Al - Adzkar

"Al-Adzkar" dapat diterjemahkan "Kumpulan Dzikir", salah satu dari sekian banyak kitab yang ditulis oleh Syaikhul Islam Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, yang lebih dikenal dengan panggilan Imam An-Nawawi.
Menurut penerjemah kitab ini, Drs M Tarsi Hawi, Imam An-Nawawi dilahirkan di deas Nawa, wilayah Damaskus pada tahun 618 Hijriyah. Selama hayatnya dia menyumbangkan seluruh hidupnya untuk ilmu pengetahuan (Agama) sampai wafatnya pada tahun 667 H di Nawa. Imam An-Nawawi memang dikenal sebagai ulama yang banyak mewarnai faham mazhabnya, mazhab Syafi'i. Pendapat-pendapatnya banyak dinukil oleh ulama-ulama sesudahnya, sampai sekarang ini.

Menurut Imam An-Nawawi terdapat banyak kitab tentang Dzikir, Do'a dan bacaan harian yang ditulis para ulama, tetapi kitab-kitab tersebut dinilainya terlalu panjang-lebar membicarakan sanad-sanad haditsnya sehingga mengurangi himmah (gairah) para penuntut ilmu untuk mempelajarinya. Karena itu dia mengusahakan penulisan yang lebih ringkas dengan menghilangkan sanad-sanadnya yang panjang. Dan sebagai gantinya dalam kitab ini dilengkapi dengan keterangan tentang kedudukan haditsnya baik yang shahih, hasan, dha'if dan yang munkar. Selain itu disertakan pula hal-hal penting yang ada kaitannya dengan ilmu hadits, fikih, latihan jiwa (riyadhah, adab dan beberapa kaidah yang dianggap perlu diketahui bagi mereka yang suluk (menempuh jalan keridhaan Allah) untuk diketahui.
Kitab ini diawali dengan kajian tentang Ikhlas dan Niat yang baik, Fadhilah Amal, Arti Dzikir, Majelis Dzikir, Kitab-kitab Dzikir dan Sandaran Hadits. Pada bab selanjutnya kitab ini dipenuhi dengan Peringatan-peringatan, Larangan, Fadhilah serta begitu banyak Bacaan-Do'a mulai dari bacaan pada waktu pagi dan petang, bacaan apabila gelisah tidak dapat tidur sampai pada bacaan apabila memandang ke langit.
Slide

Shahih Bukhari

Kembali kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul. Begitulah seruan yang ditiupkan oleh semangat zaman, seruan yang diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh telinga Dunia Islam, karena tidak ada jalan yang dapat mengembalikan kesulitan agama Islam sebagai asal mulanya, selain dari kembali kepada pokok pangkalnya, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul,lebih ringkas Qur'an dan Hadis.

Itulah yang tertulis dalam Kata Pendahuluan dari Sidang Penyalin yang terdiri dari H Zainuddin Hamidy, Fachruddin Hs, Nasaruddin Thaha dan Djohar Arififn. Terjemahan kitab ini disusun pertama kalinya di Payakumbuh pada bulan Muharram 1358 H bertepatan dengan bulan Maret 1937 M, kira-kira 61 tahun yang lalu.

Siapakah Bukhari itu? Abu 'Abdullah Muhammad bin Ismail dilahirkan di negeri Bukhara 13 Syawal 194 H, dan meninggal dunia pada malam 'IdilFithri th 256 H, dalam usia 62 tahun. Sebelum genap berusia 10 tahun dia telah menghafaz Hadis dan belajar pada beberapa orang guru dalam Ilmu-Fiqhi dan Hadis. Untuk memperluas pengetahuannya, ia mengunjungi beberapa negeri yang terkenal sebagai gudang ilmu pengetahuan Islam seperti Syam, Mesir, Basrah, Kufah, Bagdad dan lain-lain.
Ditanah Hijaz ia berdiam 6 tahun untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadis-hadis yang shahih dan yang lemah. Dengan sabar dan teliti Imam Bukhari mengumpulkannya kedalam sebuah kitab besar yang memakan waktu selama 16 tahun. Dan tiap-tiap hendak memuatkan sebuah hadis kedalamnya, terlebih dulu dia mandi dan sholat dua raka'at mohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa.
Kitab "Al Djami'us Shahih" yang lebih dikenal dengan nama "Shahih Bukhari" diakui oleh Ulama-Ulama Islam sebagai buku kumpulan hadis yang sangat terpercaya, disamping kitab "Shahih Muslim". Keduanya, Bukhari dan Muslim sangat cermat dalam memeriksa orang yang membawa (menceriterakan) tiap-tiap hadis, baik tentang kejujuran dan kekuatan ingatannya, begitupun rangkaian hubungan orang-orang yang menyampaikan riwayat itu tidak putus pertaliannya sehingga sampai kepada sahabat yang menerima langsung dari Nabi Muhammad saw.
Dalam menyusun kitab terjemahan ini diusahakan oleh penulisnya:
- Salinan ringkas dan terang, untuk memudahkan pembaca.
- Dekat kepada susunan bahasanya yang asli ('Arab)
- Halus serta elok kalimat dan susunan bahasanya.
Dalam kumpulan jilid I sampai dengan jilid IV, kitab ini memiliki ketebalan lebih kurang 1200 halaman.
Pada cetakan pertama Alm. K H A Wahid Hasyim berkesempatan menuliskan sambutannya yang antara lain mengatakan bahwa terdapat kesalahan memahamkan antara orang yang taat beragama dengan orang yang berpengetahuan agama, sebagaimana orang yang bersikap taat pada undang-undang negara, tidak usah ia menjadi ahli hukum atau rechtskundig. Orang yang taat pada agama cukuplah mendengar bahwa Allah swt mewajibkan ini dan melarang itu, dan dengan demikian ia lalu mentaati kewajiban dan menghentikan larangan.
Slide

Shahih Muslim

Terjemahan kitab ini didahului dengan Firman Allah yang berbunyi: " . . . .Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu, tinggalkanlah . . . . (Al Hasyr:7).

Sebagaimana diketahui, hadis adalah sumber atau pedoman kedua sesudah Al Qur'an bagi pembentukan dan pembinaan insan serta masyarakat muslim dalam segala bidang kehidupan. Rasulullah saw. telah bersabda dalam khutbah beliau yang terakhir : "Aku tinggalkan bagimu dua macam pegangan, yang jika kamu berpegang dengan keduanya, kamu tidak akan sesat selama-lamanya. Yaitu Al Qur'an dan As Sunnah". Karena itu tidaklah dapat disangkal bagaimana pentingnya mengetahui dan memahami Hadis disamping Al Qur'an.

"Shahih Muslim" adalah sebuah kitab hadis yang paling dipercaya di antara segala kitab hadis di samping "Shahih Bukhari". Dan terjemahan ini diangkat dari "Shahih Muslim bi Syarhi An Nawawi", terbitan Al Sya'bi Cairo, 1393 H/1973 M, yang terdiri dari lima jilid. Demikian dikemukakan oleh Ma'mur Daud penterjemah dari kitab ini yang mendapat bantuan pentashih Syekh H Abd Syukur Rahimy.
Imam Muslim Bin Hajjaj Al Qusyairy An Nisabury, lahir pada tahun 204 H/820 M di Nisabur sebuah kota terbesar ketika itu di propinsi Khurasan Iran dan meninggal di kota kelahirannya itu pada hari Ahad 24 Rajab 261 H/875M. Semenjak berusia kanak-kanak beliau telah rajin menuntut ilmu, didukung dengan kecerdasan luar biasa, kekuatan ingatan, kemauan keras dan ketekunan yang mengagumkan. Konon kabarnya, pada usia 10 tahun beliau telah hafal Al Qur'an seutuhnya serta ribuan hadis berikut sanadnya. Sebagai seorang ahli hadis, beliau berhasil mengumpulkan sejumlah 300.000 hadis. Kemudian dengan sanat cermat dan teliti hadis sebanyak itu diperiksanya satu persatu dengan suatu sistem yang amat ketat, yang sekarang dapat kita pelajari dalam Ilmu Mushthalah Hadis. Dari hasil penelitiannya itu, hanya sebanyak 7.275 hadis yang termasuk kategori shahih. Tetapi yang dituangkannya dalam Shahih Muslim hanya sekitar 4000 hadis, karena 3000 diantaranya ternyata berulang.
Slide

Al Lu'lu' wal Marjan

Kitab ini merupakan himpunan Hadits Shahih yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, disusun oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi dan diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia oleh H Salim Bahreisy. Penyusunan kitab ini terutama disebabkan penterjamah merasa adanya kewajiban kepada setiap muslim sebagaimana yang tersebut dalam ayat 187 surat Al-Imran, juga dalam sabda Nabi Muhammad saw :"Ballighu anni walau ayah" (Sampaikan apa yang kalian dapat dariku walau hanya se-ayat). Disamping adanya keinginan membuat suatu amal jariyah yang berguna seterusnya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw: "Ilmun yuntafa'u bihi" (Ilmu pengetahuan yang berguna).

Ibn Asshalaah (Abu Amr, Usman bin Abdurrahman) Asysyahrazuri Asysyafi'i membagi tingkat Hadits Shahih dalam tujuh tingkat:
1. Sahih muttafaq alaihi, disepakati oleh Bukhari - Muslim.
2. Sahih hanya diriwayatkan oleh Bukhari.
3. Sahih hanya diriwayatkan oleh Muslim.
4. Sahih menurut syarat yang ditentukan oleh Bukhari dan Muslim, tetapi keduanya tidak meriwayatkan hadits itu.
5. Sahih hanya menurut syarat Bukhari, tetapi ia tidak meriwayatkannya.
6. Sahih hanya menurut syarat Muslim, tetapi ia tidak meriwayatkannya.
7. Sahih menurut riwayat lain-lainnya tidak menurut syarat keduanya.
Kesemuanya ini termasuk hadits sahih yang dapat diterima oleh ummat Islam dalam menentukan hukum.
Slide

Asbabun Nuzul

Kitab Asbabun Nuzul yang telah banyak dikenal oleh kalangan orang-orang yang mendalami al-Islam, adalah Kitab "Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul" yang disusun oleh Imam Jalaluddin Assuyuthi. Kitab tersebut melukiskan latar belakang peristiwa turunnya ayat-ayat al-Qur'an berlandaskan Hadits Rasulullah saw melalui para rawinya.

Dengan mengetahui latar belakang peristiwa turunnya ayat-ayat al-Qur'an, para pembaca akan memperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang isi al-Qur'an. Latar belakang peristiwa turunnya ayat-ayat al-Qur'an akan memberikan bahan yang penting dalam usaha menafsirkan ayat-ayat itu.

Oleh karena itu patut kita hargai usaha dan karya al-Ustadz K.H. Qomaruddin Shaleh, yang dibantu oleh sdr. H.A.A.Dahlan dan sdr Dr M.D.Dahlan dalam menterjemahkan dan mengolah kitab Lubabun Nuqul tersebut. Hasil usaha mereka ini dilengkapi berbagai Hadits dan penjelasan lain berdasarkan literatur yang ditulis oleh para ahli dalam bidang itu.
Mempelajari isi al-Qur'an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatnya perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi kita akan lebih yakin akan ke-unik-kan isinya yang menunjukkan Maha Besar Allah Pengasih Penyayang, sebagai penciptanya.
Berbagai usaha telah dilakukan orang dalam menganalisa isi al-Qur'an itu, dan ternyata makin banyak kita menganalisa dan membahasnya, makin diketahui betapa kecilnya kemampuan manusia apabila dibandingkan dengan kebesaran Allah swt.
Apabiala kita meneliti cara pendekatan al-Qur'an akan didapatkan dua cara:
1. Pendekatan yang tidak didahului pertanyaan.
Ayat diturunkan berisikan perintah langsung mis.nya "Wahai orang-orang yang beriman; diwajibkan kepada kalian shaum, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang terdahulu daripada kalian, supaya kalian bertaqwa." (Q S Al-Baqarah: 264).
2. Pendekatan sebagai jawaban terhadap pertanyaan.
a. Pertanyaan kaum Muslimin/Mu'minin yang ditujukan kepada Nabi saw. berkenaan dengan hal-hal yang belum ada ketetapan dari Allah swt atau sebagai penjelasan lebih lanjut., misalnya: "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tenteng Aku, sesungguhnya Aku dekat ...... (Q.S. al-Baqarah: 186)
b. Pertanyaan orang-orang yang ingkar kepada da'wah Rasulullah saw. misalnya: "Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?" Demikianlah, supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami (menurunkannya) dan membacakannya kelompok demi kelompok. (Q.S. al-Furqan: 32)

Slide

Asbab Wurud Al-Hadits

Kitab karangan al-Hafizh Jalaluddin as-Suyuthi ini judul aslinya adalah Asbab Wurud al-Hadits au al-Luma' fi Asbab al-Hadits yang diterjemahkan oleh Drs H.O Taufiqullah, Afif Mohammad, dimana terlebih dulu diedit dan dikaji oleh Yahya Ismail Ahmad dan mendapat judul baru 'Asbab Wurud al-Hadits Li as-Suyuthi: Tahqiqan wa Ta'liqan wa Dirasatan' yang diterjemahkan menjadi 'Proses Lahirnya Sebuah Hadits: Editing, Komentar dan Kajian'.

Alasan yang mendorong diadakannya Editing dan Pengkajian adalah:
1. Topik yang berkenaan dengan 'Asbabul Hadits' merupakan masalah penting yang harus dipahami, disamping 'Asbabun Nuzul'.
2. Kitab as-Suyuthi ini merupakan kitab pertama yang membahas sebab-sebab lahirnya sebuah hadits.
3. Manuskrip kitab ini merupakan naskah kuno dimana teknik penulisannya belum menggunakan teknik penulisan sebaik yang ada sekarang ini.
Untuk memudahkan penelaahannya kitab ini disusun dalam dua bagian, yakni Bagian Pertama membahas tentang topik yang disajikan, terdiri dari Pendahuluan dengan dua bab tambahan dan Penutup, sedang Bagian Kedua berisi Editing dan Kajian, terdiri dari Pendahuluan, Nash-Nash Hadits yang diangkat, disertai dengan catatan dan editingnya.
Bagian Pertama, Bab Pendahuluan menguraikan 'Sebab-Sebab Lahirnya Sebuah Hadits' yang terdiri dari tiga Pasal yakni 'Sebab-Sebab Lahirnya Sebuah Hadits, manfaat dan Jenis-jenisnya' dilanjutkan dengan 'Kaitan antara Sebab-sebab Lahirnya dengan Sebab-sebab Turunnya Ayat Al-Qur'an' serta 'Sejarah serta Kitab Referensi Terkenal'.
Bab Kedua memperkenalkan Biodata as-Suyuthi dan Kedudukan Intelektualitasnya, Kitab Obyek Kajian dan Methode Penyusunannya serta Referensi, Nilai dan Arti Pentingnya Kitab as-Suyuthi.

Slide

Hadits Qudsi

Pola Pembinaan Akhlak Muslim

Kitab "Hadits Qudsi" yang disusun oleh K.H.M Ali Usman, H.A.A Dahlan, Dr H.M.D Dahlan inisebagian besar berkenaan dengan akhlak, budi pekerti dan pensucian bathin. Disaat membacanya perlu renungan dan pemikiran, sehingga menumbuhkan keyakinan yang benar dan membuahkan amal dan perilaku yang ikhlas. Kitab ini mengajak pembaca untuk mengukur dan bertanya pada pribadi dan kata hati, sebelum diukur dan dihisab oleh Allah swt. Demikian sebagian dari apa yang diungkapkan dalam pengantar Penerbit kitab ini.

Selanjutnya disampaikan dalam menganalisa Hadits Qudsi ini, para penyusun mencoba menghubungkannya engan ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits-Hadits Nabawi. Di sana-sini terdapat pula kata-kata mutiara dari para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in yang dapat menggugah dan mengetuk hati para pembaca. Membaca kitab ini berarti menggali segala rahasia amal ibadah kita, kedalaman dan keluasannya, kesuburannya ataupun jauh dekatnya dari tuntunan Illahi.
Kitab ini didasarkan atas kitab "Adabul Ahaditsil Qudsiyah" yang disusun oleh Dr Ahmad Asyibashi, dosen Universitas al-Azhar Kairo. Namun ulasan dan analisanya dilengkapi oleh para penulis bersumberkan kitab-kitab standard lainnya.
Hadits Qudsi ialah hadits yang bersumber dari Rasulullah saw. dan disanadkan (dihubungkan, disandarkan) kepada Allah Jalla Jal'aluhu. Menurut para ulama Hadits Qudsi ialah "Sesuatu yang diberitakan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. dengan perantaraan Malaikat Jibril atau dengan jalan ilham atau mimpi waktu tidur, lalu oleh Rasulullah saw. diberitahukannya maksud dan tujuan erita diatas kepada ummatnya dengan lafadh dan ucapan beliau sendiri, berdasarkan taufiq dari Allah swt.
Apabila Rasulullah saw. meriwayatkan Hadits Qudsi, biasanya mengucapkan kata "Qalallahu ta'ala" - "Allah berfirman", tapi firman itu tidak dimasukkan dalam Al Qur'an. Begitu juga uslubnya (susunan kata) tidak sama dengan uslub ayat-ayat Al Qur'an. Apabila para sahabat menceriterakan Rasulullah saw. ketika meriwayatkan Hadits Qudsi , biasanya mereka mengucapkan "Rasulullah saw. telah bersabda dalam satu riwayat yang disanadkan kepada Rab-nya".
Slide

Kitab Kuning

Yang dimaksud "Kitab Kuning" disini adalah judul buku karangan Martin Van Bruinessen yang mendapat Pengantar dari Abdurrahman Wahid. Dalam kata pengantar antara lain dinyatakan: Bermula dari upaya mengenal obyek kajian berupa berbagai aspek kehidupan Islam di negeri ini, upaya pakar yang satu ini akhirnya berujung pada pemetaan masalah-masalah yang masih dihadapi ummat Islam di Indonesia. Bermula dari sekadar keingintahuan obyektif dari seorang peneliti, buku ini berkesudahan pada munculnya rasa empati akan kehadiran Islam di kepulauan katulistiwa ini.

Terbukanya jalur pelayaran baru dan munculnya kekuatan ekonomi baru, yang pada gilirannya memungkinkan munculnya tradisi baru untuk "menuntut ilmu ditanah suci". Superioritas tradisi keilmuan kaum tarekat Naqsyabandiyah dari Kurdistan, yang telah merajai kawasan Hijaz dalam abad ke-19 M, segera dirasakan bekasnya yang sangat mendalam oleh kaum Muslim dari kawasan Asia Tenggara. Keterpautan kaum Muslim Kurdi kepada mazhab Syafi'i dalam Fiqih (hukum Agama) membuat mudahnya tradisi keilmuan mereka segera diserap dan disebarluaskan di kalangan ulama Nusantara, yang umumnya bermazhab sama.
Pada bahasan topik 'Pesantren dan Kitab Kuning: Kesinambungan dan Perkembangan Tradisi Keilmuan Islam di Indonesia', pengarang antara lain menulis: Salah satu tradisi agung ('great tradition') di Indonesia adalah tradisi pengajaran agama Islam seperti yang muncul di Pesantren Jawa dan lembaga-lembaga serupa di luar Jawa serta Semenanjung Malaya. Alasan pokok munculnya Pesantren ini adalah untuk mentransmisikan Islam tradisional sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad yang lalu. Kitab-kitab ini dikenal di Indonesia sebagai Kitab Kuning.
jumlah teks klasik yang diterima di Pesantren sebagai ortodoks (al-kutub al-mu'tabarah) pada prisipnya terbatas. Ilmu yang bersangkutan dianggap sesuatu yang sudah bulat dan tidak dapat ditambah; hanya bisa diperjelas dan dirumuskan kembali.
Slide

As-Sunnah An-Nabawiyyah: Baina Ahl Al-Fiqh wa Ahl Al-Hadits

Muhammad Al-Ghazali, penulis buku Studi Kritis atas hadits Nabi saw.: Antara Pemahaman Tekstual dan Kontekstual (judul aslinya: As-Sunnah An-Nabawiyyah Baina Ahl Al-Fiqh wa Ahl Al-Hadits) ini, adalah salah seorang ulama jebolan Universitas Al-Azhar Mesir yang disegani di dunia Islam, khususnya Timur Tengah,dan salah seorang penulis Arab yang sangat produktif, dimana tidak kurang dari empat puluh buku telah ditulisnya.

Pada cover belakang dari buku yang diterjemahkan oleh Muhammad Al-Baqir dan diterbitkan Mizan ini, tertulis: Dengan mendasarkan kajiannya atas pendapat para ahli hadis (yang seringkali memahami hadis secara tekstual saja) da para fuqaha (yang berusaha memahami hadis secara kontekstual), Syaikh Muhammad Al-Ghazali berupaya meletakkan hadis-hadis Nabi saw. secara proporsional. Ia mengajak para ulama agar melakukan penelitian ulang guna membersihkan hadis-hadis tersebut dari cacat-cacat perawiannya dan menghindarkan dari pemahaman yang keliru. Ia bahkan "menggugat" beberapa hadis yang digolongkan sebagai "sahih" namun matn (redaksi)-nya patut dicurigai karena mengandung cacat atau kejanggalan tertentu. Buku ini semakin lengkap dan penting dengan adanya pengantar Dr Muhammad Quraish Shihab yang memberikan wawasan luas tentang hal-hal yang berkaitan dengan ilmu hadis, ilmu fiqih dan ushul fiqh.

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.