempercayai tukang-tukang tenung dan ramal, mengetahui nasib. Dia telah beroleh yang lebih dari itu, yaitu anugerah Tuhan, karena dia dekat dengan Tuhan. Dengan jalan mensuci-bersihkan jiwa daripada perangai-perangai yang tercela.” (Hamka ,1984 : 115).

Al Kharraz berkata, “Jika Allah berkehendak mengangkat salah seorang hamba-Nya menjadi wali, maka Dia akan membuka baginya pintu gerbang zikir kepada-Nya. Jika dia telah merasakan manisnya zikir, maka Dia akan membukakan baginya pintu kedekatan. Kemudian diangkat-Nya dia ke kelompok yang akrab dengan-Nya. Kemudian ditempatkan-Nya dia di atas tahta tauhid. Kemudian diangkat-Nya tabir yang menghalanginya dan dibimbing-Nya dia ke Rumah Kesatuan dan mengungkapkan baginya kecemerlangan dan keagungan Ilahi. Manakala matanya memandang kecemerlangan dan keagungan Ilahi, maka tak ada sesuatu pun dari dirinya yang akan tertinggal. Pada saat itulah si hamba untuk sesaat sama sekali lenyap. Setelah itu dia akan berada di dalam perlindungan Allah, bebas dari pretensi apa pun mengenai dirinya sendiri” (Al Qusyayri 1994 : 270).

Al Qusyayri dalam ‘Risalah Sufi’nya mengatakan bahwa kata “Wali“(orang suci) mempunyai dua arti. Yang pertama berasal dari pola fa’il (pelaku) dalam artian pasif. Artinya Allah SWT mengambil alih urusan Insan (yatawalla) Si Wali. SebagaimanaAllah SWT berfirman “... dan Dia mengambil alih urusan (yatawalla) orang-orang Saleh” (Q.S. Al A’raf 7 : 196). Arti yang kedua berasal dari pola fa’il dalam pengertian intensif aktif. Ini berlaku pada orang-orang yang secara aktif melaksanakan ibadat kepada Allah SWT dan mematuhi-Nya sedemikian rupa hingga amal ibadatnya terus menerus bersusulan tanpa diselingi kemaksiatan. Kedua arti ini mesti ada pada seorang wali untuk bisa dianggap sebagai wali sejati (Al Qusyayri 1994 : .265-266).

Seorang wali bukanlah seorang yang maksum sebagaimana halnya Nabi dan Rasul Allah SWT. Maksum artinya terpelihara dari berbuat dosa besar maupun kecil selama-lamanya. Seorang wali adalah seorang yang Mahfuz, artinya terpelihara dari berbuat dosa besar, tapi tidak terpelihara dari dosa kecil. Kalaupun seorang wali berbuat dosa kecil, maka segera dia akan menyesal dan taubat dengan taubat nashuha dan sadarlah dia akan kelemahan dirinya.
B. Dasar Hukum
Ketetapan adanya wali-wali Allah SWT itu berdasarkan Al Quran dan Al Hadis.
1). Wali
Firman Allah SWT,

Artinya : Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Q.S. Yunus 10 : 62).
Firman Allah SWT,

Artinya : Karena sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al Kitab (al Quran) dan dia melindungi orang-orang yang saleh (Q.S. Al ‘Araf 7 : 196)
Sabda Rasulullah SAW :
Artinya : Sesungguhnya ada beberapa hamba Allah SWT di mana para Nabi dan syuhada jatuh cinta dan iri kepada mereka (ingin seperti mereka). Para sahabat bertanya : Siapakah mereka itu wahai Rasulullah ? Sebab mudah-mudahan kami ingin pula seperti mereka. Jawab Rasul, “ Mereka itu adalah kaum yang berkasih sayang atas dasar Nur Allah SWT, bukan atas dasar harta dan keturunan. Muka mereka bercahaya dan mereka berada di mimbar-mimbar berdasarkan Nur Allah, mereka tidak takut pada waktu manusia yang lain takut dan mereka tidak bersedih hati pada waktu manusia yang lain bersedih.” (H.R. An Nasai dan Ibnu Hibban).
Hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Bukhari :
Artinya : Sesungguhnya Allah SWT berfirman “Barang siapa yang memusuhi seorang penolong-Ku (wali-Ku), maka Aku mengumumkan perang kepadanya. Dan apabila hamba-hamba-Ku menghampirkan diri kepada-Ku dengan sesuatu amalan, tanda lebih kasih ia kepada-Ku, daripada hanya sekedar mengamalkan apa-apa yang telah Ku-wajibkan atasnya, kemudian ia terus menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan yang nawafil (yang baik) hingga Aku mencintainya, maka apabila Aku telah mencintainya, adalah Aku pendengarannya bila ia mendengar dan Akulah penglihatannya bila ia melihat dan Aku kakinya bila ia berjalan, jika ia memohon niscaya Aku perkenankan permohonannya, jika ia meminta perlindungan pastilah Aku lindungi dia.”(H.R. Al Bukhari).
Itulah dasar hukum adanya wali.

2). Keramat
Adapun dasar hukum adanya kekeramatan para wali didasarkan kepada dalil naqli maupun aqli.

(1). Dalil Aqli
Kalau jaiz (boleh), apabila Allah SWT dapat memberikan mukjizat kepada para Nabi dan Rasul- Nya untuk pembuktian kebenaran mereka sebagai Nabi dan Rasul Allah, maka dapat pulalah bagi Allah memberikan keramat kepada hamba-hamba-Nya yang saleh yang berkualitas sebagai wali- wali Allah. Kekeramatan itu terlihat dan muncul pada masa hidup mereka dan berkelanjutan sampai dengan mereka telah meninggal. Begitulah pendapat para jumhur dan ahlus sunnah dan tidak ada satu mazhab pun dari mazhab yang empat yang mengatakan bahwa tidak ada lagi kekeramatan itu setelah mereka meninggal. Bahkan mereka mengatakan kekeramatan para wali setelah meninggal lebih aula (utama) dari kekeramatan pada waktu mereka masih hidup, karena mereka pada waktu itu suci dari kotoran-kotoran dunia. Disebutkan orang, bahwa yang tidak nampak kekeramatannya setelah ia meninggal, maka kekeramatan-kekeramatan yang dinampakkan pada waktu hidup adalah kekeramatan yang tidak benar atau dusta. Sebagian ahli sufi mengatakan bahwa sesungguhnya Allah mewakilkan beberapa malaikat di makam para wali untuk memenuhi hajat orang yang memintanya dan kadang-kadang wali itu sendiri muncul memenuhi hajat orang yang berkehendak itu (Amin Al Kurdi 1994 : 367).

(2). Dalil Naqli
Sebagian dari dalil naqli dijumpai beberapa kisah-kisah dalam Al Qur’an dan Al Hadis, antara lain,
- Kisah Maryam yang melahirkan Isa tanpa suami.
Firman Allah SWT,
Artinya : “Ia (Jibril) berkata sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci. Maryam berkata, “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak- anak laki-laki, sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku, dan aku bukan pula seoran pezina.” Jibril berkata, “Demikianlah Tuhanmu berfirman, “Hal itu adalah mudah bagi-Ku, dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.” Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. (Q.S. Maryam 19:19-22).
- Kisah pemeliharaan Zakaria terhadap Maryam.
Firman Allah SWT,
Artinya : Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di Mihrab, ia dapati makanan disisinya. Zakaria berkata, “Hai Maryam, darimana kamu memperoleh (makanan) ini ?” Maryam menjawab, “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki- Nya tanpa hisab.” (Q.S. Ali Imran 3 : 37).
Maryam berada di Mihrab itu sendirian dan kunci pintunya dipegang oleh Zakaria sendiri. Anehnya lagi, buah-buahan musim kemarau didapati pada musim penghujan dan sebaliknya (Amin Al Kurdi 1994 : 366 - 367).
- Kisah Ashabul Kahfi. Mereka adalah jama’ah kaum muslimin yang lari dari tentara Rumawi. untuk menyelamatkan keyakinannya dan bertapa di dalam sebuah gua dengan tidak makan dan minum selama 309 tahun.
Firman Allah SWT,

Artinya : Dan mereka tinggal dalam gua mereka 300 tahun dan ditambah 9 tahun (lagi). (Q.S. Al Kahfi 18 : 25).
- Kisah Asif, seorang wazir atau menteri Nabi Sulaiman a.s. mengenai istana Ratu Balqis, yang diangkat dan dipindahkan oleh tentaranya orang-orang halus dari Yaman ke dalam kerajaan Nabi Sulaiman dalam waktu sekejap mata.
Firman Allah SWT,

Artinya : Berkatalah Sulaiman, “Hai pembesar-pembesar, siapakah diantara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang- orang yang berserah diri. Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin, “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya (lagi) dapat dipercaya. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya).” (Q.S. An Naml 27 : 38 - 40).

Yang dimaksud dengan seseorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab pada ayat di atas adalah wazir Nabi Sulaiman yang bernama Asif. Dengan kekeramatannya dapat memindahkan istana Balqis dari negeri Saba’ ke Kerajaan Sulaiman dalam sekejap mata. Jarak antara istana Balqis dengan istana Sulaiman adalah dua bulan perjalanan. Pemindahan istana tersebut dalam sekejap mata dilaksanakan oleh para malaikat dengan izin Allah yang berasal dari kudrat dan iradat-Nya sendiri.
Sungguh amat banyak sekali kalau kita mau menceritakan tentang keramat-keramat para wali pada zaman dahulu yang tertera di dalam Al Quranul karim ataupun Sunnah Rasul.
Adapun keramat-keramat para wali setelah itu tidak kurang banyaknya yang diceritakan pada buku-buku tasawuf, antara lain umpamanya kekeramatan :

- Rabi’atul Adawiyah yang mendapatkan beberapa uang emas di bawah tikar shalatnya, memasak nasi tanpa memakai api dan sebagainya ;
- Ibrahim Khurasani yang pada suatu hari sedang berwudhu medapati dengan tiba-tiba embernya tiba-tiba berubah menjadi permata, siwak giginya menjadi perak dan ujungnya lembut bagaikan benang sutra ;
- Sufi Saramqani mendapati roti dengan ayam panggang serta manisan gula di tempat shalatnya sedang langgarnya terkunci rapat ;
- Prof. Dr. H. Kadirun Yahya MSc menggali kedahsyatan dan kehebatan Al Quranul Karim dengan metode zikrullah yang disalurkan melalui batu tawajuh dan air tawajuh untuk memadamkan letusan kawah Gunung Galunggung pada tahun 1982, menumpas komunis di perbatasan negara tetangga pada tahun 1974, memadamkan huru hara antara negara bagian dengan ibu negara tetangga pada tahun 1977, menjinakkan badai dan ombak yang sangat dahsyat dengan seketika di Samudera Indonesia dekat pulau Nias pada tahun 1981, dapat menyelamatkan 156 orang pasukan yang dipimpin oleh Letkol (marinir) Bahder Djohan dalam operasi di Timor-Timur pada tahun 1982, pernah menghidupkan berpuluh-puluh orang mati dalam waktu yang relatif singkat dan masih banyak lagi yang kalau diterangkan di sini merupakan rangkaian daftar yang panjang sekali. Atas prestasi Ucapan terima kasih dan penghargaan telah banyak disampaikan kepada beliau, baik perorangan maupun pemerintah.
Selain itu beliau pun telah berhasil menyembuhkan beberapa penyakit yang sebahagiannya tidak mungkin lagi disembuhkan oleh dokter dan sebahagian lainnya belum pernah disembuhkan oleh dokter medis, dapat disembuhkan oleh beliau dengan izin Allah SWT melalui metode kedahsyatan dan kehebatan Al Quranul karim yang disalurkan melalui salurannya yang hak yang mendapatkan enerji dan power serta frekuensi tak terhingga ( ) dari Allah SWT. Demikian pula telah beribu-ribu orang yang disembuhkan melalui metode ini dan seluruhnya ada bukti-bukti tertulis berbentuk surat ucapan terima kasih, surat penghargaan dan sebagainya dari mereka-mereka yang telah mendapat pertolongan . Macam-macam penyakit itu antara lain :’liver abscess’, ‘lung abscess’, narkotika, cancer, cancer kulit, cancer payudara, hemarrhoide (wasir), jantung, tumor, batu empedu, pankreas dan lever, frostad, AIDS, menstruasi bulanan yang tidak pernah berhenti selama 8 tahun dan bahkan banyak sekali penyakit aneh dan ganjil yang tidak dapat disembuhkan secara medis. (Kadirun Yahya 1991 : 10 - 57).

C. Menzahirkan kekeramatan
Ada orang bertanya apakah keramat itu sama dengan sihir atau sama dengan mukjizat, dan apa pula perbedaan di antaranya. Perbedaan antara keramat dengan sihir adalah sihir itu terjadi di kalangan orang-orang fasik, orang-orang zindik dan orang-orang kafir yang tidak percaya kepada agama Allah SWT. Keramat terjadi pada orang-orang yang percaya pada Allah dan sungguh- sungguh mengerjakan syariat-Nya dan dengan mujahadah yang kuat sehingga sampai kepada derajat wali.
Adapun perbedaan antara keramat dengan mukjizat bahwa keramat itu terjadi pada wali-wali Allah yang tidak menyatakan dirinya sebagai Nabi atau Rasul. Mukjizat terjadi pada Nabi-Nabi atau Rasul Allah sebagai pembuktian atas kebenaran kenabian dan kerasulannya. Karena itu mukjizat wajib dinampakkan untuk keperluan dakwah dan dakwah dengan pembuktian mukjizat itu adalah akurat, sangat dibutuhkan.
Seorang wali tidak wajib menzahirkan kekeramatannya, sebab ketentuan-ketentuan syariat agama telah tetap sesuai dengan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul Allah SWT. Oleh sebab itu menzahirkan atau menyembunyikan kekeramatan boleh-boleh saja.

Di kalangan para Syekh sufi terdapat dua pendapat dalam masalah ini. Pendapat yang pertama mengatakan sebaiknya para wali menyembunyikan kekeramatannya, sebab tidak ada kebutuhan dakwah untuk menampakkannya dan bisa juga menimbulkan fitnah atau ria yang bisa merusak kesucian rohani si wali itu sendiri. Para wali yang berpendapat demikian merasa takut kalau-kalau kekeramatan yang dia peroleh merupakan istidraj atau pemanjaan, karena kebencian, yang akan menjerumuskan sang wali. Yang berpendapat dengan pendapat pertama ini antara lain imam Abu Bakar bin Abu Fura..
Syekh Abu Yazid Al Bustami mengatakan wali-wali Allah adalah pengantin-pengantin-Nya. Karena itu tak seorangpun boleh melihat para pengantin itu kecuali keluarganya. Mereka ditabiri dalam ruang khusus di hadirat-Nya oleh keakraban.
Abu Bakar as Saydalani menuturkan, suatu ketika aku berulang kali memperbaiki batu nisan makam Abu Bakar at Tamastani dan mengukir namanya pada nisan itu. Setiap kali aku selesai memperbaikinya, batu nisan itu digali dan dicuri orang dan akhirnya aku bertanya kepada Abu ‘Ali ad-Daqqaq tentang hal ini. Dia menjelaskan bahwa syekh itu lebih suka tidak dikenal orang di dunia ini. Karena itu tidak suka juga dengan batu nisan yang berarti mempromosikan kenangan kepadanya.
Rabi’atul Adawiyah tidak mengizinkan orang lain masuk ke dalam kamar khalwatnya, karena beliau tidak ingin orang lain menceritakan tentang keadaannya seperti beroleh emas di bawah tikar shalatnya atau menanak nasi dengan tidak memakai api. Demikian diceritakan oleh Zulfah kemenakan Rabi’atul Adawiyah.
Pendapat yang kedua mengatakan boleh saja seorang wali itu menzahirkan kekeramatannya, apalagi kalau dirasakan hal itu perlu untuk kepentingan dakwah dan tentunya wali tersebut tidak menimbulkan takabur atau ria dengan menzahirkan kekeramatannya itu. Abu Usman mengatakan, “Seorang wali mungkin termasyur kemana-mana, namun dia tidak akan tergoda oleh kemasyurannya itu.”
Prof. Dr. H. Kadirun Yahya mengatakan, pada zaman sekarang ini dirasakan perlu pada suatu saat menampakkan kekeramatan itu dalam rangka menangkis tuduhan atau pendapat bahwa agama itu adalah hayalan belaka dan tak dapat dibuktikan. Seperti menangkis pendapat Salman Rusdi dengan ‘Ayat-Ayat Syetan’ (“The Satanic Verses”)nya.

Haqqulloh – Rohmatulloh – Ridho Alloh.

Oleh : Redaksi 22 Jun 2008 - 10:30 pm

Oleh Ihsan Tandjung
imageRupanya insiden Monas 1 Juni 2008 kemarin bukan sekedar bentrokan antara entitas Front Pembela Islam (FPI) melawan Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). Bahkan secara kasat mata sebenarnya memang bukan FPI yang hadir di lokasi, melainkan Laskar Islam yang terdiri atas aneka elemen Ummat Islam, termasuk di dalamnya ada FPI. Media massa-lah (terutama yang berideologi sekularis-liberalis) yang mengecilkan kelompok Laskar Islam menjadi sekedar FPI. Seolah elemen ummat Islam yang hadir saat itu di Monas hanya satu elemen yang dikesankan tidak berarti, yaitu FPI. Baiklah, bagi kita tidak masalah apakah yang hadir hanya FPI atau memang himpunan aneka elemen Ummat Islam, yang penting mereka mewakili ummat Islam. Mereka adalah kumpulan manusia yang tidak ragu sedikitpun menunjukkan identitas ke-Islam-an diri.

اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

"Saksikanlah, bahwa kami adalah kaum muslimin (orang-orang yang berserah diri kepada Allah)."(QS Ali Imran ayat 64)

Sedangkan kumpulan manusia yang berhimpun di bawah bendera AKKBB tidak memiliki suatu identitas yang jelas dan terang. Yang pasti di lapangan saat itu mereka tiba-tiba menggelar spanduk profokatif di antaranya berbunyi: TOLAK SKB AHMADIYAH. Suatu hal yang sangat nyata akan mudah sekali menyulut emosi muslim manapun yang sadar dan peduli dengan masalah pemeliharaan aqidah ummat Islam. Sudah jelas bahwa ummat Islam memang sedang menanti-nanti (dengan menahan kegeraman dan kemarahan) terbitnya SKB pemerintah soal Ahmadiyah yang sampai saat itu tidak kunjung muncul. Jadi jangankan kawan-kawan FPI, sedangkan muslim mananpun akan mudah tersulut amarahnya bila ada sekelompok orang yang justru melontarkan profokasi mendukung Ahmadiyah padahal selama ini orang-orang Ahmadiyah telah melakukan penodaan terhadap kemurnian ajaran Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam.

Tapi sudahlah, kita tidak perlu menyesali apa yang telah terjadi pada hari itu. Namun yang menarik setelah dikaji dan diteliti rupanya AKKBB ini menaungi banyak LSM yang pada umumnya memiliki satu kesamaan, yakni: (1) Pada umumnya menyuarakan hal-hal yang bersifat pemikiran liberalis dan sekularis. Yakni pemikiran-pemikiran yang sangat didukung fihak penguasa dunia modern Barat yang sangat khawatir dengan bangkitnya kesadaran Islam Kaaffah di negeri-negeri kaum muslimin mayoritas. Lalu (2) sebagian besar perjalanan LSM-LSM tersebut didanai oleh fihak asing terutama Amerika dan negara-negara Barat lainnya. Sehingga mereka sering dijuluki sebagai organisasi proyek. Artinya organisasi yang baru bergerak bila ada proyek yang tersedia pendanaannya. Bilamana tidak ada dana maka ia nganggur alias berhenti beraktifitas.

Dengan kata lain bisa kita simpulkan bahwa AKKBB merupakan payung dari berbagai organisasi yang berperan sebagai komprador alias antek bagi kepentingan Barat liberal-sekuler (baca: anti Islam). Dan jika demikian keadaannya menjadi jelaslah bagi kita -dan siapapun yang masih berakal sehat dan berhatinurani- mengapa mereka begitu getol membela keberadaan Ahmadiyah di negeri ini. Sebab Ahmadiyah sendiri merupakan organisasi bentukan negara kerajaan Inggris pada masa penjajahan Inggris di anak benua India. Ia dibentuk oleh Inggris sebagai upaya devide et empera antar sesama orang yang mengaku muslim di India. Lalu diorbitkanlah seorang Mirza Ghulam Ahmad sebagai seorang pemimpin ummat Islam bahkan sebagai nabi baru dengan ajaran baru sesudah Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam.

Hal ini sangat selaras dengan pesan Nabi shollallahu 'alaih wa sallam sebagai berikut:

الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
"Ruh-ruh manusia tersusun laksana prajurit yang berbaris. Mana yang saling kenal (cocok/sesuai/se-ideologi) akan saling berpadu. Dan mana yang saling mengingkari akan berselisih/berpisah." (HR Al-Bukhary 11/117)

Dalam interaksi sosial setiap orang akan cenderung berhimpun dengan orang yang dirasa sejenis dengan dirinya, terutama dalam hal ideologi. Orang mu'min cenderung bersahabat dengan sesama mu'min. Orang sekularis-liberalis cenderung hanya mau bersahabat dengan sesama sekularis-liberalis. Ini merupakan kaedah dasar pergaulan di masyarakat. Itulah sebabnya sangat penting bagi siapapun untuk menentukan siapa sahabatnya.

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
"Seseorang akan mengikuti agama/keyakinan sahabat karibnya. Maka hendaklah setiap orang memperhatikan siapa yang menjadi sahabatnya." (HR Ahmad 17/107)

Jika seseorang ingin tahu siapa sebenarnya dirinya, maka ia tinggal lihat siapa yang selama ini menjadi sahabatnya. Bila sahabat-sahabatnya adalah orang yang disiplin dan rajin sholat lima waktu berjamaah di masjid, jujur, berjiwa sosial, berakhlak mulia, santun, maka kurang lebih begitu pulalah gambaran dirinya. Sebaliknya, bila sahabat-sahabatnya adalah ahli maksiat, koruptor, pembohong, suka menyakiti dan menzalimi orang, malas beribadah, maka begitulah kurang lebih gambaran dirinya. Demikian pula Allah subhaanahu wa ta'aala gambarkan tentang orang-orang yang berakrab bahkan berkonsultasi dan memohon pertolongan dan bantuan kepada kalangan ahli Kitab, yahudi dan nasrani.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS Al-Maaidah ayat 51)

Dalam ayat di atas Allah subhaanahu wa ta'aala bahkan menyamakan orang yang mengaku beriman sebagai identik dengan ahli Kitab bilamana mereka suka menjadikan kalangan yahudi dan nasrani sebagai wali (pemimpin, pelindung dan penolong). Kelompok AKKBB sangat suka kepada Barat yang didominasi oleh ahli Kitab. Berarti mereka telah mendurhakai Allah subhaanahu wa ta'aala dan RasulNya Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam. Kalau kita ingat kembali hadits Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam di bawah ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى (البخاري
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa sesungguhnya Rasulullah shollallahu 'alaih wa sallam bersabda: "Semua ummatku akan masuk surga, kecuali orang yang enggan (tidak mau)." Para sahabat bertanya: "Siapa orang yang tidak mau itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Siapa yang taat kepadaku ia masuk surga, dan siapa yang durhaka kepadaku, berarti ia sungguh tidak mau." (HR Bukhary 22/248)

Kesimpulannya hanya satu: Semua organisasi di bawah payung AKKBB tidak mau masuk surga Allah subhaanahu wa ta'aala di akhirat kelak...! (eramuslim)


Katagori : Artikel - Opini & Aspirasi
Oleh : Redaksi 18 Jun 2008 - 10:30 pm

FPI: Sebuah Keniscayaan
(Bagian terakhir dari dua tulisan)
Oleh Ir. Muhamad Umar Alkatiri
Mantan Napol Kasus Peledakan BCA

FPI adalah organisasi tanpa badan hukum yang lahir spontan. Mereka yang ikut mendeklarasikan FPI hampir seratus persen adalah orang-orang yang tidak punya pengalaman berorganisasi. Bahkan ketika dideklarasikan, para pencetusnya tidak pernah berfikir akan punya cabang di berbagai daerah. Kenyataannya, cabang-cabang FPI tumbuh di berbagai daerah.

Ini artinya FPI memang dibutuhkan. Kebutuhan itu dilahirkan oleh sikap pemerintah dan aparat hukum yang berat sebelah, juga akibat sikap kalangan Kristen yang arogan dan mau menang sendiri. Kebutuhan itu juga dilahirkan oleh media massa yang hampir seluruhnya dimiliki fundamentalis sekuler yang anti agama, namun sok tahu dengan agama, dengan mempublikasikan pemikiran-pemikiran 'progresif' yang sesungguhnya menawarkan kesesatan bukan kedamaian.

Salah seorang deklarator FPI Habib Rizieq pernah mengatakan, "Kalau semua petani menanam padi dan tak ada yang memberantas hama, maka bersiaplah menerima panen yang gagal. Kalau semua petani memberantas hama dan tak ada yang menanam padi maka bersiaplah tidak makan. Kedua pekerjaan itu harus dilakukan secara harmonis. Demikian juga amar ma'ruf dan nahi munkar, keduanya harus ada yang melakukan. Karena itu harus ada rakyat yang bekerja untuk membangun negeri dan harus ada polisi yang menjaga keamanan rakyat. Dan sebagai negara dengan mayoritas Islam maka di Indonesia harus ada pula umat Islam yang menjaga keamanan agama Islam. Untuk itulah FPI didirikan. Semoga ini menjadi pembagian tugas harmonis yang saling menguatkan."

Pernyataan Rizieq bukan tanpa alasan. Aparat penegak hukum tak berbuat semestinya ketika ada yang melecehkan Islam. Misalnya, kasus pelecehan yang dilakukan Gus Dur, yang pernah mengatakan bahwa Al-Qur'an merupakan kitab suci paling porno. Ketika itu, sekitar pertengahan Juni 2006, gabungan ulama Madura, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta bersama dengan beberapa pimpinan ormas Islam, mendatangi Mabes Polri di Jakarta, mengadukan Gus Dur kepada Kepolisian terkait dengan penodaan terhadap Al-Quran. Namun, Gus Dur tidak pernah dimasukkan ke dalam sel karena pelecehannya itu, meski sejumlah ulama sudah melaporkannya.

Masih banyak ucapan dan perbuatan orang-orang sealiran Gus Dur yang gemar memprovokasi dan melecehkan agama Islam. Tapi, nyaris tak terjerat hukum. Syafii Maarif di Republika berkali-kali menulis dengan nada menyindir dan melecehkan, bahkan Maarif pernah menggunakan istilah preman berjubah untuk menyerang lawan ideologisnya. Maarif juga pernah menelikung pemikiran buya HAMKA ketika ia membahas soal tafsir buya HAMKA terhadap surat Al-Baqarah ayat 62 dan surat Al-Maidah ayat 69 (harian Republika, rubrik Resonansi, Selasa, 21 Nopember 2006).

Ini sangat aneh. Maarif yang mantan Ketua PP Muhamadiyah lebih condong membela kekafiran berfikir, dan hal itu difasilitasi oleh harian Republika yang katanya koran umat Islam. Bila Maarif dilaporkan ke polisi, ia tidak bisa dijerat hukum. Lalu ke mana kegeraman umat Islam itu dapat disalurkan? Barangkali, FPI telah menjadi pilihan sebagai salah satu salurannya.

Kalau Republika saja berani memfasilitasi tulisan-tulisan yang seperti itu, apalagi harian Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Majalah Tempo, Seputar Indonesia, Rakyat Merdeka, Indopos, Jawa Pos, dan sejumlah koran lainnya yang masih satu group dengan Kompas dan Jawa Pos.


Kelompok Liberal menolak RUU-APP

Koran dan majalah itu, sangat gigih menentang aspirasi umat Islam. Ketika RUU APP diperjuangkan, mereka memposisikan diri secara tegas, yaitu menentang. Begitu juga ketika Perda Syari'ah digulirkan, mereka juga ikut-ikutan menentang.

Demikian halnya ketika aspirasi umat Islam meminta Ahmadiyah dibubarkan mereka juga menentang.

Apa yang menjadi pendirian media massa itu jelas sebuah provokasi. Apalagi ditambah dengan provokasi sejumlah orang yang berpaham sepilis, seperti Syafii Anwar (ICIP), Ahmad Suaedy (The Wahid Institute), Guntur Romly (JIL) yang pernah mewawancarai Gus Dur, dan menghasilkan pelecehan berupa pernyataan "Al-Qur'an merupakan kitab suci paling porno" yang disampaikan Gus Dur, sebagaimana pernah dipublikasikan pada situs JIL.

Ketiga nama di atas, tercantum di dalam petisi AKKBB yang dimuat berbagai media. Dan… Subhanallah, Allahu Akbar…, ketiganya ternyata menjadi korban kekerasan yang dilakukan massa Laskar Islam.

Padahal, saya yakin massa Laskar Islam (yang di dalamnya terdapat laskar FPI) sama sekali tidak tahu siapa yang mereka pukuli itu.

Mereka tidak kenal wajah Syafii Anwar yang membela Ahmadiyah melalui berbagai wawancara dan tulisannya. Mereka tidak kenal wajah Ahmad Suaedy dari The Wahid Institute yang tulisannya amat sangat membela Ahmadiyah dan aliran sesat lainnya. Mereka juga tidak kenal Guntur Romli aktivis JIL yang produktif menelurkan tulisan-tulisan penyesatan. Dari ketiga nama tadi, Guntur Romli yang paling parah, sehingga hampir seluruh wajahnya berbalut perban.

Untung saja, Gus Dur dan Dawam Raharjo tidak hadir di Monas 01 Juni 2008 lalu. Kalau saja mereka hadir, entahlah apa yang akan terjadi. Mungkin lebih parah dari Guntur Romli. Logikanya, Guntur Romli saja yang tidak dikenal massa sudah sedemikian bonyok, apalagi Gus Dur dan Dawam Raharjo?

Salah satu tulisan Ahmad Suaedy di situs The Wahid Institute berjudul Kasus Ahmadiyah dan Problematika Kebangsaan di Indonesia, ia membahas (membela) Ahmadiyah dengan alasan yang tidak ada kaitannya dengan akidah. Seolah-olah para penolak Ahmadiyah itu adalah orang-orang yang menganut Wahhabi dan takut tersaingi oleh Ahmadiyah. Dua alinea tulisan Suaedy sebagai berikut:

imagePasang naiknya penyerangan dan kekerasan terhadap Ahmadiyah dan juga aliran-aliran Islam tertentu, tampaknya tidak terpisah dari perkembangan internasional, yaitu kian eratnya hubungan kelompok-kelompok Islam tertentu dengan negara-negara yang dominan di dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI). Sebagaimana diketahui umum, OKI didominasi negara-negara kaya minyak di Timur Tengah yang memiliki kepentingan menyebarkan Islam sesuai dengan cara pandang mereka, yang pada umumnya Wahabi, ke seluruh dunia.

Mereka juga berambisi untuk menjadi representasi dunia Islam dibanding wilayah lain dan kelompok Islam lain manapun. Ahmadiyah adalah salah satu aliran Islam yang memiliki kepemimpinan (Amir) dunia yang berkedudukan di London. Struktur organisasi internasional yang kuat dan kepercayaan belahan dunia kepada Ahmadiyah yang cukup meyakinkan, menjadikan negara-negara dominan di dalam OKI kuatir. Mereka berupaya keras menindas aliran Islam yang menjadi pesaing mereka, terutama secara internasional
.


imageBukan cuma Ahmad Suaedy yang membela Ahmadiyah dengan landasan yang tidak jelas. Ada juga tulisan Imam Ghazali Said dengan judul Membela Ahmadiyah yang Dizalimi : "GAI dan JAI, setelah saya melakukan studi terhadap kitab Tadzkirah, testimoni, interogasi, dan dialog dengan para tokoh dan kaum awam pengikut JAI, ternyata mereka tidak keluar dari kriteria muslim dan mukmin di atas. Karena itu, saya konsisten mengikuti nurani dan kajian ilmiah untuk "Membela JAI" tanpa mempertimbangkan akan dibenci kelompok muslim yang menyesatkan Ahmadiyah atau tidak." (Jawa Pos, Senin, 28 Apr 2008)

Namun sampai kini, publik tidak pernah membaca kajian ilmiah karya Imam Ghazali Said yang dijadikan landasan membela Ahmadiyah. Apakah kajian ilmiahnya itu reliable, valid atau tidak, kita tidak tahu. Kita juga tidak tahu, apakah dia mempunyai kompetensi dan kualifikasi untuk melakukan kajian ilmiah terhadap Ahmadiyah?

Kalau kajian ilmiahnya memang benar ada, silakan disajikan ke publik, kemudian dibandingkan dengan hasil pemantauan Bakor Pakem yang dikeluarkan 16 April 2008 lalu. Bandingkan juga dengan hasil temuan fakta-fakta kebohongan Ahmadiyah yang ada di LPPI. Berani?

Harian Kompas dan sebagainya, memang sudah bisa dipastikan akan selalu memposisikan diri menentang aspirasi umat Islam, dan cenderung membela kekafiran sebagaimana dijajakan kaum sepilis. Jangankan Kompas, harian Seputar Indonesia yang baru memasuki tahun ketiga saja, sudah berani memprovokasi dengan menampilkan tulisan penganut sepilis di hariannya itu. Antara lain, Ayu Utami yang mengisi kolom tetap bertajuk Kodok Ngorek, di halaman 13 Seputar Indonesia Minggu.

Sebagai contoh, kita ambil tiga tulisan Ayu Utami di harian Seputar Indonesia Minggu, beberapa saat sebelum ia cuti melahirkan. Yaitu, edisi 20 April 2008, edisi 27 April 2008 dan edisi 4 Mei 2008.

Pada edisi 20 April 2008, Ayu Utami memberi judul tulisannya dengan hal-hal yang berbau agama, yaitu "Sekte Poligami". Padahal, yang dilaporkannya adalah sebuah sekte yang menganut paham seks bebas, dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan poligami yang dikenal umat Islam. Yaitu, Commune Friedrichshof yang didirikan oleh Otto Muhl di tahun 1972 (di Austria), dan sekte Yearning for Zion yang saat ini sedang populer di Texas.

Mengapa Ayu Utami yang nggak ngerti agama, dan mungkin anti agama ini, menggunakan istilah-istilah yang berbau agama (poligami) untuk sebuah tulisan yang isinya tidak ada kaitan dengan agama? Mengkaitkan istilah poligami dengan seks bebas ala binatang seperti dilakoni kedua sekte tadi, jelas sebuah pelecehan terhadap agama dan umat Islam.

Lebih jauh, di akhir tulisannya yang melecehkan istilah poligami itu, Ayu Utami tampak membela Ahmadiyah. Perlu diketahui, nama Ayu Utami ini termasuk berbanjar di iklan petisi AKKBB yang dipublikasikan media massa.

Dari semangatnya memilih istilah poligami untuk ditubrukkan dengan sekte seks bebas ala binatang, maka kita bisa menarik kesimpulan, Ayu Utama anti poligami, membenci poligami, dan sebagainya.

Semangat anti poligaminya itu juga terasa ketika ia menulis di harian yang sama, edisi 27 April 2008, dengan judul Ibu Kita. Isinya, menggambarkan sikap teguh ibunda Chairil Anwar (sastrawan Angkatan 45) yang rela memilih kehidupan yang tak pasti karena sang suami menikah lagi.

Semakin terasa lagi, ketika Ayu Utami menorehkan penanya untuk menyusun tulisan berjudul Adopsi, di harian yang sama, edisi 4 Mei 2008. Isinya sebenarnya cukup mulia, ia menawarkan alternatif, bagi mereka yang gemar punya anak banyak, mengapa tidak ditempuh dengan jalan adopsi.

Tapi, Ayu Utami tidak sekedar menawarkan gagasannya yang mulia itu, ia juga mengambil contoh sambil menyindir (bahkan terkesan melecehkan):

… Ada pula –nah, yang ini bukan teman– yang dengan sengaja beristri banyak dan beranak sangat banyak. Seperti Tuan F dari suatu "organisasi", yang tujuannya mau mengalahkan iblis dunia, Amerika Serikat. Tuan F ini, agaknya setiap kali bersetubuh membayangkan akan menaklukkan AS. Ada nalar juga kepada Tuan F ini (bukan dengan bintang tiga F***, melainkan empat). Soalnya, dari urutan populasi terbanyak dunia, Indonesia nomor 4, sementara AS nomor 3.


Siapa yang dimaksud Ayu Utami dengan Tuan F tadi? Tak lain adalah Fauzan Al-Anshari, sedangkan "organisasi" yang dimaksudnya adalah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Fauzan Al-Anshari, pria kelahiran Yogyakarta, 2 September 1966 ini memang beristri empat. Sedangkan jumlah anaknya mencapai 20 orang lebih. Ia tinggal di Jatinegara Timur III No. 26 Jakarta Timur 13350 (Tel./Fax : 021-8517718, HP 0811 100 138).

Apa kepentingan Ayu Utami dengan nada miring menjadikan Fauzan sebagai ilustrasi (negatif) tulisannya yang membela ledakan penduduk? Kalau Ayu Utami benar-benar mengerti kebebasan berekspresi, kebebasan beragama dan berkeyakinan, mengapa pula ia harus 'risih' dan 'repot' dengan pendirian orang lain yang beristri banyak dan beranak banyak? Apalagi, Ayu Utami sampai menuliskan sederet kalimat yang tergolong sarkas: "…Tuan F ini, agaknya setiap kali bersetubuh membayangkan akan menaklukkan AS."

Ternyata, kebebasan berekspresi dan berpendapat yang diterapkan Ayu Utami adalah termasuk bebas mengejek orang lain yang tidak sepaham dengannya. Dari sini saja, kita sudah bisa simpulkan, bahwa mereka yang mengusung tema kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat, kebebasan beragama dan berkeyakinan itu, ternyata adalah orang-orang yang tidak bisa menerima pendirian orang lain yang berbeda dengan mereka. Mereka ingin setiap orang sama satu selera dengan mereka. Bila tidak sama, maka orang itu akan diolok-olok dengan berbagai istilah. Siapa yang sebenarnya tidak toleran dan kekanak-kanakan?

Kalau ejekan, olok-olok, dan provokasi itu dibalas dengan pukulan dan pentungan ala FPI apakah ini adil? Jelas adil, karena kekerasan dibalas dengan kekerasan juga. Maksudnya, kekerasan (intelektual) dibalas dengan kekerasan (fisik).

Cobalah sekali-kali anda buat tulisan yang mengolok-olok, mengejek dan memprovokasi Mike Tyson dengan pena anda. Kemudian ketika Tyson marah, berikan jawaban, "Mike, you punya hak jawab. Bikinlah tulisan yang membantah hal itu." Apakah Tyson akan menulis sanggahan? Belum tentu. Yang pasti dia akan menghampiri anda dan menyarangkan pukulannya ke wajah anda hingga bonyok. Soalnya, Mike Tyson khan nggak bisa nulis. Tentu sangat tidak fair orang yang tidak bisa nulis –cuma bisa nonjok– disuruh nulis. Ya khan?

Kalau saja Mike Tyson itu adalah warga negara Indonesia, boleh jadi dia akan bergabung ke dalam laskar FPI atau Laskar Islam pimpinan Munarman. Kalau itu terjadi, kita harus menerima hal itu sebagai sebuah keniscayaan.


Para Wali Melindungi dan Mengawasi Setiap Orang

Ahad, 22 Juni 2008
Untuk melindungi mahluk-Nya dari masalah, Allah SWT mengutus para nabi untuk membawa orang-orang itu dibawah sayap-sayap mereka. Dan setelah Nabi Muhammad SAW, tidak ada lagi nabi. Dia adalah Nabi Terakhir. Dia memberikan kekuatan itu sebagai warisan kepada para wali; karenanya, walaupun kita hidup di suatu masa dimana tidak ada seorang nabi baru yang dilahirkan, para wali dilahirkan untuk melanjutkan ajaran para nabi.

Ada wali-wali atau orang-orang saleh untuk orang Islam, dan ada juga orang suci untuk orang non Islam. Jangan pernah berpikir bahwa Allah akan meninggalkan orang-orang non Islam. Jangan! Semoga Allah mengampuni kita. Ini tidak mungkin. Allah yang Maha Besar tidak akan mengijinkan. Allah memberi perintah dan ijin kepada Sayyidina Muhammad SAW, yang mewariskan statusnya sebagai pelindung kepada wali-wali tingkat tinggi, untuk membawa kedua-duanya, orang-orang Islam dan masyarakat non Islam dibawah sayap mereka.

Jika kalian pergi kesuatu samudera atau suatu kolam renang, dan kalian mempunyai seorang anak yang tidak mengetahui caranya berenang, akankah kalian menyuruhnya berdiri lalu mendorongnya kedalam air, dan mengatakan kepadanya untuk menyelamatkan dirinya sendiri? Bagaimana dia akan menyelamatkan diri? Dia akan tenggelam. Kita semua adalah anak-anak dihadapan Kebesaran Allah. Jadi, apakah kalian berpikir bahwa Allah akan meletakan kita didepan lautan atau kolam renang, mendorong kita kedalamnya, dan berkata, “Oh! Kamu harus menyelamatkan dirimu sendiri!”

Bagaimana kita bisa menyelamatkan diri kita? Keinginan jelek dari ego selalu menyerang kita. Setan juga menyerang kita. Bagaimana kita bisa menyelamatkan diri? Karena itulah mengapa Allah mengirimkan utusan-Nya, untuk mengajari kita bagaimana menyelamatkan diri. Dan jika kita tidak mampu menyelamatkan diri, apa yang akan mereka lakukan ketika seseorang terjatuh kedalam lautan atau kolam renang, apakah membiarkan orang itu berjuang sendiri dan tidak ada seorangpun datang menyelamatkannya? Apa yang akan terjadi?
Ketika paramedis datang apa yang mereka lakukan? Mereka menariknya keluar dan melakukan CPR. Mereka memberinya nafas buatan dan mengeluarkan air dari paru-parunya. Apakah kalian pikir para wali tidak dapat melakukan hal seperti itu, untuk orang-orang beriman dan orang-orang yang tidak beriman? Kalian pikir mereka tidak mengawasi orang-orang dan menyelamatkan mereka.

Semua orang di bumi ini diawasi atau dimonitor – jika hari ini semua orang diawasi oleh tehnologi modern, lalu apakah kalian pikir Tuhan tidak sedang mengawasi kita dan memberi kuasa kepada Rasulullah SAW, dan dari Rasulullah SAW kepada para wali untuk menyelamatkan orang? Untuk melakukan CPR terhadap mereka ketika perlu, atau membuat kejutan elektrik pada jantung mereka untuk menyadarkan mereka dan membuat mereka kembali sadar?
Pengawasan dan penyadaran itu pasti terjadi. Tetapi kita seperti orang-orang yang dibius, tidak sadar akan apa yang sedang dilakukan para wali pada hati kita. Mereka bekerja siang dan malam pada layar besar itu. Setiap rombongan ada disana. Setiap manusia ada dilayar itu. Kemudian, alat pencatat tingkah laku setiap orang muncul. Siapa yang diatas, siapa yang dibawah?
Dari hari pertama hingga hari terakhir kehidupanmu, mereka memeriksa tabel kalian! Apakah tabel itu sedang naik, sedang menurun atau melompat naik dan turun. Tanggung jawab untuk mengawasi diberikan kepada Nabi SAW, yang meminta beberapa penolong. Maka Allah SWT memberinya para penolong dan ahli waris untuk rahasia itu – Para Sahabat, lalu para wali, dan kemudian kepada murid-murid mereka.

Saat ini, kalian akan menemui banyak orang yang akan berkata, “Aku milik syaikh ini atau syaikh itu atau syaikh itu.” Baiklah, untuk mengatakan hal seperti itu, tetapi mungkin syaikh itu tidak membawa rahasia. Rahasia tidaklah sederhana, dan tidaklah mudah. Ada banyak syaikh saat ini yang mengakui bahwa mereka memiliki kuasa, lalu para pengikut mereka tersesat. Ini adalah pemberian dan tanggung jawab yang mengagumkan, memiliki kekuatan dari Nabi SAW untuk mengawasi atau memonitor layar besar itu, untuk setiap orang yang telah ditentukan untukmu sebagai pengikut – untuk melihat apa yang dia lakukan setiap hari, dan mencoba untuk menjaganya tetap berada digaris kemenangan, bukan garis kegagalan. Ini merupakan sebuah tugas besar bagi seorang syaikh untuk memelihara para pengikutnya.

Hadratusyaikh berkata bahwa tubuh manusia mempunyai 366 titik tekanan. Ketika murid-murid mereka membutuhkan pertolongan atau penyembuhan, dan ketika mereka diberikan ijin. Ini berlaku terutama pada Naqshbandi, yang tidak selalu menunjukan keajaiban kecuali dengan cara tersembunyi. Para wali bisa dengan mudah menekan titik-titik dan mengirimkan energi dari tangan mereka. Ini akan mengirim energi dan menghidupkan serta meremajakan lagi seluruh organ yang sakit, dengan tujuan agar organ itu bisa bergerak dan berfungsi secara normal. Aku akan mendiskusikan poin-poin ini secara lebih rinci nanti.

Sebagai malaikat-malaikat yang bertanggung jawab untuk para pengikut mereka, para wali diberikan ijin oleh Nabi SAW untuk melihat dan mengawasi para pengikut mereka pada layar besar ini. Setiap pengikut mempunyai layar seperti itu, dan setiap orang dari mereka seperti sebuah pabrik atau perusahaan lengkap yang naik dan turun. Masing-masing tindakan individu akan ditempatkan pada layar itu setiap hari. Dan syaikh mengawasinya. Karena syaikh mengawasi kegiatan harian mereka – dia mungkin akan campur tangan ketika melihat sesuatu yang salah – memotivasi murid untuk kembali kepada kebenaran.

Syaikh bisa menciptakan sebuah perjuangan atau konflik untuk muridnya di kehidupannya, dan kemudian mengawasinya untuk melihat apakah dia marah atau tidak. Jika kalian tidak marah dan sabar, dengan segera mereka bisa tidak memperhatikan tindakan tidak baikmu; lalu tabelmu akan naik lebih tinggi – petunjuk akan muncul kembali.

Haqqulloh-Rohmatulloh-Ridho Alloh
Wwabillahittaufiq Wal Hidayah
(Bagian pertama dari dua tulisan)
Oleh Ir. Muhamad Umar Alkatiri
Mantan Napol Kasus Peledakan BCA

Keberadaan FPI dan tindakan anarkis yang melekat padanya adalah sebuah keniscayaan, sesuatu yang sulit ditolak, karena ia lahir dari sebuah sistem yang memang tidak adil.

FPI lahir karena aparat resmi yang seharusnya menjalankan nahimunkar, tidak bekerja sebagaimana mestinya. Malahan, mereka menjadi bagian dari kemungkaran itu sendiri. Seperti, menjadi backing tempat pelacuran, tempat perjudian, dan aneka kemaksiatan lainnya. Ini alasan pertama. Alasan kedua, kualitas kemaksiatan-kemungkaran semakin meningkat, bahkan lebih leluasa dibanding negara paling liberal sekalipun. Indonesia, belasan tahun yang lalu cuma jadi daerah lintasan narkoba, kini bahkan sudah menjadi pabrik terbesar ekstasi dan aneka obat-obatan psikotropika lainnya, tidak hanya untuk kawasan Asia Tenggara.

Di negara liberal, tempat berlangsungnya kegiatan maksiat dibatasi hanya pada lokasi-lokasi tertentu, dan usia pengunjung diawasi ketat. Di Indonesia, di setiap kecamatan (bahkan kelurahan) bisa ditemui tempat maksiat, yang bisa dikunjungi anak-anak usia sekolah setingkat SMP. Begitu juga dengan peredaran VCD porno dan berbagai material pornografi lainnya, dapat diperoleh dengan mudah di setiap pasar atau pertokoan, yang bisa dengan mudah diakses anak-anak di bawah umur, apalagi dengan harga terjangkau (hanya beberapa ribu rupiah saja).



Alasan ketiga, media massa selalu menampilkan sosok FPI yang sedang beraksi dengan kekerasan. Mereka sama sekali tidak pernah menyoroti peristiwa sebelumnya. Yaitu, ketika FPI menulis surat kepada Kapolda atau DPRD dan lain-lain agar suatu tempat maksiat segera ditutup, tidak diberitakan. Begitu juga ketika FPI bernegosiasi dengan pemilik tempat hiburan. Bahkan ketika laskar FPI diserang lebih dulu, media massa tak berminat meliputnya. Barulah ketika FPI membalas, liputan media massa begitu luas, kemudian diikuti oleh berbagai komentar dan caci maki.

Ini jelas tidak adil. Kondisi seperti inilah yang melahirkan ormas seperti FPI. Setuju atau tidak, mau atau tidak mau, FPI akan lahir juga. Artinya, FPI dilahirkan oleh sistem sosial yang diskriminatif. Kalau toh FPI berhasil dibubarkan, maka akan lahir berbagai 'FPI' lainnya. FPI dan berbagai 'FPI' lainnya akan hilang, bila sistem yang tidak adil juga hilang, aparat resmi yang bertugas menjalankan nahimunkar, berfungsi sebagaimana mestinya.

FPI telah menjadi 'kebutuhan' bagi sebagian masyarakat (Islam). Tanyakan hal ini kepada masyarakat jalan Ketapang, Jakarta Pusat. Penduduk jalan Ketapang yang mayoritas Betawi dan Muslim ini, sering jengkel atas arogansi preman Ambon Kristen (beberapa di antaranya Batak Kristen) yang menjadi centeng berbagai tempat hiburan (maksiat) di sekitarnya. Pasca 'perang terbuka' antara puluhan laskar FPI dengan sekitar hampir tiga ratus preman centeng itu, yang terjadi di penghujung tahun 1998, kini warga di jalan Ketapang merasa lebih tenang dan bermartabat.

Puluhan laskar FPI yang jumlahnya tidak seimbang dengan ratusan preman centeng kala itu, berhasil menewaskan sekitar 15 orang preman penjaga tempat maksiat. Dari peristiwa Ketapang ini telah menjadi pemicu terjadinya tragedi pembantaian terhadap umat Islam di Ambon sejak Januari 1999. Preman Ambon Kristen yang terdesak di Ketapang lari pulang kampung dan mengobarkan perang 'saudara' di sana. Bersamaan dengan itu, sejak Desember 1998, terjadi kasus Poso, yang intinya pembantaian terhadap umat Islam juga.

Pada kasus Poso dan Ambon , yang memulai tragedi adalah umat Kristen, namun jusru umat Islam-lah yang dituding membantai umat Kristen. Media massa nasional dan internasional memposisikan umat Islam yang mayoritas membantai umat Kristen yang minoritas. Padahal, yang terjadi kebalikannya, yaitu anarki minoritas terhadap mayoritas.

Dari kondisi seperti ini, yang dibutuhkan umat Islam bukan cuma FPI tetapi juga Laskar Jihad, Laskar MMI dan JI (Jamaah Islamiyah). Sebab, pemerintah dan aparat penegak hukum kurang memihak kepada umat Islam.

Umat Islam disuruh berdamai, padahal biang terjadinya konflik horizontal ini adalah umat Kristen. Bahkan korban terbanyak dari kasus Ambon dan Poso adalah umat Islam. Bagaimana mungkin pihak yang terzalimi diminta menahan diri?




Kelompok Liberal menolak RUU-APP

Belum sembuh luka-luka umat Islam akibat pembantaian umat Kristen pada Kasus Poso (sejak Desember 1998) dan Ambon (sejak januari 1999), ternyata luka itu tergores lagi melalui sikap umat Kristen dan umat non Muslim lainnya yang tanpa dasar yang jelas menolak RUU APP bersama-sama dengan para fundamentalis sekuler dan kaum sepilis. Begitu juga dengan sikap umat Kristen yang menolak Perda syariah. Ini jelas bagian dari provokasi umat Kristen tehadap umat Islam. Namun yang disalahkan justru umat Islam.

Boleh jadi, kasus Bom Malam Natal 2000, adalah puncak kemarahan umat Islam yang diwakili fundamentalis JI (Jama'ah Islamiyah), sebagai reaksi atas terjadinya kasus Poso dan Ambon, yang intinya merupakan praktek muslim cleansing terencana di dua daerah tersebut. Namun umat Kristen tidak juga mawas diri, mereka terus dengan sikap pongahnya menantang umat Islam.

Terbukti, kini mereka ikut-ikutan menentang pembubaran Ahmadiyah. Padahal, kasus Ahmadiyah adalah murni kasus pelanggaran akidah umat Islam, tidak ada hubungannya dengan akidah umat Kristen dan umat non Muslim lainnya.

Kalau Indonesia mau damai, pertama, jangan hanya mencari kambing hitam, menyalahkan FPI, MMI, HTI, JI, dan sebagainya yang dituding sebagai Islam garis keras, Islam fundamentalis. Tapi pemerintah harus bisa menampung aspirasi umat Islam. Memang umat Islam yang mayoritas (silent majority) tidak banyak bersuara sebagaimana minoritas nyaring yang didukung berbagai media massa. Namun boleh jadi, mereka merasa terbela dengan adanya kalangan Islam fundamentalis. Buktinya, polling pembubaran FPI yang dilakukan beberapa pihak antara lain SCTV, menunjukkan hasil yang tak terduga: suara mereka yang menolak FPI dibubarkan lebih besar dari yang setuju.

Yang kedua, umat non Muslim jangan memulai tragedi berdarah seperti di Poso dan Ambon. Namun kalau sudah berani memulai pertikian, maka harus konsekuen menerima segala resiko yang timbul. Jangan pula menantang-nantang umat Islam dengan kedok kebangsaan, kebebasan beragama dan berkeyakinan, seta kebhinekaan dan pluralisme. Umat Islam sangat tahu, bahwa itu semua hanya kedok untuk menutupi hajat memerangi Islam. Naluri memerangi Islam yang ada di dalam diri umat non Islam harus dibuang jauh-jauh. Sebab umat Islam tidak akan pernah takut dengan tantangan umat non Islam.

Masalahnya, umat Islam seringkali berada dalam situasi dilematis. Didiamkan saja, tambah ngelunjak. Kalau disikapi dengan santun, mereka tidak juga mau berhenti menantang-nantang, bahkan terus memprovokasi. Sehingga ketika ilalang kering sudah terbakar, maka yang terjadi adalah anarki. Kalau sudah begini, maka media massa nasional dan internasional pun menjadikannya bahan publikasi memojokkan Islam.

Ketiga, media massa juga jangan menjadi sumber provokasi. Selain harus bersikap profesional dan memenuhi etika jurnalistik, media massa juga jangan sok tahu dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama. Kasus pemuatan foto Munarman mencekik anggotanya sendiri, yang oleh Koran Tempo ditulis mencekik anggota AKKBB, menunjukkan bahwa profesionalitas Koran Tempo masih rendah. Bambang Harimurty dan Goenawan Mohamad terbukti tidak profesional, bahkan terkesan emosional.

Provokasi media massa seperti Koran Tempo, Majalah Tempo, Kompas, Media Indonesia, Jawa Pos, Indo Pos, Rakyat Merdeka, Sinar Harapan, Suara Pembaruan dan Seputar Indonesia, yang gemar memuat pemikiran-pemikiran kalangan liberal, sebaiknya dihindari sama sekali. Sejak tahun 1970-an Majalah Tempo, Kompas dan Sinar Harapan sudah menjajakan pemikiran-pemikiran liberal, tentu dengan harapan akan tumbuh budaya pemikiran Islam yang pluralis, sehingga kondusif membangun kedamaian. Kenyataannnya, meski sudah bermilyar kata ditulis Cak Nur dan Gus Dur, konflik horizontal tetap saja terjadi.

Karena, akar masalahnya bukan di situ. Penyebab konflik horizontal bukan karena adanya pemikiran ke-Islam-an yang tekstual, puritan atau fundamentalistis, tetapi karena adanya ketidak adilan yang sudah berlangsung sejak awal kemerdekaan. Jadi media massa jangan sok tahu dengan diagnosanya yang keliru.

Keempat, pemerintah juga harus tegas dan adil, bila kekerasan fisik sebagaimana dilakukan FPI dan Laskar Islam bisa menyebabkan komandannya masuk penjara, maka kekerasan berkedok intelektual juga harus diproses secara hukum. Gus Dur amat sangat sering melakukan kekerasan seperti ini. Begitu juga dengan Syafii Maarif di harian Republika. Kalau Habib Rizieq dan Munarman diproses secara hukum, maka mereka yang namanya tercantum di dalam petisi AKKBB sebagaimana dimuat berbagai media massa, harus juga diproses secara hukum.

Kalau pemerintah tetap saja membiarkan AKKBB bebas dari proses hukum, padahal mereka menjadi penyebab konflik horizontal, ini sama saja dengan menyuburkan potensi radikalisme, anarkisme, fundamentalisme di kalangan masyarakat yang sudah geram.

FPI tidak akan punah selama kondisi yang memungkinkannya eksis tetap terjaga. Pemerintah bisa membubarkan FPI, namun 'FPI' lainnya akan lahir menggantikan. Pemerintah bisa saja mengeliminasi Habib Rizieq atau Baasyir, namun dalam waktu amat singkat akan lahir Rizieq dan Baasyir yang baru.

Yang harus dilakukan pemerintah adalah bersikap tegas. Bubarkan Ahmadiyah, bubarkan JIL, dan aneka kesesatan lainnya. Juga, suruh umat non Islam tutup mulut dan jangan ikut campur persoalan umat Islam. Selama ini mereka terbukti selalu mencari gara-gara, menantang perang dan memprovokasi. Mereka tidak toleran.

Dari insiden Monas, pemerintah seharusnya menjadikan peristiwa itu sebagai pelajaran berharga. Jangan sampai terulang lagi. Kalau yang marah hanya FPI, masih mending, paling yang mereka bawa cuma pentungan. Coba, kalau yang marah dari kalangan JI (Jamaah Islamiyah), berapa banyak lagi kasus peledakan akan terjadi? (bersambung..)

catatan redaksi : Liberalisasi Islam or Islamisasi Liberal??
image

imageAhmad Dhani seorang keturunan Yahudi adalah salah satu tokoh penting dalam program Libforall Indonesia. (Semua harus Liberal). Sebuah agenda Zionist dinegeri Muslim Terbesar Indonesia.

cek situsnya di
http://www.libforall.org/indonesia/programs-indo-program.html

Selamatkan Generasi Muslim dari bahaya Liberalism
Oleh : Redaksi 13 Jun 2008 - 4:00 pm
Katagori : Counter Liberalisme

Strategi yang dilakukan kelompok liberal dan juga para sekutunya di Indonesia untuk menghancurkan gerakan-gerakan Islam—termasuk Front Pembela Islam (FPI), adalah dengan dua cara utama: Strategi Izharul Islam, yakni berpura-pura sebagai bagian dari kelompok umat Islam Indonesia namun dari “dalam” menghancurkan Islam itu sendiri. Dalam sejarah negeri ini, strategi Izharul Islam telah diperkenalkan oleh seorang orientalis Yahudi Belanda bernama Snouck Hurgronje yang berpura-pura menjadi seorang Muslim namun dikemudian hari terbukti bahwa Hurgronje merupakan musuh dalam selimut. Demikianlah yang dikerjakan kaum liberal di Indonesia.

Strategi kedua adalah dengan memecah-belah umat Islam Indonesia (devide et Impera). Mereka memecah umatan tauhid ini dengan istilah-istilah kaum pembaharu dan kaum tradisional, kaum radikal dan kaum moderat, Islam liberal dan Islam Literal, bahkan Jaringan Rahmatan Alamin (maksudnya “Islam” yang berbaik-baik dengan Zionis-Yahudi seperti halnya Abdurrahman Wahid dan kawan-kawan) berhadapan dengan Jaringan Terorisme.

Suatu istilah yang keji yang dipakai secara terang-terangan di situs libforall.com


Guna meracuni opini publik maka senjata utama mereka adalah media massa, baik cetak (majalah, koran, tabloid, dan aneka penerbitaan buku), radio, situs dan aneka milis, maupun teve. Serangan media massa jaringan liberal ini secara kasar terlihat sekali dalam memberitakan apa yang terjadi setelah peristiwa bentrokkan di Monas, 1 Juni 2008.

Mereka beramai-ramai berusaha keras membentuk opini publik bahwa FPI harus dibubarkan karena meresahkan masyarakat, radikal, bahkan disebut sebagai ‘barisan preman berjubah’. Di sisi lain mereka menayangkan aneka liputan tentang bagaimana tertindasnya kelompok sesat Ahmadiyah. Mereka sama sekali tidak memuat sejumlah fakta bahwa AKKBB sebenarnya menyalahi rute aksi di hari tersebut, memprovokasi dan menantang FPI terlebih dahulu, bahkan ada peserta demonya yang membawa-bawa senjata api.

Padahal bisa dibayangkan, andaikata yang membawa senjata api itu salah seorang anggota FPI, maka dalam waktu sekejap pasti dunia internasional sudah mengetahuinya, bahkan tidak mustahil Kedubes AS akan segera menekan SBY untuk menangkap si pelaku.Dan SBY segera memerintahkan Kapolri untuk menurunkan Pasukan Elit Polri Densus 88 untuk memburunya.

Apa yang dilakukan media massa pro-liberal ini sesungguhnya mengikuti arahan yang sudah ditulis oleh Cheryl Bernard dari think-tank Zionis Amerika (kelompk Neo-Con di mana salah satu pentolannya adalah Paul Wolfowitz, si Zionis-Yahudi Gedung Putih, teman dekat Abdurrhaman Wahid) bernama Rand Corporation dalam artikelnya yang berjudul “CIVIL DEMOCRATIC ISLAM, PARTNERS, RESOURCES, AND STRATEGIES”. Inilah artikelnya:

STRATEGI: PECAH BELAH KELOMPOK ISLAM
Langkah pertama melakukan klasifikasi terhadap umat Islam berdasarkan kecenderungan dan sikap politik mereka terhadap Barat dan nilai-nilai Demokrasi.


Pertama : Kelompok Fundamentalis: menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat kontemporer. Mereka menginginkan sebuah negara otoriter yang puritan yang akan dapat menerapkan Hukum Islam yang ekstrem dan moralitas. Mereka bersedia memakai penemuan dan teknologi modern untuk mencapai tujuan mereka.

Kedua : Kelompok Tradisionalis: ingin suatu masyarakat yang konservatif. Mereka mencurigai modernitas, inovasi, dan perubahan.

Ketiga: Kelompok Modernis: ingin Dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka ingin memodernkan dan mereformasi Islam dan menyesuaikannya dengan zaman.

Keempat : Kelompok Sekularis: ingin Dunia Islam untuk dapat menerima pemisahan antara agama dan negaradengan cara seperti yang dilakukan negara-negara demokrasi industri Barat, dengan agama dibatasi pada lingkup pribadi.

STRATEGI BELAH BAMBU DAN ADU DOMBA
Setelah membagi-bagi umat Islam atas empat kelompok itu, langkah berikutnya yang penting yang direkomendasi Rand Corporation adalah politik belah bambu. Mendukung satu pihak dan menjatuhkan pihak lain, berikutnya membentrokkan antar kelompok tersebut. Upaya itu tampak jelas dari upaya membentrokkan antara NU yang dikenal tradisionalis dengan ormas Islam yang Barat sering disebut Fundamentalis seperti FPI, HTI, atau MMI.

Hal ini dirancang sangat detil. Berikut langkah-langkahnya:

Pertama, Support the modernists first (mendukung kelompok Modernis) dengan,

image
  1. Menerbitkan dan mengedarkan karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi,

  2. Mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda,

  3. Memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam,

  4. Memberikan mereka suatu platform publik

  5. Menyediakan bagi mereka opini dan penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dari interpretasi agama bagi audiensi massa dalam persaingan mereka dengan kaum fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki Web sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolah-sekolah, lembaga-lembaga, dan sarana yang lainnya.

  6. Memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah pilihan “counterculture” bagi kaum muda Islam yang tidak puas.

  7. Memfasilitasi dan mendorong kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayannya, di media dan di kurikulum dari negara-negara yang relevan.

  8. Membantu dalam membangun organisasi-organisasi sipil yang independent, untuk Mempromosikan kebudayaan sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa untuk mendidik diri mereka sendiri mengenai proses politik dan mengutarakan pandangan-pandangan mereka.


Kedua, Support the traditionalists against the fundamentalists : Mendukung kaum tradisionalis dalam menentang kaum fundamentalis. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain,

image
  1. Menerbitkan kritik-kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum fundamentalis; mendorong perbedaan antara kaum tradisionalis dan fundamentalis.

  2. Mencegah aliansi antara kaum tradisionalis dan kaum fundamentalis.

  3. Mendorong kerja sama antara kaum modernis dan kaum tradisionalis yang lebih dekat dengan Kaum modernis.

  4. Jika memungkinkan, didik kaum tradisionalis untuk mempersiapkan diri mereka untuk mampu melakukan debat dengan kaum fundamentalis. Kaum fundamentalis secara retorika seringkali lebih superior, sementara kaum tradisionalis melakukan praktek politik „Islam pinggiran” yang kabur. Di tempat-tempat seperti di Asia Tengah, mereka mungkin perlu untuk dididik dan dilatih dalam Islam ortodoks untuk mampu mempertahankan pandangan mereka.

  5. Menambah kehadiran dan profil kaum modernis pada lembaga-lembaga tradisionalis.

  6. Melakukan diskriminasi antara sektor-sektor tradisionalisme yang berbeda. Mendorong orang-orang dengan ketertarikan yang lebih besar atas modernisme, seperti pada Mazhab Hanafi, lawan yang lainnya. Mendorong mereka untuk membuat isu opini-opini agama dan mempopulerkan hal itu untuk memperlemah otoritas dari penguasa yang terinspirasi oleh paham Wahhabi yang terbelakang. Hal ini berkaitan dengan pendanaan. Uang dari Wahhabi diberikan untuk mendukung Mazhab Hambali yang konservatif. Hal ini juga berkaitan dengan pengetahuan. Bagian dari Dunia Islam yang lebih terbelakang tidak sadar akan kemajuan penerapan dan tafsir dari Hukum Islam.

  7. Mendorong popularitas dan penerimaan atas Sufisme.


Ketiga, Confront and oppose the fundamentalists: Mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis. Langkah-langkahnya antara lain:

image
  1. Menentang tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan ketidak akuratannya.

  2. Mengungkap keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktiviats illegal.

  3. Mengumumkan konsekuensi dari tindakan kekerasan yang mereka lakukan.

  4. Menunjukkan ketidak mampuan mereka untuk memerintah, untuk mendapatkan perkembangan positif atas negara-negara mereka dan komunitas-komunitas mereka.

  5. Mengamanatkan pesan-pesan ini kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim, kepada minoritas kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita.

  6. Mencegah menunjukkan rasa hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan dari kaum Fundamentalis, ekstrimis dan teroris. Kucilkan mereka sebagai pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan.
  7. Mendorong para wartawan untuk memeriksa isu-isu korupsi, kemunafikan, dan tidak bermoralnya lingkaran kaum fundamentalis dan kaum teroris.

  8. Mendorong perpecahan antara kaum fundamentalis.


Keempat, Secara selektif mendukung kaum sekuler:

image
  1. Mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai suatu musuh bersama, mematahkan aliansi dengan kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan hal-hal seperti nasionalisme dan ideology kiri.
  2. Mendorong ide bahwa agama dan Negara juga dapat dipisahkan dalam Islam dan bahwa Hal ini tidak membahayakan keimanan tapi malah akan memperkuatnya. Pendekatan manapun atau kombinasi pendekatan manapun yang diambil, kami sarankan bahwa hal itu dilakukan dengan sengaja dan secara hati-hati, dengan mengetahui beban simbolis dari isu-isu yang pasti; konsekuensi dari penyesuaian ini bagi pelaku-pelaku Islam lain, termasuk resiko mengancam atau mencemari kelompok-kelompok atau orang-orang yang sedang kita berusahah bantu; dan kesempatan biaya-biaya dan konsekuensi afiliasi yang tidak diinginkan dan pengawasan yang tampaknya pas buat mereka dalam jangka pendek.


KELEMAHAN UMAT ISLAM INDONESIA
Umat Islam Indonesia sebenarnya kuat, kompak, dan berjuang menegakkan Islam dengan ikhlas, bahkan jika perlu nyawa pun jadi taruhannya. Hanya saja, kelemahan yang paling mendasar adalah umatan tauhid ini tidak memiliki media massa yang kuat, apakah itu koran atau stasiun teve.

Dan amat disayangkan pula, sebagian pemimpin umat ini sekarang sudah banyak yang dijangkiti penyakit wahn, yakni cinta dunia melebihi kecintaannya pada akherat, sehingga membeli mobil mewah seperti Bentley yang satu unitnya miliaran rupiah mampu, tapi membuat satu harian untuk kemashlahatan umat, mengaku tidak mampu. Padahal Bentley tidak akan bisa dibawa ke liang kubur.

Mudah-mudahan Allah SWT memberikan umatan tauhid ini seorang pemimpin yang sungguh-sungguh menegakkan dan menghidup Islam, bukan malah hidup dengan menunggangi umat Islam. Amien Ya Allah! (Tamat/Rizki/eramuslim)

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.