(AHMAD - 11358) : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdul Malik berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah dari Muhammad bin Ishaq dari 'Amru bin Yahya bin Umarah dari Bapaknya dari Abu Sa'id ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua tempat di bumi ini adalah masjid dan tempat bersuci, kecuali kuburan dan kamar mandi."

 Kedudukan Hadis
Hadis di atas diterangkan dalam Kitab Musnad Imam Ahmad, Juz XXIII, halaman 403, nomor hadis 11358; dan dalam Kitab al-Musnad al-Jami', Juz XIII, halaman 335, nomor hadis 4211.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ كُلُّ اْلأَرْضِ مَسْجِدٌ ﴾
“Semua bumi adalah masjid”.

Masjid secara bahasa (lughawi) adalah tempat bersujud. Di adopsi dari kata sajada. Dalam istilah ilmu alat (sharaf) kata “masjid” merupakan dharaf makan. Yang artinya tempat untuk sujud. Secara teknis sujud ada lima bagian dari anggota badan yang menyentuh ke bumi. Yaitu: kening, hidung, kedua telapak tangan, kedua dengkul, dan kedua kaki bagian ujung jari. Dari kelima anggota tubuh itu haruslah menyentuh bumi, agar sujud menjadi sempurna.


Secara istilah masjid, adalah sebuah bangunan yang didirikan sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah swt, terutama digunakan untuk shalat jum’at, jika tidak dipakai untuk shalat jum’at belum bisa dinamakan masjid; dan biasanya diiringi dengan kata jami’, sehingga menjadi masjid jami’. Lalu, masjid didefinisikan, sebuah bangunan yang diwaqafkan untuk dijadikan ibadah shalat jum’at, karena masjid adalah milik jamaah (umum) bukan milik pribadi atau kelompok tertentu.


Dalam sejarah, masjid adalah sebuah tempat yang dibangun Rasulullah saw sebagai sarana penunjang dakwahnya. Pada saat itu masjid sebagai pusat atau sentral dalam segala aspek dan fungsi kehidupan masyarakat di sekitarnya.


Pertama. Masjid berfungsi religi. Yaitu, tempat orang bersujud, mendekatkan diri, dan penghambaan kepada Allah swt. Dalam hadis Nabi saw telah diterangkan, bahwa di antara sekian ibadah manusia kepada Rabb-nya. Sujud adalah merupakan momentum yang paling dekat dalam hubungan antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Dalam sujud inilah seorang hamba biasanya mengadukan persoalan dan pelik kehidupan kepada Rabb-nya. Juga dalam sujud ini pula, seorang biasanya meminta dan memohon ampunan-Nya.


Kedua. Masjid berfungsi tarbawi. Yakni, sebagai pusat pengajaran agama dan pengetahuan umum. Para sahabat, isteri-isteri dan anak-anak berkumpul dan mengajukan pertanyaan kepada Nabi saw sekaligus mendengarkan jawaban, keputusan dan pengarahan beliau saw.


Ketiga. Masjid berfungsi sosial. Yaitu, sebagai pusat studi atas segala yang terjadi dalam masyarakat. Pada jaman Nabi jika salah satu dari jamaahnya ada yang tidak hadir di sebabkan sakit. Maka, jama’ah yang lain akan cepat segera menggetahui. Karena Nabi saw sesudah shalat selalu mengoreksi para sahabatnya. Dari masjid inilah semua yang tidak mampu dalam hal ekonomi terdata dan dibantu secara masimal. Sehingga tidak heran pada waktu itu banyak bermunculan orang-orang dermawan, seperti: sahabat Abu Bakar r.hu dan sahabat Usman bin Affan r.hu yang memberikan seluruh hartanya untuk fakir-miskin.


Yang patut direnungkan, apakah masjid-masjid sekarang ini masih berfungsi seperti masa Rasulullah saw dulu? Masihkah dijadikan sebagai syi’ar Islam dan pengajaran doktrin-doktrin agama, dan menyebarkan kasih-sayang di antara sesama? Sungguh sangat ironis jika masjid kita tidak berfungsi sebagaimana yang telah diteladankan Nabi saw.

Pemahaman Hadis
1. Masjidun. Artinya, tempat sujud.
Kata masjidun diambil dari fi’il madhi sajada. Artinya sujud. Semua bumi ini adalah masjid (tempat sujud), kecuali maqbarah dan kamar mandi.
Jika dibuat untuk i’tikaf (tinggal atau menetap di dalam masjid dengan niat beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt) harus di dalam masjid yang digunakan untuk shalat jum’at.
Menurut mazhab hanafi, i’tikaf adalah sekejab tanpa batas waktu tertentu, sekadar berdiam diri dengan niat.


Menurut mazhab syafi’i, sesaat, sejenak berdiam diri.
Menurut mazhab hambali, satu jam saja.

2. Thahūrun. Artinya, suci.
Dalam pelaksanaan beribadah kepada Allah swt, khususnya mengerjakan shalat, harus memperhatikan dengan seksama area atau tempat yang akan dijadikan untuk sujud, atau beribadah baik badan, pakaian, dan tempat yang akan ditempati untuk melaksanakan shalat.
Yang dimaksud najis, adalah kotoran tertentu yang mana jenisnya menghalangi shalat, seperti; bangkai, darah, arak, kencing, dan tahi. Nabi saw bersabda,

“Bersihkanlah kencing oleh kalian semua, karena kebanyakan siksa kubur karenanya.”

3. al-Maqbarah. Artinya, kuburan.
Syaikh Ibnu Taimiah r.hu berkata, “Para imam sepakat bahwa masjid tidak boleh dibangun di atas kuburan dan sesungguhnya tidak boleh menguburkan mayit di dalam masjid.” Nabi saw bersabda,

“Ketahuilah bahwa jangan kalian semua menjadikan kuburan sebagai masjid-masjid.” (Hr.Muslim).

Larangan shalat di kuburan bukan karena adanya najis. Tetapi dikhawatirkan akan menganggungkan dan menjadikan sebagai berhala yang disembah.
Larangan juga untuk shalat di kamar mandi. Karena kamar mandi, tempat buka aurat dan tempat setan.
Syaikh Taqiuddin r.hu berkata, “Dilarang shalat di kandang. Karena kandang adalah tempat setan. Sebagaimana dilarang melaksanakan shalat di dalam kamar mandi. Sebab kamar mandi tempat setan. Sesungguhnya tempat berpangkalnya ruh-ruh jahat lebih utama untuk dijahui, dan tidak mengerjakan shalat di dalamnya.”

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Segera bersiap menghadiri shalat berjama’ah sesaat sebelum adzan dikumandangkan.
2. Gunakan kemudahan ini dengan baik dan benar, sekalipun juga memakmurkan masjid dengan shalat rawatib berjama’ah; utamanya jama’ah shalat isya dan subuh.
3. Jangan mengavling masjid karena adanya kepentingan: politik, golongan, ormas, eksklusivisme, primordialisme, dan mendukung penguasa tertentu.
4. Rapatkan shaff sosial umat Islam dengan menjadikan masjid, sebagai pusat pemberdayaan dan pengembangan jejaring umat.
5. Ikat hati Anda dengan eksistensi masjid milik Allah ta’ala.
6. Tradisikan shalat tahiatal masjid setiap kali memasuki masjid jami’.

Oase Pencerahan
Dalam dunia Islam masjid merupakan media pemberdayaan yang paling ampuh. Sehingga umat manusia mampu berkembang dengan segenap kemandiran dan jaringan sosial yang mapan.
Seperti diketahui, bahwa keberhasilan dakwa Islam di jaman Nabi saw. Karena beliau saw menggunakan Prinsip Trianggulasi Pemberdayaan. Yakni: Pemberdayaan Laut; Pemberdayaan Pasar; dan Pemberdayaan Masjid. Maka, secepat kilat dakwah Islam terus merembes ke daratan yang lain dari bagian dunia ini. Mulai dari Maroko sampai Merauke.
Umat Islam harus terus disadarkan, jika eksistensi masjid adalah tempat untuk melakukan pengembangan, pemberdayaan, dan jejaring sosial umat di mana pun serta kapan pun. Itulah sebabnya, umat Islam dalam pengembangan dakwah menggunakan jalur laut. Lalu, menciptakan pasar yang berpusat di sekitar pelabuhan-pelabuhan. Dari sinilah, orang diajak untuk masuk masjid guna mendapatakan pencerahan dalam rangka meleburkan diri dalam pusaran: Penghambaan; Kepatuhan; dan Menebarkan kasih-sayang.


Masjid tidak boleh dikavling atas nama kelompok dan golongan tertentu. Setiap masjid adalah masjid milik Allah. Dia adalah rumah Allah. Selagi masjid masih dikuasai oleh kelompok tertentu, atau golongan tertentu, atau etnik tertentu, atau keluarga tertentu; maka masjid tersebut belum dapat dikatakan masjid jami’. Yakni, masjid milik umat Islam. Yang berarti pula masjid milik Allah.
Ironis untuk konteks Indonesia, mayoritas penduduk memeluk agama Islam. Masjid dibangun di mana-mana jumlahnya sangat fantastis 700 ribuan lebih. Tapi, eksistensinya belum mampu mendorong terjadinya Perubahan Perilaku umat Islam Indonesia. Aneh tapi nyata, dari jumlah umat Islam yang banyak tersebut, mayoritas mereka masih tidak mendirikan shalat dan mayoritas mereka tidak jama’ah masjid.


Tugas kita semua untuk mendorong terjadinya “hijrah” dari rumah menuju masjid. Artinya, gemar menjadi “manusia masjid”. Di mana masjid dijadikan rumah pertama di kehidupan seorang muslim-mukmin. Apabila kenyataan tersebut belum terjadi, masih jauh Indonesia dari kemakmuran hidup.
Harus dicamkan, tradisi membangun masjid, apalagi sampai minta-minta dijalan, sudah saat harus diakhiri. Pada hakekatnya semua bumi adalah masjid, shalat di mana pun, seorang muslim-mukmin dapat didirikan, kecuali di kamar mandi dan pekuburan. Tidak perlu repot-repot. Juga, tidak perlu malu-malu untuk menunaikan shalat. Jika waktu shalat sudah masuk, silahkan dirikan di mana pun Anda berada. Di kantor. Di mall-mall. Di kampus-kampus. Di sekolah-sekolah. Di taman-taman. Atau di mana pun, asal memang terjaga dan Anda mengetahui dengan jelas, nyata-nyata terbebas dari najis. Maka, segera dirikan shalat jika waktu istiwa` shalat telah datang. Ini wujud kemudahan dan sekaligus rahmat bagi umat Rasulullah saw, bahwa untuk menyembah dan melakukan kepatuhan kepada Allah azza wa jalla dapat dilakukan di mana pun serta kapan pun juga dalam keadaan yang bagaimana pun. Sungguh indah ajaran Islam. Sungguh sederhana dan sangat aplikatif ajaran Islam. Hanya orang yang tidak berakal yang menolak ajaran Islam; wa-llahu a’alam

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.